Liputan6.com, Mimpi besar bermain di Eropa kini digenggam Evan Dimas. Selangkah lagi, mantan Kapten Timnas U-19 Indonesia itu bertualang di Spanyol. Mimpi mahal nan langka. Sebab, tidak semua pemain memiliki nasib seperti Evan.
Jumat, 7 Agustus 2015 menjadi hari istimewa untuk arek Surabaya tersebut. Pada hari itu, Evan bertolak ke Spanyol guna menjalani trial bersama klub Segunda Division alias Divisi Dua. Bila lolos tes, Evan bakal tinggal di bumi kelahiran para matador. Spanyol 'memberikan angin' bakal berjodoh dengan Evan.
Menarik garis ke belakang, Spanyol akrab dengan pemain yang identik dengan nomor punggung 6 itu. Ini kedua kali Evan dipanggil ke Spanyol. Pertama, pada 2012 lalu ketika dia berhasil menang di ajang pencarian bakat bertajuk Nike The Chance.
Advertisement
Hadiahnya, Evan berangkat ke Spanyol dengan destinasi Barcelona. Di sana, Evan sempat ditempa beberapa bulan di Akademi La Masia. Sempat juga, Evan merasakan sentuhan Josep Guardiola yang ketika itu menangangi Barcelona. Dari situ, bintang terang kariernya mulai terang benderang. Hingga tiba di tahun 2015, momen suram bagi sepakbola Indonesia.
Kompetisi yang mati suri membuat Evan Dimas tidak memiliki pilihan selain merantau. Selain mencari pemasukan, tentu bakat sebesar Evan tidak boleh mati gara-gara konflik kepentingan dua kubu yang bertikai.
Sejauh ini, belum terungkap di mana si pemain mengikuti trial. Klub Seguda Division, Llagostera disebut-sebut menjadi klub di mana pemain kelahiran 13 Maret 1995 itu berlabuh. Tapi soal ini, tidak ada keterangan pasti. CEO Persebaya, Gede Widiade ogah berbicara banyak. "Nanti kalau sudah lolos, baru bisa berbicara lebih jauh. Termasuk kontrak di Persebaya."
Setiap peristiwa tentu ada hikmah yang terselip di dalamnya. Mungkin, bila kegiatan sepakbola di Indonesia berjalan normal, kecil kemungkinan Evan meninggalkan Tanah Air. Lebih dari itu, momen ini pun menjadi tantangan bagi pemain 20 tahun itu agar senantiasa meningkatkan kemampuan. Sebab, sepakbola Eropa lebih maju di belahan bumi manapun.
"Langkah Evan sangat positif dan menginspirasi. Saya memuji langkah berani Evan bermain di luar negeri," kata pelatih kondang Indonesia, Rahmad Darmawan pada Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Cukup disayangkan juga, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pemuda dan Olahraga kurang memperhatikan rencana Evan yang berniat menimba ilmu di Spanyol. Padahal, misi Menpora ketika membekukan PSSI pertengahan April 2015 membuat sepakbola Indonesia berprestasi.
Menurut juru bicara Kemenpora, Gatot Dewabroto, pihaknya hanya bisa memantau fenomena pemain Indonesia di luar negeri. "Karena kami tidak bisa mencegah mereka bermain di luar negeri."
Menurut Sekretaris Persebaya, Rahmad Sumanjaya, sang CEO, harus meregoh kocek hingga ratusan juta untuk menerbangkan Evan ke Spanyol. "Seperti umumnya pemain seleksi, mereka harus menanggung tiket dan uang pegangan. Sementara biaya hidup ditanggung tim setempat."
Meski banyak rintangan, terutama masalah biaya. Toh, Evan kembali ke Spanyol. Tapi kali ini dengan mimpi lebih tinggi. Seperti kata pepatah mungkin jodoh memang tidak ke mana. Begitu pun Evan Dimas dan Spanyol. Dan tidak berlebihan pula rasanya menyebut, Evan meretas mimpi dari kisruh PSSI vs Menpora. Bukan begitu?
(Rjp/Ary)