Liputan6.com, Jakarta - Banyak pemain sepak bola yang mengetahui persis kemampuan dan bakatnya. Pemain-pemain ini terus mengasahnya, hingga kemudian mampu mencapai puncak kariernya.
Namun, tak sedikit pula pemain yang tidak menyadari kemampuan terbaiknya. Mereka bahkan butuh bantuan pelatih untuk mendapatkan performa terbaiknya. Dalam hal ini soal posisi. Ya, posisi.
Baca Juga
- Chelsea Mulai Negosiasi dengan Pato
- Nil Maizar: Semangat Juang Semen Padang Militan
- 5 Penyerang Bidikan MU di Akhir Januari
Banyak pemain yang kemudian muncul menjadi bintang, bahkan legenda, setelah berubah posisi di lapangan. Gareth Bale, yang kini bermain di Real Madrid, adalah salah satunya.
Saat mengawali karier di Southampton, Bale muda adalah seorang bek kiri. Namanya mulai mencuat saat bergabung dengan Tottenham Hotspur dan bermain di posisi gelandang kiri.
Kini bersama Madrid, Bale malah makin kinclong sebagai sayap kiri. Dia juga sangat produktif lantaran telah mencetak 13 gol sepanjang Liga Spanyol musim ini. Tak heran, di tim nasional Wales, dia juga kerap dimainkan sebagai striker.
Di bawah ini lima pemain yang kemudian jadi legenda setelah berubah posisi:
Andrea Pirlo
1. Andrea Pirlo
Awalnya Andrea Pirlo dikenal sebagai gelandang serang saat membela Brescia di Liga Italia. Trequartista, tepatnya. Ia diberikan posisi sebagai pemain yang beraksi di belakang dua penyerang.
Namun, lantaran ketika itu ada Roberto Baggio, karier Pirlo pun agak tersendat. Begitu pula saat pindah ke Inter Milan. Dengan posisi sama, nama Pirlo masih belum dikenal.
Namanya menjulang saat bergabung dengan AC Milan pada 2001. Di Milan, posisinya diubah oleh pelatih Carlo Ancelotti. Pirlo tak lagi bermain di belakang dua penyerang, melainkan di depan empat bek sejajar. Deep-lying playmaker istilah kerennya.
Bersama Milan, Pirlo memenangkan dua scudetto dan dua gelar Liga Champions. Pirlo juga jadi bagian penting saat Italia memenangi Piala Dunia 2006.
Kemampuannya dalam mengeksekusi tendangan bebas makin membuat karier Pirlo bersinar. Pun saat dia bergabung dengan Juventus pada 2011-2015. Kini Pirlo merumput di Liga Amerika Serikat bersama New York City.
Advertisement
Thierry Henry
2. Thierry Henry
Thierry Henry mungkin tak akan jadi legenda Arsenal, jika Arsene Wenger tak mengubah posisinya. Saat bergabung dengan Arsenal, 1999, Henry dikenal sebagai pemain sayap yang mengandalkan kecepatan.
Namanya memang sempat menjulang bersama AS Monaco. Namun saat diboyong Juventus tahun 1999 dengan posisi tersebut, nama Henry justru tenggelam. Dia bahkan tak sampai semusim membela Juventus karena Wenger kemudian memboyongnya ke Arsenal.
Wenger lalu memainkan Henry sebagai penyerang. Henry pun berubah menjadi "monster" di muka gawang lawan. Arsenal dua kali dibawanya menjadi juara Liga Primer. Henry sendiri empat kali tampil jadi pencetak gol terbanyak Liga Primer.
Hingga kini Henry masih tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Arsenal sepanjang masa. Selama periode 1999-2007, dia mencetak total 228 gol di semua ajang.
Lepas dari Arsenal, Henry bergabung dengan Barcelona. Dia pensiun di klub Amerika Serikat New York Red Bulls pada 2014. Pada 2012, Henry sempat dipinjamkan ke Arsenal. Namun, ketika itu dia tak terlalu sukses.
Paul Scholes
3. Paul Scholes
Tak banyak yang tahu bahwa Paul Scholes mengawali karier sebagai penyerang di Manchester United (MU). Wajar, karena namanya menjulang saat dia sudah berubah posisi menjadi gelandang.
Posisi gelandang sendiri dilakoni Scholes mulai tahun 1997. Itu pun kebetulan. Ketika itu Scholes yang masih berusia 23 tahun diminta menggantikan peran Roy Keane yang cedera.
Tak dinyana, posisi barunya itu ternyata cocok dilakoni Scholes. Ya, Scholes kemudian berkembang menjadi gelandang yang ulet, kuat dalam bertahan, dan fighter.
Dengan posisinya itu, Scholes sukses membawa MU memenangkan 11 gelar Liga Primer dan dua Liga Champions. Hingga saat ini Scholes masih jadi idola publik Old Trafford.
Advertisement
Franz Beckenbauer
4. Franz Beckenbauer
Siapa yang tak kenal Franz Beckenbauer? Namanya disebut-sebut sebagai salah satu pionir posisi libero centre half, "pemain bebas", yang kuat bertahan tapi kerap ikut membantu serangan.
Beckenbauer mendulang banyak sukses bersama Bayern Muenchen dan timnas Jerman. Bersama Muenchen, dia memenangkan empat gelar liga dan tiga Piala Champions. Sementara bersama Jerman, Sang Kaisar, julukannya, berperan besar saat menjuarai Piala Dunia 1990.
Namun, siapa sangka jika Beckenbauer ternyata mengawali karier sebagai gelandang serang. Setidaknya saat bersama Muenchen hingga tahun 1964.
Posisi libero, atau sekarang kerap disebut defensive midfielder, baru dilakoni Beckenbauer saat membela Jerman di Piala Dunia 1966. Gaya bermain Beckenbauer hingga kini bahkan masih banyak ditiru pemain-pemain era modern.
John Charles
5. John Charles
John Charles bisa jadi merupakan satu dari sedikit pemain asal Inggris Raya yang sukses di Italia. Bersama Juventus, dia memenangkan tiga gelar scudetto: 1957/1958, 1959/1960, dan 1960/1961.
Di Italia, pria asal Wales ini dikenal sebagai predator gol. Bahkan, di musim pertamanya bersama Juventus, dia sudah jadi pencetak gol terbanyak Liga Italia dengan 28 gol.
Gayanya yang kalem tapi "mematikan" di lapangan sangat disukai suporter. Maka itu, dia pun kerap dijuluki Gentle Giant.
Menariknya, saat diboyong Juventus dari Leeds United, Charles berposisi sebagai bek. Dan, hebatnya, dengan posisi bek itu pula dia sempat membawa Leeds berjaya, salah satunya jadi runner-up Liga Inggris 1955/1956.
Advertisement