Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia olahraga mana pun, para atlet jelas terlibat dengan obat. Namun, jangan sampai penggunaan obat ini malah disalahgunakan.
Dunia gemerlap di luar sepak bola dapat membuat para pemain terjerumus. Selain kehidupan malam, zat adiktif atau narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) jadi penghancur karier pemain.
Advertisement
Baca Juga
Seorang pesepak bola sejatinya harus sehat fisik dan jasmani. Bukan hanya itu saja, mereka dituntut harus memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata manusia biasa.
Dana melimpah yang diperoleh dari gaji sering kali membuat para pesepak bola lupa diri. Selain itu, frustrasi di lapangan juga turut memengaruhi kehidupan mereka.
Terdapat para pemain yang terjerumus karena pengaruh obat-obatan terlarang. Hasilnya, karier mereka hancur. Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda.
5. Mark Bosnich
Karier Mark Bosnich sempat mengundang kontroversi, seperti pelanggaran aneh pada Jurgen Klinsmann yang lebih mirip dengan UFC. Namun, sebenarnya dia sangat istimewa. Contohnya kala Bosnich membantu Aston Villa meraih Piala Liga pada 1993/94 dan 1995/96.
Bosnich kemudian pindah ke Manchester United pada 1999, dan seharusnya menjadi penerus Peter Schmeichel. Meskipun musim pertama dimulai dengan baik, hal-hal segera menjadi buruk saat MU kedatangan Fabien Barthez.
Akhirnya, Bosnich dilepas ke Chelsea dengan status bebas transfer pada Januari 2001. Seharusnya dia masih berada di posisi prima mengingat masih berusia 29 tahun, cukup muda untuk kiper.
Masalah dengan kebugarannya membuat dia keluar sampai 2001/02. Saat kembali, Bosnich dinyatakan positif kokain dan dilarang bermain sembilan bulan serta dipecat oleh Chelsea. Dari sana, pemain asal Australia itu tidak terkendali dan benar-benar kecanduan kokain.
Dia bahkan sampai pada titik menghabiskan sekitar 5 ribu pound sterling seminggu untuk obat tersebut. Bosnich menghabiskan lima tahun dalam gemerlap kokain dan mengakhiri kariernya dengan hanya 12 laga profesional sebelum pensiun.
Advertisement
4. Adrian Mutu
Adrian Mutu merupakan pemain lain yang kariernya hancur oleh penggunaan kokain. Padahal, striker Rumania itu sangat mengesankan, mulai dari perkuat Dinamo Bucharest, dengan mencetak 22 gol dalam 33 pertandingan sebelum pindah ke Italia dengan Inter Milan.
Dia sempat melakukan langkah besar ke Chelsea dengan harga sekitar 16 juta euro pada Agustus 2003. Ketika Jose Mourinho mengambil alih Chelsea untuk 2004/05, Mutu dinyatakan positif kokain pada September 2004. Dia lalu dipecat Chelsea dan akhirnya dilarang tampil selama tujuh bulan.
Meskipun demikian, klub-klub Italia masih bersedia memberinya kesempatan. Dia pindah ke Juventus, dan kemudian ke Fiorentina saat Nyonya Tua terdegradasi karena skandal Calciopoli tahun 2006.
Mutu terbukti menjadi buah bibir di Fiorentina. Namun ternyata ia masih merupakan bom waktu lantaran kembali ditangkap karena pelanggaran doping lain pada 2010. Kali ini, ia menggunakan stimulan yang dilarang. Ini membuatnya mendapat larangan enam bulan lagi, dan saat kembali ke sepak bola, kariernya mulai tak jelas.
3. Paul Gascoigne
Dianggap pemain berbakat paling alami yang pernah diproduksi Inggris, Paul Gascoigne sangat istimewa pada Piala Dunia 1990. Bahkan, saat mengalami cedera lutut serius di final Piala FA 1991, Lazio masih bersedia membayar uang besar untuk membawanya ke Roma dari Tottenham.
Padahal, cedera lutut yang terjadi saat berada di sebuah klub malam itu membuatnya absen sampai musim 1992/93. Meskipun beberapa pertunjukan hebat untuk Lazio, di luar lapangan, kehidupan pribadi Gascoigne benar-benar lepas kendali karena kepribadiannya yang adiktif dan penggunaan alkoholnya.
Dia pergi ke Euro 1996 bersama Inggris dengan dikelilingi oleh kontroversi, karena kebiasaan mabuk sebelum pertandingan. Meski tampil bagus di sana, dia dikeluarkan dari timnas Inggris pada Piala Dunia 1998 karena tidak mampu mengurangi minumnya.
Kejadian itu mengakhiri kariernya di tingkat atas. Meskipun tetap aktif bersama Middlesbrough dan Everton, dia juga menghabiskan waktu di rehab dan terus berjuang dengan kecanduan alkohol serta narkoba.
Gascoigne akhirnya memilih pensiun pada usia 34 tahun. Kariernya benar-benar hancur karena penyalahgunaan zat dan dia terus bergulat dengan hal itu sampai hari ini.
Advertisement
2. George Best
Hampir sulit untuk mengklaim bahwa isu-isu alkohol George Best merusak kariernya. Sebab, dia pernah memenangkan gelar Liga Champions bersama Manchester United pada 1968 dan pada tahun yang sama dia merebut Ballon d'or.
Best juga memenangkan gelar Divisi Utama bersama United pada tahun 1964/65 dan 1967/68. Dia juga dikenal luas sebagai salah satu pemain terhebat sepanjang masa, beberapa bahkan akan mengatakan pemain berbakat paling alami yang pernah ada.
Namun, Best acap memiliki masalah dengan alkohol. Dia merupakan seorang pecandu alkohol. Hal inilah yang sedikit menghambat karier hebatnya bersama Red Devils. Seandainya fit dan terbebas dari alkohol, dia bisa dengan mudah bermain untuk Irlandia Utara di Piala Dunia 1982 dan mungkin membantu mereka melangkah lebih jauh di turnamen itu.
Karena itu, penyalahgunaan alkohol tersebut membuat dia hanya mencapai sebagian kecil dari kemampuannya. Bahkan lebih tragis lagi, hal itu juga menyebabkan dia meninggal dunia pada usia yang sangat muda.
1. Diego Maradona
Salah satu pemain terbaik sepanjang masa, Diego Maradona, adalah pemain yang sebenarnya tak pantas dilabeli gagal. El Diego membawa Argentina juara di Piala Dunia 1986 dan hampir mengulangi prestasi tahun 1990.
Saat itu mereka mencapai final, tapi kalah dari Jerman Barat. Di level klub ia juga luar biasa sukses dengan memenangi Serie A dua kali dan Piala UEFA saat bermain untuk Napoli. Pada 2000, ia bahkan terpilih sebagai Pemain Terbaik FIFA.
Sayangnya, Maradona punya masalah utama dengan narkoba sepanjang kariernya yang dimulai pada pertengahan 1980-an. Maradona menjadi kecanduan kokain saat bermain untuk Barcelona pada 1983.
Semuanya terkuak saat dia diuji positif kokain pada Maret 1991. Ia dilarang bermain selama 15 bulan. Hal ini menyebabkan dia meninggalkan Napoli dengan aib besar dan kembali ke Argentina.
Saat Piala Dunia 1994 bergulir, Maradona telah memulai kebangkitan kariernya. Sayangnya, semua itu dibangun di atas kebohongan. Dia kembali positif obat terlarang, kali ini untuk efedrin stimulan yang dilarang. Maradona dikirim pulang dari Piala Dunia karena aibnya itu.
Advertisement