Liputan6.com, Parma menjadi tim pesakitan setelah divonis pailit akibat krisis keungan yang melanda. Bayang-bayang hukuman dari Federasi Italia (FIGC) membuat tim legendaris Italia itu bisa terancam dibekukan.
Betapa tidak, Parma hanya dijual seharga 1 euro (Rp 14 ribu); harga dua liter bensin premium di Indonesia. Dalam sebulan terakhir, Parma berganti dua kali pemilik lantaran tidak kuat menanggung utang klub yang membengkak. Masalah keuangan itu pula yang membuat striker Parma, Antonio Cassano memutuskan hengkang.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa itu tepat ditujukan untuk Parma. FIGC kini siap menjatuhkan sanksi untuk Parma karena menunggak gaji pemain periode Juli hingga September. Belakangan, tim yang bermarkas di Enio Tardini juga memiliki kewajiban pada pemain selama enam bulan terakhir. Masalah tersebut mirip-mirip seperti yang melanda sebagian besar klub Indonesia.
Advertisement
Kilas balik ke belakang, masalah krusial itu mulai melanda tim sejak 2003 lalu ketika mayoritas pemegang saham Parma, Parmalat gulung tikar dengan meninggalkan utang sebesar 14 miliar euro (Rp 202 Triliun). Parma pun goyah hingga akhirnya terdegradasi ke Serie B. Seperti kehilangan tiang penyangga, Parma rubuh. Namun, Tomasso Ghirardi datang sebagai penyelamat. Dia mengakuisisi Parma, Januari 2007.
Namun, tidak butuh waktu lama, Parma bisa kembali ke kasta kompetisi tertinggi di Serie A. Puncaknya, terjadi musim lalu, ketika Parma bangkit dan menembus Europa Legue. Sial, FIGC ternyata tidak menerbitkan izin bagi klub karena dianggap tidak memiliki kekuatan finansial yang memadai guna bertanding di kompetisi Eropa.
Dari situ, Ghirardi angkat tangan. Kehilangan gairah. Dia merasa, ada pihak yang berusaha menjegal dan merusak reputasi Parma lewat masalah finansial yang melanda tim. Ketika verifikasi berlangsung, sang patron telah memenuhi persyaratan untuk tampil di kompetisi kasta kedua di Eropa itu, termasuk menyelesaikan tunggakan gaji pemain. Namun keikutsertaan Parma batal terlaksana, karena FIGC keburu tidak percaya. "Saya memutuskan mundur dari sepakbola," lirih sang patron.
Dan Parma pun sudah kehabisan darah alias sekarat, selanjutnya>>
Makin sekarat
Meski namanya sempat harum, Ghirardi ternyata menjadi tokoh antagonis. Ketika melepas Parma, Ghirardi akhir 2014 lalu, dia meninggalkan utang yang nilainya cukup fantastis, mencapai 200 juta euro (Rp 2,8 Triliun) di mana 96 juta euro (1,3 Triliun) di antaranya tidak bisa ditutupi dengan kredit bank.
Pengusaha minyak asal Albania kemudian datang. Rezart Taci, tepat Desember 2014 lalu. Taipan minyak itu membeli Parma seharga Rp 14 ribu. Banyak pihak meragukan, termasuk diplomat senior di Albania, Taci bisa kembali menghidupkan tim yang terletak di wilayah Emilia Romagna itu. Pasalnya, tidak diketahui pasti sumber dana Taci.
Strategi membeli Parma diduga untuk menutupi pencucian uang dan penggelapan pajak atas bisnis minyak di Albania. Praktis, klub yang pernah disinggahi pemain beken macam Fabio Cannavaro dan Gianluigi Buffon itu makin sekarat.
Kini kepemilikan Parma jatuh ke tangan pengusaha Italia, Giampietro Manenti. Dia membeli Parma melalui Mapi Group. Tugas berat jelas sudah di depan mata Manenti mengembalikan reputasi Parma yang sempat hancur lebur. Resmi memegang tampuk kepemimpinan di Parma, pekerjaan pertama Taci adalah menyelesaikan tunggakan gaji pemain, pelatih dan official.
Sebagaimana dilansir dari Skysports Italia, Manenti berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan tunggakan gaji pemain dengan batas hingga 16 Februari mendatang. “Di waktu itu, kami akan membayar tunggakan gaji dan membayar pajak. Kemudian 20 hingga 22 Februari, kami melunasi semuanya."
Bagaiamana episode lanjutan nasib Parma?
Baca Juga:
Hendak Latihan, Van Persie Distop Polisi
Advertisement