Ironis, RI Belum Jadi Kiblat Ekonomi Syariah Dunia

Dengan populasi muslim terbesar dunia ditambah potensi yang dimiliki, Indonesia belum mampu menjadi negara perekonomian syariah dunia.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Nov 2013, 19:15 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2013, 19:15 WIB
bambang-brodjonegoro130618b.jpg
Sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar, Indonesia ternyata belum mampu menjadi negara dengan perekenomian syariah terbesar di dunia. Hal ini amat disayangkan karena potensi yang dimiliki Indonesia sebetulnya cukup besar.

"Indonesia belum mampu menjadi negara nomor satu perekonomian syariah. Ini menjadi ironi," kata Wakil Menteri Keuangan II Bambang PS Brodjonegoro dalam sambutan pembukaan The 2th Islamic Economics and Finance Research Forum di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang, Banten, Rabu (13/11/2013).

Bambang mengatakan, dengan jumlah penduduk muslin dan potensi yang dimilikinya, Indonesia seharusnya bisa menjadi pusat keuangan dan ekonomi syariah di dunia. Kondisi ini ditunjang faktor perekonomian dan keamanan yang cenderung stabil. 

Indonesia lanjutnya, seharusnya dapat menjadi acuan bagi negara lain baik negara Islam maupun bukan dalam hal pengelolaan keuangan syariah.

"Ekonomi keuangan syariah dapat menjadi katalisator bagi perekonomian di Indonesia dan kita seharusnya mempunyai lembaga-lembaga keuangan syariah yang dapat menjadi acuan dunia," lanjutnya.

Menteri Koodinator Perekonomian Hatta Rajasa meyakini ekonomi syariah dapat menjadi solusi dari berbagai macam tantangan ekonomi dunia. Konsep pembiayaan syariah bahkan diyakini bisa berdampak lebih cepat pada upaya pengembangan pebisnis pemula.

Hatta menyebutkan sejumlah negara yang notabanenya bukan merupakan negara Islam pun ingin menjadikan konsep ekonomi syariah sebagai landasan perekonomiannya. "Hongkong saja ingin menjadi pusat keuangan syariah dunia, begitu juga dengan Malaysia, Timur Tengah, bahkan Inggris, jadi mengapa kita tidak," tandasnya.(Dny/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya