40 Persen Minyak Indonesia Masih Impor, Prabowo Bisa Swasembada Energi?

Sekretaris SKK Migas Luky Yusgiantoro, mengungkapkan bahwa Indonesia masih bergantung pada impor minyak mentah lebih dari 30 hingga 40 persen dari total kebutuhan dalam negeri.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Feb 2025, 13:40 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 13:40 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris SKK Migas Luky Yusgiantoro, mengungkapkan bahwa Indonesia masih bergantung pada impor minyak mentah lebih dari 30 hingga 40 persen dari total kebutuhan dalam negeri.

Sementara itu, kebutuhan energi lainnya, seperti produk petrokimia, terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia, yang harapannya dapat mencapai swasembada energi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

"Kalau dihitung-hitung, kalau saya lihat dari data ESDM, beberapa hari terkahir ini saya otak-atik data ESDM kita itu masih impor minyal mentah itu lebih dari 30-40 persen minyak mentahnya saja. Belum itu petrolum produknya dan tentunya untuk kebutuhan perekonomian kita," kata Luky dalam Webinar Energy & Mining Editor Society: Migas Sebagai Pilar Swasembada Energi, Selasa (4/2/2025).

Luky menjelaskan bahwa kebutuhan akan energi dalam negeri terus meningkat, terutama dalam hal konsumsi minyak yang mencapai 1,6 juta barel per hari pada saat ini.

"Saat ini konsumsi dari minyak kita adalah 1,6 juta barel per hari," ujarnya.

Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mencapai produksi 1,5 juta barel per hari pada tahun 1970-an hingga awal 1990-an. Namun, saat ini produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sebagian kecil dari total konsumsi, dengan data 2023 menunjukkan produksi hanya 600 ribu barel per hari.

"Di sini kita lihat bersama 1,5 juta barel per hari. Tidak hanya di tahun 70-an tetapi juga di awal tahun 90-an kita mencapai 1,5 juta barel per hari," kata Luky.

 

 

Menjaga Produksi dan Mengatasi Penurunan Alamiah

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah penurunan alamiah (natural decline) dalam produksi minyak dan gas. Meskipun ada upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi, kondisi ini memerlukan kerja keras dari berbagai pihak.

Menurutnya, hal ini semakin sulit mengingat perubahan dalam pola konsumsi energi, seperti meningkatnya permintaan untuk gas dalam pembangkit listrik dan kebutuhan petrokimia.

Sementara itu, produksi gas di Indonesia juga mengalami penurunan meskipun konsumsi terus meningkat. Kebutuhan gas untuk berbagai sektor, termasuk industri petrokimia dan pembangkit listrik, terus melonjak.

"Untuk gas sendiri produksi jujur saja itu turun juga. Tapi konsumsi kita itu meningkat terus dengan kebutuhan hilirisasi dari sudut pandang petrokimia," ujarnya.

Luky menegaskan, hal tersebut menjadi perhatian khusus, mengingat hilirisasi gas juga memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia.

Selain itu, ia juga menekankan bahwa upaya untuk mengatasi defisit energi ini bukan hanya menjadi tanggung jawab SKK Migas saja, tetapi juga melibatkan banyak pihak, termasuk K3S, Pertamina, kementerian dan lembaga lainnya, serta pemerintah daerah.

Dalam hal ini, kolaborasi dan koordinasi antar semua pemangku kepentingan sangat penting untuk mencapai target swasembada energi.

 

 

 

 

Optimisme dan Kerja Keras Menuju Swasembada Energi

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Meski menghadapi banyak tantangan, Luky tetap optimis bahwa Indonesia bisa mengatasi ketergantungan terhadap energi impor. Namun, ia menegaskan bahwa pencapaian tersebut membutuhkan kerja keras dari seluruh sektor terkait, serta dukungan kebijakan yang jelas dan terarah.

Salah satu harapan terbesar adalah menindaklanjuti arahan dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang menyatakan pentingnya swasembada energi untuk perekonomian Indonesia.

"Tapi harapan tentunya ada, optimisme ada. Namun memang butuh kerja keras dari kita semua," ujarnya.

Menurutnya, pencapaian swasembada energi bukan hanya soal ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga soal pengelolaan yang efisien dan keberlanjutan dalam pemanfaatannya.

Untuk itu, berbagai inovasi dan kebijakan yang mendukung perlu terus diterapkan agar Indonesia bisa memenuhi kebutuhan energi dari dalam negeri tanpa bergantung pada impor.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya