Rupiah Loyo, Industri Tepung Terigu Anteng Saja

Industri tepung terigu selama ini memenuhi kebutuhan bahan bakunya dari gandum impor.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Nov 2013, 18:47 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2013, 18:47 WIB
terigu-impor130628c.jpg
Industri tepung terigu nasional tahun ini cukup beruntung di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Turunnya harga komoditas gandum di pasar internasional membuat industri tepung tak terlalu terpengaruh dengan anjloknya rupiah ke level 12 ribu per dolar AS?

Direktur Eksekutif Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) Ratna Sari Lopies mengatakan turunnya harga komoditas gandum internasional bersamaan dengan pelemahan kurs rupiah telah memicu tingkat kestabilan harga bahan baku tepuing terigu tersebut.

"Harga terigu dalam negeri kan terpengaruh dua hal yaitu harga gandum internasional dan nilai tukar rupiah. Nah Jadi seimbang, rupiah melemah harga gandum turun. Penurunan harganya saya lupa beberapa persen tapi yang jelas industri anteng-anteng saja," ujarnya di Jakarta, Jumat (29/11/2013).

Menurut Ratna, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik hingga saat ini belum mempengaruhi industri tepung terigu. Minimnya imbas kenaikan BBM dan listrik dikarenakan biaya produksi terbesar industri tepung terigu nasional berasal dari impor gandum. "Jadi nggak ada misalnya bensin naik, listrik naik, karena 90% dari cost itu adalah impor gandum," lanjutnya.

APTINDO mengungkapkan industri berbahan baku gandum cenderung relatif lebih stabil dibandingkan industri lainnya. Sebagai contoh, industri berbahan baku kedelai atau gula umumnya rawan mengalami lonjakan harga.

"Nilai tukar rupiah kan kenaikannya hampir 10%-15% harga gandum juga turun segitu. Mana pernah sih gandum ribut-ribut, tidak seperti kedelai atau gula," katanya.

Harga gandum di pasar internasional sebelumnya sempat mencapai US$ 350 per ton. Belakangan, komoditas gandum justru menunjukan tren penurunan hingga sekitar US$ 300-290 per ton. "Dari Kanada harga gandum internasional memang menurun. Penurunannya 10-15% dan nilai tukarnya juga naiknya segitu, akhirnya seimbang," tandasnya. (Dny/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya