Hadapi UEA, Sektor Tengah dan Transisi Jadi 'PR' Indra Sjafri

Pertandingan terakhir ini setidaknya bisa menjadi pembelajaran berharga. Terutama transisi permainan di lini tengah.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 14 Okt 2014, 16:15 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2014, 16:15 WIB
Australia Kubur Impian Timnas Indonesia U19
Pesepakbola timnas U-19 Indonesia Hendra Sandi Gunawan (kedua kanan) menggiring bola melewati kawalan pesepakbola timnas U-19 Australia di Stadion Thuwunna Youth Training Center Yangon, Myanmar, (12/10/2014). (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)

Liputan6.com, Nay Pyi Taw - Timnas U-19 Indonesia akan menghadapi pertandingan terakhir babak penyisihan grup B Piala Asia U-19. Meski pertandingan ini sudah tidak menentukan karena Indonesia telah tersingkir, namun sejatinya Evan Dimas dan kawan-kawan tidak melepas begitu saja pertandingan di Wunna Theikdi Stadium, Nay Pyi Taw, Selasa (14/10/2014).

Kemenangan tetap dibutuhkan tim asuhan Indra Sjafri agar bisa pulang dengan kepala tegak. Dalam dua pertandingan, tim besutan Indra Sjafri itu gagal memetik kemenangan. Indonesia tumbang 1-3 dari Uzbekistan dan 0-1 dari Australia. Pertandingan terakhir ini setidaknya bisa menjadi pembelajaran berharga. Terutama transisi permainan di lini tengah.

Mengacu dari statistik pertandingan kontra Australia yang dilansir dari LabBola, lini tengah menjadi pekerjaan rumah sang pelatih. Di babak pertama melawan Australia, sektor tengah Indonesia sebenarnya lebih rapat di babak pertama. Dari setiap manuver pemain yang melibatkan bola di babak pertama, barisan gelandang Indonesia berani menekan Tim Negeri Kanguru.

Trio pemain tengah: Muhammad Hargianto, Evan Dimas, Paulo Oktavianus Sitanggang bermain saling berdekatan membentuk pola segitiga. Hal ini praktis membuat Australia sulit menembus jantung pertahanan Indonesia.

Namun di paruh kedua, Indonesia terlalu banyak menyerang. Tiga pemain tengah yang bermain segitiga membentuk pola vertikal karena fokus menyerang. Mengejar gol menjadi tujuan utama.

Hanya Hargianto yang menjadi pemain jangkar untuk menghadapi serangan balik seorang diri. Indonesia juga terlalu fokus pada bola. Manuver pemain Australia tanpa bola luput dari perhatian pemain Indonesia. Praktis, Evan dan Paulo terlambat turun membantu pertahanan ketika tim membantu serangan.

Tingginya presentase kehilangan bola juga pun disebabkan minimnya pergerakan tanpa bola pemain Indonesia terutama di wilayah 1/3 pertahanan Australia. Ketika memasuki sektor tersebut, Indonesia lebih banyak mengulur bola ke belakang dibanding menusuk jantung pertahanan atau penetrasi individu. 

Dinan Yahdian tercatat menjadi pemain yang paling banyak kehilangan bola di 1/3 wilayah Australia sebanyak 9 kali dan paling sering mengirim bola ke belakang, 10 kali.

"Setiap laga di kompetisi ini penting, tujuan dari turnamen ini bukan sekadang menang dan kalah, tetapi bagaimana kami bisa mendapatkan banyak pengalaman untuk para pemain. Mereka masih bisa meraihnya di laga terakhir ini," kata pelatih Indonesia, Indra Sjafri di situs resmi AFC.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya