Tontowi / Liliyana Kembalikan Tradisi Emas Indonesia di Olimpiade

Tradisi emas Indonesia di Olimpiade sempat terhenti pada London 2012.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 18 Agu 2016, 04:45 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2016, 04:45 WIB
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Olimpiade Rio 2016, Medali Emas Bulutangkis
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir merayakan kemenangan usai meraih medali emas Olimpiade Rio 2016 setelah mengalahkan Peng Soon Chan dan Liu Ying Goh dari Malaysia.(AP/Mark Humphrey)

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016, Rabu (17/8/2016). Sukses itu juga mengembalikan tradisi emas Indonesia di ajang Olimpiade setelah sempat terputus di London 2012.

Di final, Tontowi/Liliyana mengalahkan pasangan Malaysia, Peng Soon Chan/Liu Ying Goh dengan dua set langsung, 21-14 dan 21-12. Sejak awal, Tontowi/Liliyana terlihat dominan atas ganda campuran peringkat ke-11 dunia tersebut.



Sejak Olimpiade Barcelona 1992, kontingen Indonesia mampu meraih medali emas. Bahkan dua medali emas, diawali dengan torehan Susi Susanti di nomor tunggal putri bulutangkis, lalu disusul Alan Budikusuma dari tunggal putra bulutangkis.

Pada Atlanta 1996, medali emas kembali diperoleh kontingen Indonesia. Kali ini, ganda putra bulutangkis Indonesia, Rexy Mainaky/Ricky Subagja, yang mengalahkan wakil Malaysia, Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock lewat pertandingan tiga set, 5-15, 15-13 dan 15-12.

Nomor ganda putra bulutangkis kembali menjadi penyumbang medali emas bagi kontingen Indonesia di Olimpiade Sydney 2000. Adalah pasangan Candra Wijaya/Toni Gunawan yang berhasil mengibarkan bendera Merah Putih sekaligus lagu Indonesia Raya di Sydney 2000 usai menundukkan ganda putra Korea Selatan, Lee Dong-soo/Yoo Yung-Sung di final.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Taufik Hidayat Berlanjut di Athena 2004

[Bintang] Pemain Bulutangkis Pemikat Hati Kaum Hawa Selain Jonatan Christie
Taufik Hidayat, saat menjuarai nomor tunggal putra di Olimpiade Athena 2004. (chirpstory.com)

Sementara pada Olimpiade Athena 2004, tradisi emas Indonesia berlanjut. Taufik Hidayat yang turun di nomor tunggal putra bulutangkis menjadi pendulang medali emas usai mengalahkan wakil Korea Selatan, Shon Seung Mo lewat pertandingan dua set, 15-8 dan 15-7.

Kemudian, di Olimpiade Beijing 2008 giliran Hendra Setiawan/Markis Kido yang menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia. Di nomor ganda putra, Hendra/Kido menyabet emas setelah mengalahkan lawan berat dari Tiongkok, Fu Haifeng/Cai Yun lewat drama tiga set, 12-21, 21-11, dan 21-16.

Olimpiade London 2012 menjadi titik terendah bagi bulutangkis Indonesia kala itu. Selain tradisi medali emas terhenti, kontingen Indonesia juga gagal mempersembahkan satu medali pun dari cabang bulutangkis.

Akhirnya, Tontowi/Liliyana menjadi penyambung tradisi emas Indonesia di Olimpiade setelah sukses mereka di Rio de Janeiro, Brasil. Tentu saja kita semua berharap, pada olimpiade-olimpiade berikutnya tradisi emas Indonesia tidak lagi terputus, bahkan malah bertambah.  

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya