Liputan6.com, Jakarta Sepuluh hari kepergian Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) akhirnya angkat bicara. Ketua Umum BOPI, M Noor Aman, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas insiden yang menimpa penjaga gawang 38 tahun tersebut.Â
Choirul Huda meninggal dunia akibat berbenturan dengan rekan satu timnya, Ramon Rodrigues. Akibat insiden tersebut, Choirul Huda, mengalami cedera di bangian rahang dan dada. Choirul Huda sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.Â
Advertisement
Baca Juga
Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Noor Aman mengatakan, pihaknya tidak akan mencampuri masalah evaluasi teknik berbagai pihak tentang penyebab meninggalnya Choirul Huda. Namun dia hanya ingin mengingatkan, bahwa apa yang dialami Choirul Huda, bukanlah yang pertama di Indonesia.
Sebelumnya nasib yang sama juga dialami pemain Persebaya Eri Irianto saat melawan PSIM Yogyakarta (3/4-2000) di Stadion 10 November Surabaya, setelah ia mendapat serangan jantung akibat bertabrakan dengan Samson Naujine Kinga. Juga Jumadi Abdi, pemain PKT Bontang, setelah ditendang Deni Tarkas ( Lamongan) saat bertanding di Stadion Mulawarman Bontang (7/3-2009). Jumadi meninggal di rumah Sakit, 6 hari kemudian.
Pemain lainnya Sekou Camara Pelita Bandung Raya), meninggal saat latihan, akibat serangan jantung. Akli Fairus (Persiraja Banda Aceh), juga meninggal dalam kompetisi Divisi Utama melawan PS Sigli, akibat ditendang Agus Rohman pada perutnya.
Dengan mengemukakan beberapa kejadian tersebut, Noor Aman menilai klub-klub yang ada di Indonesia kurang perhatian terhadap masalah medis. Hal ini dapat dibuktikan lagi dari laporan pengawasan dan pengendalian tim BOPI pada Kompetisi Liga 1 .
Â
Â
Saran BOPI kepada PSSI
Menurut M. Noor Aman, klub-klub hanya fokus pada masalah wasit atau pelatih, sementara petugas dan masalah medis dianggap kurang penting, bahkan pada Tecknical Meeting, tidak pernah dihadirkan dokter yang bertugas.
Demikian juga ruang medis. Di beberapa stadion umumnya tidak memenuhi syarat, karena hanya tersedia 1 tempat pembaringan. Ambulans juga belum memenuhi ketentuan yang berlaku sesuai regulasi FIFA. Bahkan dokter klub umumnya hanya dokter umum.
Peralatan medis pun sekadarnya saja, termasuk masalah tandu. Selain itu Noor Aman juga mempertanyakan keahlian petugas medis yang ada di lapangan.Â
Oleh karena itu, Noor Aman menyarankan, sejalan dengan rencana PSSI akan melakukan evaluasi total Liga Profesional, penerapan regulasi yang terkait masalah medis seperti yang ditentukan FIFA harus benar-benar dlaksanakan secara konsekuen, jangan ada lagi toleransi. Harus dilakukan seperti masalah penerapan legalitas klub.
Advertisement