Meski pembatasan uang muka kredit melalui ketentuan Loan to Value (LTV) sudah direvisi, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan masih mengalami pertumbuhan sepanjang kuartal III-2013. Bank sentral berdalih, kenaikan tersebut lebih disebabkan adanya pelemahan nilai tukar rupiah.
Dalam laporannya, BI mencatat pertumbuhan kredit pada akhir September 2013 mencapai 23,1% year-on-year(yoy). Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan akhir Agustus 2013 sebesar 22,2% (yoy).
"Kenaikan pertumbuhan kredit tersebut lebih dipengaruhi dampak revaluasi pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi A Johansyah di Gedung Bank Indonesia, Selasa (12/11/2013).
Difi menjelaskan, jika kurs rupiah dihitung tetap, pertumbuhan kredit yang terjadi pada September 2013 justru masih berada tren menurun yakni dari 20,2% (yoy) pada Agustus 2013 menjadi 19,9% (yoy) pada September 2013.
BI menilai tren perlambatan pertumbuhan kredit tersebut sejalan pengaruh perlambatan ekonomi domestik dan diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 18-20% untuk keseluruhan 2013.
Sementara itu, BI mencatat nilai tukar rupiah pada Oktober 2013 bergerak cukup stabil sesuai dengan fundamentalnya. Nilai tukar rupiah secara point to point menguat sebesar 2,73% (mtm) menjadi Rp 11.273 per dolar AS. Namun secara rata-rata, rupiah justru tercatat melemah 0,14% (mtm) menjadi Rp 11.343 per dolar AS.
"Perkembangan ini dipengaruhi kondisi pasar keuangan global pada Oktober 2013 yang cukup baik serta penurunan ekspektasi inflasi domestik, yang pada gilirannya mendorong masuknya aliran modal asing ke instrumen pasar keuangan domestik, khususnya SBI dan SUN," kata Difi.
Nilai tukar yang stabil juga dipengaruhi terkendalinya permintaan impor non-migas sejalan moderasi pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. (Yas/Shd)
Dalam laporannya, BI mencatat pertumbuhan kredit pada akhir September 2013 mencapai 23,1% year-on-year(yoy). Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan akhir Agustus 2013 sebesar 22,2% (yoy).
"Kenaikan pertumbuhan kredit tersebut lebih dipengaruhi dampak revaluasi pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi A Johansyah di Gedung Bank Indonesia, Selasa (12/11/2013).
Difi menjelaskan, jika kurs rupiah dihitung tetap, pertumbuhan kredit yang terjadi pada September 2013 justru masih berada tren menurun yakni dari 20,2% (yoy) pada Agustus 2013 menjadi 19,9% (yoy) pada September 2013.
BI menilai tren perlambatan pertumbuhan kredit tersebut sejalan pengaruh perlambatan ekonomi domestik dan diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 18-20% untuk keseluruhan 2013.
Sementara itu, BI mencatat nilai tukar rupiah pada Oktober 2013 bergerak cukup stabil sesuai dengan fundamentalnya. Nilai tukar rupiah secara point to point menguat sebesar 2,73% (mtm) menjadi Rp 11.273 per dolar AS. Namun secara rata-rata, rupiah justru tercatat melemah 0,14% (mtm) menjadi Rp 11.343 per dolar AS.
"Perkembangan ini dipengaruhi kondisi pasar keuangan global pada Oktober 2013 yang cukup baik serta penurunan ekspektasi inflasi domestik, yang pada gilirannya mendorong masuknya aliran modal asing ke instrumen pasar keuangan domestik, khususnya SBI dan SUN," kata Difi.
Nilai tukar yang stabil juga dipengaruhi terkendalinya permintaan impor non-migas sejalan moderasi pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. (Yas/Shd)