Pedagang Pasar Merasa Hanya Menjadi Sapi Perah

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengaku jika selama ini para pedagang pasar tradisional menjadi sapi perah para pengelola pasar.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Feb 2014, 18:39 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2014, 18:39 WIB
1-pasar-kramatjati-140119c.jpg
... Selengkapnya
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI)  mengaku jika selama ini para pedagang pasar tradisional menjadi sapi perah para pengelola pasar.

Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan, para pedagang pasar tradisional kerap hanya dipunguti retribusi oleh pengelola pasar. Namun para pengelola pasar tersebut tidak memberikan fasilitas yang layak kepada pedagang.

"Sangat memprihatinkan, karena saat ini pedagang jadi sapi perahan, pengelola minta retribusi tetapi pembinaan tidak dilakukan," kata  Abdullah usai melakukan diskusi di kawasan Tebet Jakarta, Selasa (4/2/2014).

Padahal, menurut Abdullah , pedagang kecil semakin terhimpit dengan keberadaan pasar modern. Pasalnya kondisi pasar tradisional digambarkan kumuh dan bau.

"Pedagang kecil, sekarang ada mini market yang jual sayur pedagang mbok-mbok sulit bersaing. Pasar tradisional di- image kumuh bau. Padahal ini kesalahan pengelolaan pasar. Kita bayar keamanan pasar tidak aman, kebersihan pasar tidak bersih," ungkap dia.

Di sisi kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) soal revitalisasi pasar dengan anggaran besar justru memperburuk kondisi.

Sebab kebijakan tersebut hanya mengusir pedagang pasar tradisional lama. Pasalnya harga sewa kios pasar yang sudah direvitalisasi sangat tinggi dan jumlah kiosnya terbatas.

"Biaya  revitalisasi pasar besar Rp 5 miliar. Begitu direvitalisasi pasar bangunan cuma cukup 100 pedagang, yang masuk hanya pedagang yang mampu," pungkasnya. (Pew/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya