PON Jabar: Jalan Sunyi Cabor Angkat Berat di Indonesia

Viky merupakan jawara Asia angkat berat untuk kelas 69kg sekaligus pemegang rekor.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 26 Sep 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2016, 06:30 WIB
Viky Aryanto
Viky Aryanto

Liputan6.com, Bandung - Bagi orang awam, cabang olahraga angkat besi dan angkat berat boleh jadi dianggap tidak berbeda. Namun, meski olahraga ini sama-sama mengangkat barbel, beban angkatan di angkat berat jauh lebih besar ketimbang di angkat besi.

Untuk perbandingan saja, atlet angkat besi Jawa Barat, Deni yang merebut emas PON 2016 di kelas 69kg, total angkatannya 328kg. Sementara atlet angkat berat Lampung, Viky Aryanto, meraih emas PON 2016 di kelas 66kg dengan total angkatan 798kg.

Namun, cabor angkat besi jelas jauh lebih populer ketimbang angkat berat. Di ajang multievent internasional seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games, angkat besi selalu dipertandingkan.

Hal ini pun dirasakan Viky Aryanto, yang merasa kesulitan untuk ikut kejuaraan angkat berat, baik tingkat nasional maupun internasional. Siapa yang menyangka, Viky merupakan jawara Asia angkat berat untuk kelas 69kg sekaligus pemegang rekor.

Tahun ini, lifter berusia 21 tahun ini sukses menyabet gelar juara Asia di Indonesia untuk kelas 69. Prestasi internasional Viky itu minim publikasi, hal tersebut tentu saja karena kurangnya popularitas cabor angkat berat. 

"Kalau bisa angkat berat ada di SEA Games dan Asian Games. Karena biasanya hanya ikut Kejuaraan Asia atau Kejuaraan Dunia saja," kata Viky kepada Liputan6.com, Minggu (25/9/2016).

Diakui Viky, PB. PABBSI (Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia), yang membawahi cabor angkat berat cukup memberikan perhatian dan dukungan. Atlet yang berstatus mahasiswa semester lima STIE Muhammadiyah Pringsewu, Lampung ini berniat mendongkrak popularitas angkat berat di Indonesia dengan prestasi.

"November nanti, ada Kejuaraan Dunia angkat berat di Orlando, Amerika Serikat. Target saya di sana merebut medali emas," ungkapnya.

Alasannya menggeluti cabor angkat berat, tidak lain karena alasan ekonomi. Uang hadiah dari juara angkat berat dipakainya untuk membantu ekonomi keluarga.

"Tertarik angkat berat yang karena bonus-bonus menang bisa buat keluarga, bisa buat biaya kuliah," tuturnya.

Ini merupakan kedua kalinya Viky meraih medali emas di ajang PON, setelah sebelumnya juara di PON 2012 Riau. Ia melampaui rekor PON pada angkatan squat dari 305 kg atas namanya sendiri, yang dicatatkan di PON 2012 Riau, menjadi 307 kg.

Lalu, pada angkatan dead lift dari 290 kg yang juga diraihnya pada PON 2012 Pekanbaru dilampauinya pada PON Jabar ini menjadi 291 kg. Jumlah total angkatan yang diraihnya pada PON 2016 seberat 798 kg melampaui rekornya yang diraih pada PON 2012 Riau, seberat 797,5 kg.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya