Meski impor minyak mentah menjadi salah satu penyebab melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Pemerintah tampaknya tak bisa berbuat banyak. Buktinya, impor minyak masih akan dijalankan pemerintah meski kurs dolar AS tengah menguat.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, impor minyak tak bisa dihindari karena produksi dari dalam negeri tak bisa mencukupi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
"Dolar ini naiknya karena itu kita impor BBM-nya terlalu banyak," kata Jero, saat mengunjung terminal BBM Plumpang, Jakarta, Selasa (23/12/2013).
Menurut Jero, pemerintah hingga kini terus mengusahakan peningkatan produksi minyak. Diakuinya, impor BBM saat ini memang masih terasa berat sehingga pemerintah harus mengeluarkan kebijakan guna mengurangi beban impor minyak.
Kebijakan tersebut berupa ketentuan penambahan kandungan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM serta mengganti pembangkit listrik yang menggunakan BBM dengan menggunakan gas atau Energi Baru Terbarukan (EBT).
Untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, Pertamina diketahui harus mengimpor minyak mentah 327.08 ribu barel per hari pada tahun ini.
Minyak mentah yang berasal dari dalam negeri sebesar 506.14 ribu barel per hari atau sekitar 39% dari total kebutuhan sebanyak 833,22 ribu barel per hari. Impor minyak mentah Pertamina berasal dari lima wilayah, yaitu Afrika Barat, Mediterania, pecahan Rusia, Asia Pasifik dan Saudi Arabia.
Minyak mentah impor yang diimpor Pertamina paling banyak berasal dari Saudi Arabia sebesar 34,67%, impor minyak mentah kedua berasal dari wilayah Mediterania 31,11%, Afrika Barat 25,79% , Asia Pasifik 5,25% dan pecaha Uni Soviet 3,18%.(Pew/Shd)
Baca Juga
69% Pasokan Bensin Indonesia Berasal dari Luar Negeri
Baca Juga
Pertamina Sibuk Cari Dolar AS buat Impor BBM
Advertisement
35% Minyak Mentah Impor RI Berasal dari Kawasan Konflik
Â