Wawancara Eksklusif: Piala Presiden 2015 Oase untuk Klub

Wawancara Eksklusif CEO Mahaka Hasani Abdulgani: Piala Presiden Oase untuk Klub

oleh Risa Kosasih diperbarui 29 Agu 2015, 06:53 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2015, 06:53 WIB
20150828-CEO Mahaka Sports & Entertainment-Jakarta
CEO Mahaka Sports & Entertainment, Hasani Abdulgani (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Malang - Piala Presiden 2015 akhirnya bakal digelar sesaat lagi di tengah konflik sepak bola yang terjadi di Indonesia. Turnamen ini dijadwalkan akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, pada Minggu (30/8) di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.

Pembukaan Piala Presiden 2015 akan dikemas meriah namun memiliki pengamanan ketat. Selain menyuguhkan laga pembuka tuan rumah Bali United Pusam melawan Persija Jakarta, acara juga akan diramaikan dengan suguhan tari karya Profesor I Wayan Dibia, seorang koregrafer ternama Indonesia.

Pada Jumat (28/8) siang, tim redaksi Liputan6.com berkesempatan untuk berbincang dengan promotor Piala Presiden 2015, CEO Mahaka Sports, Hasani Abulgani. Hasani mengungkapkan alasan keberaniannya menyuguhkan oase bagi klub-klub yang kehilangan pendapatan akibat terhentinya seluruh kompetisi di musim 2015.

Berikut wawacara dengan Hasani Abdul Gani.

Berbicara mengenai sepak bola, sudah banyak sekali kekisruhan dan kompetisi sempat diberhentikan. Apa pertimbangan Mahaka sampai akhirnya menjadi promotor Piala Presiden?
Kalau kita melihat ke belakang, mengapa kita terlibat dalam hal ini, sebetulnya ini adalah permintaan dari klub-klub. Klub-klub merasa berhentinya kompetisi membuat mereka rugi, karena sudah teken kontrak dengan sponsor dan pemain.

Dengan kondisi yang ada, siapa yang bisa menjalankan kalau harus ada turnamen? Mereka datang ke kita dan kita oke tapi harus didukung. Karena kalau kami tidak didukung untuk apa? Maka terkumpul lah 16 tim hari ini.


Apa tantangan terberat Mahaka untuk mempersiapkan Piala Presiden?

Bisa semalaman ceritanya. Singkatnya, kami meyakinkan mereka untuk ikut turnamen ini dan itu tak mudah.

Pertama siapa Mahaka? Toh selama ini Mahaka tidak pernah pegang event sepak bola. Waktu pertemuan pertama, kami memperlihatkan siapa kami, apa saja yang kami kerjakan. Lalu mereka mulai yakin.

Di pertemuan kedua, kami jelaskan bakal memberikan hadiah sekian-sekian, barulah mereka katakan 'Mahaka Oke'. Namun, setelah kami mendapat peserta prosesnya tidak mudah.

Bagaimana kami bisa menjalankan turnamen ini, itu lebih panjang ceritanya karena kita tahu ada dua pihak yang berkonflik. Kita harus tahu bagaimana cara menyenangkan dua pihak itu, di tengah-tengah.

Kita berbaik dengan kiri dan kanan. Per hari ini belum selesai tapi sudah okelah.

Sudah menunjukkan arah yang lebih baik? Tak ada yang bisa bendung lagi. Proses izin keramaikan harus mendapat rekomendasi BOPI, sebetulnya itu yang lama. Kita coba meyakinkan ini dan akhirnya BOPI mengeluarkan rekomendasi serta kepolisian mengeluarkan izin.


Ada tiga tim dari Divisi Utama. Bagaimana cara meyakinkan klub-klub ISL?
Memang tak mudah untuk membuat mereka percaya pada kami. Tapi setelah mereka lihat presentasi, mereka yakin kalau Mahaka bisa. Kami memang tidak pengalaman tapi kami rangkul yang berpengalaman masuk ke tim kami untuk melaksanakan turnamen besar ini.

Kita berteman dengan semua pihak karena tujuannya cuma satu, agar sepak bola tetap ada. Awalnya hanya 10 tim tapi saya pikir tidak apa-apa. Alangkah indahnya 18 tim ISL ini ikut. Sampai akhirnya kita kasih deadline, 5 tim tidak bisa ikut.

Kita rubah format, akhirnya seperti hari ini, ada empat group stage, perempat final, dan final. Untuk mengisi tiga tim, kita masukkan Divisi Utama.

Kalau Divisi Utama gampang, karena mereka malah appreciated, mereka kan diundang. Yang sulit adalah lima tim itu, Barito, Persiram, Perseru, Semen Padang, Persipura.


Turnamen ini berskala nasional. Yang membuat Piala Presiden berbeda dengan turnamen-turnamen sepak bola yang sudah ada?

Kami yang membuat tidak tahu apa bedanya, biarlah masyarakat yang menilai perbedaannya. Yang spesial dari Piala Presiden? Tentu kami membuat satu inovasi, agar sepak bola ini sedikit berbeda dengan yang telah dibuat EO lain.

Di Piala Presiden ini kita adakan water break. Kalau sepak bola tidak bisa berhenti untuk istirahat sebelum babak pertama selesai. Pada menit ke 30 kita adakan water break semacam timeout sekitar tiga menit. Pemain boleh minum air, pelatih boleh berkomunikasi dengan pemainnya.

Kalau di pertandingan resmi tim hanya boleh mengganti tiga kali, tapi kita enam. Kalau mau maksimal enam, tiap berganti langsung dua, dua, dua. Kalau dia mengganti satu orang pertama, sisanya bukan lima orang tapi empat. Dia hanya boleh ganti lagi.

Ini bukan hal yang luar biasa, karena di Eropa sudah dilakukan tapi pada pre-season. Karena kita anggap turnamen ini pra-musim, jadi sah-sah saja. Awalnya kita mau menerapkan yang agak berbeda seperti turnamen di Amerika Serikat. Kalau terjadi draw kita mau adu penalti, dibelakang atau di depan. Tapi karena teknis dengan tivi yang punya durasi terbatas, maka kita batalkan semuanya.


Hal yang membedakan turnamen Piala Presiden dengan yang lain bisa diperinci lagi tentang hadiah, match fee yang diterima klub-klub?
Kami tidak tahu kalau hadiah yang diterima menjadi yang terbesar selama sejarah di Indonesia, termasuk melebihi hadiah yang didapat di liga resmi.

Jadi juara I kita kasih Rp 3 M, juara II Rp 2 M, juara III Rp 1 M dan juara IV Rp 500 juta. Lalu kita memberi match fee Rp 500 juta per klub plus tim tuan rumah kita subsidi 350 juta, tim yang jadi tamu kita kasih uang transportasinya Rp 100 juta jadi total di awal Rp 600 juta.

Kalau dia masuk ke 8 besar, kita kasih lagi Rp 350 kalau masuk semifinal, minimum dia sudah dapat 500 kan? jadi totalnya lumayan. Satu lagi kita buat yang namanya Merit System, dan lebih pada rating tivi.

Dari semua pertandingan, 38 games, kita akan bagi group stage, delapan besar, semifinal dan final. Rating yang tertinggi dimiliki klub mana yang ditonton masyarakat. Itu kita kasih bonus lagi yang lumayan besar. Tapi kita belum tahu berapa besarnya karena kita tunggu sampai akhir.

Sebenarnya dari dana yang ada, 85 persen kita kembalikan ke klub. Tapi dengan tidak memberi langsung uangnya. Mudah-mudahan yang tidak ikut menyesal.


Kenapa memilih Bali sebagai tempat pembukaan Piala Presiden?

Ini pertanyaan bagus. Sebetulnya dengan membuat sistem penyisihan grup, ada empat kota yang kita pilih. Makassar, Bandung, dan Malang. Tiga kota itu kota sepak bola.

Ternyata di Bali itu punya klub Bali United. Itu adalah salah satu klub dengan manajemen terbaik untuk sementara. Stadion mereka juga dimiliki sendiri, itulah yang tidak dimiliki klub-klub lain. Stadionnya bagus, jadi kami pikir Bali salah satunya. Saat kita minta ke Bapak Presiden untuk membuka turnamen.

Pertama alasan kami karena Bali memang sudah jadi kota wisata, mungkin dampaknya pada masyarakat dunia yang ikut merasakan. Kedua, Bali bukan kota sepak bola kita ingin masuk ke sana untuk membangkitkan sepak bola di sana.

Bali juga ternyata punya bintang, yaitu pelatihnya, Indra Sjafri, mantan pelatih timnas U-19, yang cukup terkenal. Jadi ada alasannya kenapa memilih Bali.


Ada yang spesial dalam acara pembukaan Piala Presiden nanti?

Karena di Bali, yang kita kenal sebagai kota budaya, waktu pembukaan nanti ada tarian, terdiri dari 700 penari yang digabung dari tari pendet dan kecak tapi ada ceritanya.

Pialanya belum kita buat, karena dibuat dari kayu, yang dipahat oleh seniman Bali. Nanti sebelum kick-off tanggal 30, Pak Presiden akan memahat di tiga tempat untuk memulainya dan nanti akan diselesaikan oleh seniman Bali. Pada final 18 oktober nanti, piala itu sudah jadi.


Apakah ada rencana dari Mahaka untuk membuat turnamen ini menjadi rutin ke depannya?

Hari ini kita tak berpikir karena belum terjadi. Punya trauma karena liga baru jalan dua turnamen dan berhenti. saya akan mengatakan apakah akan berjalan lagi setelah final tanggal 18 oktober, tapi melihat dukungan dari masyarakat, oleh klub-klub itu buat kami ada suatu kebanggaan.

Tapi terlalu dini untuk mengharapkan ada Piala Presiden tahu depan. Saling mengharapkan tapi proses yang ada berdasarkan pengalaman, tidak semudah yang kita bicarakan. Kalau masalah bisa diselesaikan sampai final, dan kalau masyarakat sepak bola dan klub siapapun menginginkan ini kembali ada, kita akan coba ke sana lagi.


Bagaimana langkah Mahaka sebagai promotor dalam rangka menjaga kelancaran dan apa saja yang disiapkan untuk mengantisipasi gangguan keamanan yang mungkin terjadi?
Saya pribadi tak begitu concern dengan suporter karena suporter Indonesia memang begitu adanya. Kami menjaga agar turnamen ini benar-benar enak ditonton oleh penonton di stadion dan tivi. Bagaimana? Tidak kita pungkiri di sini ada pemukulan wasit, berantem, kerusuhan. Kalau kena kartu kuning, ini part of the game. Kalau tidak ada tidak usah main bola.

Untuk mengatasi supaya tidak terjadi pemukulan, karena akan membuat negatif turnamen ini, saya denda. Ini tidak ada di liga dan turnamen lain karena saya kasih denda Rp 100 juta kepada klubnya apabila pemainnya memukul wasit. Pemainnya tidak boleh lagi main di sisa pertandingan. Apabila terjadi perkelahian, kedua klub kita denda Rp 50 juta masing-masing. Pemain yang terlibat tidak boleh ikut bertanding di sisa turnamen.

Tadi kan diberi dana Rp 500 juta tiap klub, saya tahan Rp 200 juta deposit. Dua kali lu pukul, berarti lu tidak terima duit. Mudah-mudahan ini efek jera, karena klub-klub sedang butuh uang. Kalau ini tidak terjadi, penonton akan menonton tontonan yang menarik.


Apakah Mahaka memiliki minat menjadi sponsor klub Indonesia mengingat Erick Thohir pernah menyebut turnamen Piala Presiden sebagai sumbangsihnya untuk sepak bola Indonesia?
Saya kebetulan dengan Pak Erick punya visi yang sama. Cuma beda dompet. Pak Erick punya keterlibatan dengan sepak bola dan orang tidak banyak tahu, kalau beliau salah satu pemegang saham Persib Bandung. Tapi beliau juga berkecimpung di bola basket dan saya bersamanya pernah menjalankan liga basket. Ini kontribusi kita di bidang olahraga.

Kalau sekarang dia memiliki Inter Milan, DC United, karena sepak bola di kita belum bisa untuk berinvestasi. Harapan kami di Piala presiden ini, kami ingin memberi contoh mudah-mudahan ada investor-investor seperti Pak Erick berani berinvestasi di sepak bola kita. Tapi sepak bolanya harus bersih, tak ada unsur politik agar benar-benar jadi sebuah industri. Kalau sudah industri kita bicara investasi, kita berbicara profit oriented.

Jangan negatif karena semua butuh uang. Kalau pemain dapat kontrak yang tinggi yang menikmati kan dia. Klub tidak boleh rugi tapi pemain harus dapat sesuatu. Kalau ini terjadi orang-orang seperti Pak Erick banyak yang mau. Hari ini, saya hobi nonton sepak bola, saya mau di sepak bola, tapi kalau invest tunggu dulu. (Tho/Ary)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya