Jadwal Liga 1 2018 Kembali Molor, Persib Alami Kerugian

Liputan6.com, Bandung - Kompetisi Liga 1 musim 2018 kembali diundur. Rencana awal kick-off Liga 1 akan digelar 10 Maret 2018, tapi sejumlah alasan membuat jadwal kembali molor.

Pelatih Persib Bandung, Roberto Carlos Mario Gomez menganggap keputusan ini memberikan dampak buruk bagi timnya. Sebab, Mario Gomez merasa ini bukan yang pertama kali PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi melakukan perubahan jadwal.

Salah satu kerugian yaitu harus kembali membuat ulang program latihan Persib yang selama ini telah disusun dan menjaga para pemain tetap dalam kondisi prima. Bahkan Gomez menilai hal tersebut dirasakan oleh tim lain.

"Situasi ini tidak menguntungkan bagi semuanya, tidak bagi pemain, untuk suporter, untuk staf," beber Mario Gomez.

"Kami berlatih setiap hari untuk persiapan liga yang akan dimulai tanggal 10, sekarang diundur jadi tanggal 24, ini tidak baik bagi persiapan tim, kami terus berlatih setiap hari tanpa kepastian kapan liga akan dimulai," ungkap pelatih anyar Persib ini.

Dia menegaskan bahwa yang rugi bukan hanya Persib dalam mundurnya jadwal kompetisi Liga 1 2018. Seluruh tim peserta akan merasakan ketidakpastian soal kompetisi.

Mantan asisten pelatih Inter Milan dan Valencia ini meminta pihak operator PT Liga Indonesia Baru harus bisa menerapkan peraturan tegas. Mario Gomez ingin tidak ada perubahan jadwal jika tidak terjadi force majeure.

Menurut dia, kompetisi sepak bola yang baik dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia si kulit bundar tanah air. Mario Gomez ingin persiapan Persib tidak rusak karena kembali mundurnya jadwal kompetisi.

"Saya tahu, mungkin kami akan memulai kompetisi tanggal 24 (Maret) mendatang, tapi bagi kami yang terpenting kapan kompetisi ini akan dimulai dengan pasti, karena setiap saat berubah, kami tidak tahu kapan ini akan bergulir," jelasnya.

Sebagai antisipasi, Persib Bandung bakal menggelar laga uji coba menghadapi tim Liga 1 yang rencananya dilaksanakan di Kota Bandung pada pekan depan. (Kukuh Saokani / Bandung)