Liputan6.com, Jakarta - Di Indonesia sepak bola disebut-sebut sebagai olahraga rakyat. Hal ini karena hampir seluruh masyarakat Indonesia gemar melakoni olahraga yang mendunia ini.
Sama halnya dengan negara-negara lainnya, Indonesia juga memiliki kompetisi resmi Indonesia Super League (ISL). Namun tahukah Anda ada beberapa catatan buruk dari sepak bola Indonesia pada 2014?
Dari pesepakbola tewas, prestasi yang buruk, hingga kinerja wasit yang tidak memuaskan semuanya menjadi noda tersendiri bagi sepak bola tanah air. Untuk lebih jelasnya berikut kejadian-kejadian yang memberi 'catatan hitam' bagi sepak bola Indonesia:
Pemain meninggal
10 Mei 2014: Meninggalnya penyerang Akli Fairuz
Insiden kematian striker terjadi pada 10 Mei 2014 lalu ketika striker Persiraja Banda Aceh, Akli Fairuz meregang nyawa setelah berbenturan dengan kiper PSAP Sigli, Agus Rohman dalam pertandingan Divisi Utama di Stadion H Dimurthala, Aceh.
Penanganan yang lambat dari tim medis membuat Akli terlambat mendapat pertolongan dan meninggal setelah sepekan mendapat perawatan intensif.
Atas kejadian tersebut, Komisi Disiplin PSSI menjatuhi hukuman larangan bertanding selama 1 tahun pada kiper Agus Rohman. Komisi Disiplin PSSI menilai, seharusnya benturan itu tidak terjadi karena wasit lebih dulu meniup peluit tanda offside.
Advertisement
Pemain tantang suporter
11 Mei 2014: Penyerang Indonesia, Ferdinand Sinaga, panjat pagar stadion GBK.
Penyerang tim nasional Indonesia, Ferdinand Sinaga, terpancing emosinya saat beberapa oknum suporter terus mencibirnya saat pertandingan Indonesia Vs ASEAN All Star di stadion Gelora Bung Karno, Minggu (11/5/2014). Ferdinand memanjat pagar pembatas stadion untuk menghampiri para fans.
Dikabarkan aksi pencibiran suporter saat itu dipicu dari status Ferdinand sebagai pemain Persib Bandung. Saat itu fans yang memadati tribun mayoritas adalah para fans Persija Jakarta. Pasalnya jadwal pertandingan Timnas hanya berselang satu jam dari laga Persija Vs Ajax Amsterdam.
Tidak hanya Ferdinand, beberapa penggawa Persib lainnya, Firman Utina, juga diperlakukan sama oleh para suporter.
Berkat aksi panjat pagar itu, penyerang berdarah Batak ini dikenai sanksi larangan bertanding membela Timnas sebanyak dua laga oleh Komisi Disiplin PSSI.
Sepak bola gajah
26 Oktober 2014: Sepak bola gajah PSS Sleman Vs PSIS Semarang
Sepak bola Indonesia kembali tercoreng akibat terjadinya 'sepak bola gajah' di laga PSS Sleman kontra PSIS Semarang pada 26 Oktober 2014 di kompetisi Divisi Utama. Kedua tim berlomba mencetak gol ke gawangnya sendiri sehingga laga berakhir 3-2 untuk kemenangan PSS.
Akibatnya Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi bagi kedua tim itu. Para pelaku sepak bola gajah itu harus membayar denda sebesar Rp 200 juta.
Asisten pelatih kedua tim, dihukum 10 tahun dan denda masing-masing Rp 150 juta. Pemain yang terlibat mulai dari Kiper, pelaku gol bunuh diri, dan striker yang ikut menjaga gawang lawan diberi hukuman seumur hidup plus denda Rp 100 juta
Dua pemain asing PSIS, Ronald Fagundes dan Julio Alcorse dilarang bermain selama 5 tahun dan denda 150 juta. Keduanya dianggap tidak kooperatif dalam pemeriksaan dan terkesan menutup-nutupi skandal tersebut.
Advertisement
Kinerja wasit
2014: Kinerja wasit ISL
Sebagai kompetisi tertinggi tanah air, Indonesia Super League (ISL) juga menuai banyak kontroversi pada gelaran kompetisi musim 2014. Salah satunya adalah kinerja sang pengadil atau wasit yang dianggap banyak 'blunder'.
Pertandingan babak 8 besar ISL antara Persipura Jayapura dan Arema Cronus sempat diwarnai adu jotos antar pemainnya. Kejadian bermula dari bentrok pemain Arema, Dendi Santoso dengan penggawa tim Mutiara Hitam, Ruben Sanadi di pinggir lapangan.
Situasi langsung memanas lantaran penjaga gawang Singo Edan, Kurnia Meiga, hendak memisahkan rekannya itu. Ia malah dicekik oleh ofisial dari tim Mutiara Hitam.
CEO Arema, Iwan Budianto, sempat mengkritik kinerja wasit. Bahkan ia menilai keributan tersebut terjadi akibat buruknya kinerja wasit.
Kejadian yang sama juga terjadi pada laga babak 8 besar ISL lainnya antara Semen Padang kontra Arema Cronus. Di laga itu, wasit meloloskan Kurnia Meiga dari kartu merah usai melanggar penyerang Semen Padang, Osas Saha, dengan keras.
Selain itu, wasit juga tidak memberi penalti pada Semen Padang usai Victor Igbonefo menjatuhkan Esteban Vizcarra secara jelas di dalam kotak penalti.
Timnas gagal total
2014: Kegagalan Timnas meraih trofi
Harapan masyarakat Indonesia sempat memuncak di saat Timnas U-19 meraih trofi Piala AFF U-19 di Sidoarjo pada 2013 lalu. Para bintang Timnas seperti Evan Dimas, Paulo Sitanggang, dan Maldini Pali membuka peluang Indonesia untuk meraih gelar Piala Asia U-19 pada 2014 di Myanmar.
Akan tetapi, skuat asuhan Indra Sjafri itu ternyata tidak mampu menyumbangkan gelar di ajang yang ditunggu-tunggu itu. Mereka gagal lolos dari fase grup usai kalah di seluruh laga kontra Uzbekistan, Uni Arab Emirate, dan Australia.
Hal yang sama juga ditunjukkan Timnas U-23 di ajang Asian Games 2014. Meski berhasil memenuhi target usai lolos dari fase grup, skuat asuhan Aji Santoso berhasil meraih target yang telah ditetapkan, namun mereka gagal meraih trofi usai tersingkir di babak 16 besar.
Timnas U-23 kala itu menyerah 1-4 dari Korea Utara di babak 16 besar.
Di tingkat senior, Timnas juga gagal meraih trofi di Piala AFF 2014. Skuat asuhan Alfred Riedl ini tidak mampu lolos dari fase grup usai kalah dari Filipina, bermain imbang dengan Vietnam, dan menang dari Laos.
Advertisement