Liputan6.com, Jakarta - Laga leg kedua final Piala AFF 2016 antara Thailand vs Indonesia di Stadion Rajamangala, Sabtu (14/12), juga turut bakal jadi adu kualitas dan mentereng antara Alfred Riedl kontra Kiatisuk Senamuang. Menarik untuk menantikan siapa yang memenangkan taktiknya dalam laga nanti.
Baca Juga
Kiatisuk sendiri memang dianggap sebagai pelatih muda berprestasi. Baru berusia 43 tahun, dia sudah menggenggam tiga gelar, yakni juara AFF 2014, Piala Raja 2016, dan medali emas SEA Games 2013.
Taktik dan tangan dinginnya sangat terasa di tubuh The War Elephants. Bahkan, pada Piala AFF 2016 ini, pelatih yang karib disapa Zico tersebut meluncurkan formasi anyar dengan hanya mengandalkan tiga bek dan terbukti tokcer.
Sementara, Indonesia punya Alfred Riedl sudah punya rencana di benaknya untuk mematikan Thailand dari lini tengah. Enam laga sudah dijalani Thailand. Baru kebobolan 4 gol dan hanya Indonesia yang mampu membobol gawang Thailand. Tentu ini tak lepas dari andil tangan dingin Riedl.
Latar Belakang
Perang keduanya nyatanya bukan hanya soal strategi. Tetapi dengan latar belakang, Riedl maupun Kiatisuk, bahkan sejak menjadi pemain.
Riedl sendiri cukup sukses di Austria. Dia pernah mengemas dua gelar liga divisi dua Austria bersama Austria Wien. Dia juga pernah dua kali merebut gelar Piala Austria dan dengan dua klub berbeda.
Gelar pertama diraih pada 1971 bersama Austria Wien, dan kedua 1981 bersama Grazer AK. Sepanjang menjadi pemain, Riedl sendiri sudah memperkuat 8 klub berbeda.
Bila ditotal, dia berhasil mengoleksi 427 penampilan, di Liga Austria dengan catatan gol menarik, yakni 210. Sebuah catatan impresif sebagai pemain berposisi striker. Apalagi dia pernah menjadi top skorer di divisi utama Austria pada 1972 lalu.
Sejak pensiun, Riedl memilih jalan tetap di sepak bola, yakni menjadi pelatih. Namun, prestasinya sebagai pelatih hanya mentereng di kawasan Asia Tenggara.
Riedl sendiri selama ini dijuluki pelatih spesialis runner-up. Sebab, dia sudah enam kali meraih posisi kedua. Bersama Vietnam sekali di Piala AFF, sekali di SEA Games, sekali di Piala Raja, dan dua kali di SEA Games bersama Vietnam U-23.
Pelatih 67 tahun ini juga baru menghadirkan sekali gelar runner-up bersama Indonesia di Piala AFF 2010. Tentu, bila nanti sukses juara, bisa jadi akhir yang indah bagi Riedl.
Advertisement
Lebih Lengkap
Sedangkan Kiatisuk sendiri tak kalah cemerlang. Sama dengan Riedl, dia juga dahulu merupakan pemain berposisi sebagai striker. Semasa jadi pemain, Kiatisuk sendiri melalangbuana di beberapa klub Thailand.
Namun, dia juga pernah bermain di Malaysia yakni bersama Perlis FA pada 1998-99 lalu dengan mencetak 22 gol dari 21 penampilan. Dia juga pernah menimba ilmu bersama Huddersfield Town, klub Divisi Bawah Inggris meski tak sekalipn tampil.
Kiatisuk merupakan legenda hidup Thailand. Semasa jadi pemain, dia total mempersembahkan tiga gelar Piala AFF, empat medali emas SEA Games, dan tiga Piala Raja. Catatan golnya juga lumayan tajam, dengan mencetak 71 gol dari 134 caps.
Sosok 43 tahun ini memulai karier di timnas Thaiiland pada 2013 lalu. Dia menjadi pelatih timnas U-23 Thailand. Sukses dengan meraih satu medali emas SEA Games 2013, dan tempat keempat Asian games 2014 lalu, Kiatisuk naik pangkat.
Pada 2014 lalu, dia akhirnya ditunjuk untuk tangani timnas senior. Menggantikan Surachai Jaturapattarapong, Kiatisuk langsung membuktikannya. Ya, dia berhasil mengantarkan Thailand juara Piala AFF 2014 lalu.
Cukup menarik bukan, menantikan kedua pelatih sarat prestasi ini adu taktik dalam leg kedua nanti?
I. Eka Setiawan