Fondasi Indstri RI Masih Lemah Buat Hadapi Pasar ASEAN

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2013 sebesar 5,81% dinilai sebagai hal yang wajar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Agu 2013, 15:30 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2013, 15:30 WIB
fondasi-industri130802b.jpg
Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2013 pada 5,81% sebagai hal yang wajar.

Hal itu sejalan dengan upaya pemerintah yang terus mengeluarkan kebijakan demi terus mempertahankan kinerja ekonomi Indonesia yang di mata dunia sangat tinggi.

Namun dibalik itu, Darmin menilai sektor industri di Indonesia masih sangat lemah terutama untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN di 2015.

"Struktur industri kita itu lemah, mau apa-apa impor, mau konsumsi saja impor," ujar Darmin saat ditemui usai menghadiri sumpah jabatan Deputi Gubernur Bank Indonesia di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Jumat (2/8/2013)

Darmin menambahkan hal itu juga menjadi faktor yang mempengaruhi neraca transaksi berjalan di Indonesia yang terus mengalami defisit dalam 7 kuartal terakhir.

Selain itu nilai barang ekspor yang diproduksi Indonesia masih dihargai rendah sehingga kurang bisa berkontribusi dalam mengurangi defisit neraca transaksi berjalan tersebut.

"Yang kedua, memang harga ekspor rendah, itu berarti transaksi berjalan akan menekan terus, tidak makin baik, sehingga tidak akan reda tekanannya, mau tidak mau," jelas mantan Gubernur BI itu.

Lebih lanjut Darmin menganggap meskipun harga BBM sudah dinaikkan hingga saat ini belum terlalu banyak berperan dalam menekan neraca transaksi berjalan Indonesia.

"Sebenarnya ini semua persoalan kita mestinya sudah cukup complicated, kita memang baru menaikkan harga BBM itu, dampaknya nggak terlalu menekan. Persoalan transaksi neraca pembayaran saja masih ada sumbernya, karena harga ekspor jatuh,"papar dia.

Berkaitan dengan kenaikan harga BBM, menurut dia, hal ini kurang diimbangi dengan perhatian ekonomi sehingga pada saat realisasinya kurang begitu signifikan.

"Ini termasuk juga karena memilih momen menaikkan harga BBM terlalu banyak perhatian ke politik, ekonominya kurang," pungkas Darmin. (Yas/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya