Kematangan Juventus

Juventus sukses meraih gelar Serie A ketujuh secara beruntun.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 15 Mei 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 18:00 WIB
Juventus
Pemain Juventus berselebrasi usai pertandingan melawan AS Roma pada lanjutan Liga Serie A Italia di stadion Olimpiade, (13/5). Juventus bermain imbang 0-0 atas Roma dan memastikan tim asuhan Massimiliano Allegri meraih scudetto. (AP Photo/Gregorio Borgia)

Liputan6.com, Jakarta Juventus akhirnya memastikan diri keluar sebagai scudetto musim ini. Meski masih menyisakan satu pertandingan lagi, Si Nyonya Tua sudah tidak terkejar usai bermain 0-0 melawan AS Roma di Stadio Olimpico, Minggu (13/5/2018) atau Senin dinihari WIB. 

Juventus sebenarnya masih menyisakan satu pertandingan lagi. Namun dengan torehan 92 poin dari 37 laga, Si Nyonya Tua tidak lagi bisa terkejar di puncak klasemen Serie A. 

Ini merupakan kali ketujuh secara beruntun Juventus keluar sebagai juara Serie A dan menjadi trofi kedua yang mendarat musim ini. Sebelumnya, Juventus sudah melengkapi lemari kemenangannya dengan trofi Copa Italia dengan mengalahkan AC Milan 4-0.

Sejauh ini, Juventus menjadi tim Italia pertama yang mampu merebut tujuh gelar Serie A secara beruntun. Musim ini, Juventus juga mengemas 12 kemenangan beruntun sejak 17 Desember 2017 hingga 14 Maret 2018 dan jadi rekor kemenangan terlama di Serie A. 

Juventus sebenarnya berpotensi merebut treble winner musim ini. Sayang, tim asal kota Turin itu harus terhenti di babak perempat final Liga Champions. Langkah gontai Nyonya Tua dijegal oleh wakil Spanol, Real Madrid yang akhirnya sukses melaju hingga ke babak final. 

Bagi sang pelatih, Massimiliano Allegri, ini juga merupakan pencapaian yang spesial. Sebab gelar juara Serie A musim ini merupakan trofi keempat yang dipersembahkan pelatih asal Italia tersebut kepada Juventus sejak menangani mereka beberapa tahun lalu. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Lantas apa kunci keberhasilan Juventus? 

Juventus
Para pendukung Juventus merayakan gelar juara Liga Serie A Italia di Turin (13/5). Ini merupakan gelar ketujuh beruntun Juventus. (AP Photo/Alessandro Di Marco)

Seperti dilansir stuff.co.nz, sejak pramusim, kekuatan Juventus sebenarnya sudah terlihat. Stok amunisi yang dimiliki Bianconeri terbilang lengkah dan merata. Pembelian yang dilakukan juga efisien. Dengan budget sebesar 150 juta euro, Juventus memboyong Federico Bernardeschi, Blaise Matuidi, Benedikt Hoewedes, Mattia De Sciglio, dan Wojciech Szczesny. 

Selain itu, Juventus juga mempermanenkan dua pemain pinjaman, Medhi Benatia dan Juan Cuadrado. Namun pembelian terbaik tentu saja winger asal Brasil, Douglas Costa. 

Costa diboyong dari Bayern Munchen dengan harga 6 juta euro. Setelah masa adaptasi di awal musim,, Costa menjadi pemain kunci bagi lini serang Juventus. Dia berhasil melepaskan 12 assist sepanjang Serie A dan menjadi pemain kunci bagi gelar Serie A ketujuh Juve.

Menariknya, 7 assist dilepaskan Costa saat dia masuk sebagai pemain pengganti. Ini membuktikan, pemain berusia 27 tahun itu merupakan pembeda bagi permainan Juventus.

Juventus sebenarnya bukan tanpa masalah di awal musim. Selain rival yang bertambah kuat, Juventus juga direpotkan dengan kepergian sang kapten Leonardo Bonucci. Pemain 31 tahun itu memilih berlabuh ke AC Milan gara-gara tidak cocok dengan Massimiliano Allegri. 

Kepergian Bonucci tentu saja membuat Allegri pusing. Dia kebingungan mencari sosok yang tepat menggantikan pemain sarat pengalaman itu. Akibatnya, pertahanan Juventus keropos dan harus kebobolan 14 kali dalam 13 pertandingan yang dilalui di pentas Liga. 

Beruntung, Allegri punya Benatia. Pemain asal Maroko ini-lah yang kemudian bahu-membahu dengan Chiellini mengawal pertahanan Juve. Sempat kalah 2-3 dari Sampadoria, barisan belakang Juventus bangkit dan hanya kebobolan sekali dalam 16 laga berikutnya di pentas Serie A. Sepanjang musim ini, Juventus hanya kebobolan sebanyak 23 gol saja.  

 

 


Keteguhan Allegri

Juventus, AC Milan, Coppa Italia
Para pemain Juventus melepar pelatih Massimiliano Allegri ke udara saat merayakan keberhasilan meraih trofi Coppa Italia di Rome Olympic stadium, (9/5/2018). Juventus menang 4-0. (AP/Gregorio Borgia)

Bermain bertahan selama ini memang jadi ciri khas Allegri. Pelatih berusia 50 tahun itu tidak perduli meski di awal banyak yang mencibir strateginya. Bahkan suporter Juventus sempat mengkritik cara bermain Juventus yang lebih mementingkan pertahanan. Terlebih, sang rival, Napoli banyak dipuji karena menampilkan permainan sepak bola yang menghibur. 

Tidak hanya saat bertemu tim besar, Allegri juga menerapkan sistem ini saat bertemu tim lemah. Tidak aneh bila skor akhir pertandingan juga jarang memanjakan para penonton. 

Namun keyakinan Allegri terbukti membuahkan hasil. Meski akhirnya gagal di Liga Champions, permainan bertahan telah mengantar Juventus meraih 2 gelar musim ini.

Menggantikan Antonio Conte yang berhasil mempersembahkan tiga gelar bagi Juventus tentu bukan perkara mudah. Namun Allegri telah membuktikan kapasitasnya dalam mengubah tim Juventus sesuai dengan kemauannya dengan hasil happy ending.  

"Scudetto bersama Conte terasa emosional, tapi bersama Allegri, kami punya tantangan yang lebih besar," kata CEO Juventus, Beppe Moratta. "Kerja sama kami masih sempurna. Allegri membuktikan diri kalau ia pantas menangani Juventus," beber Moratta. 

Juventus masih menyisakan satu laga lagi. Pada pertandingan pamungkas musim ini, Si Nyonya Tua akan menjamu Hellas Verona, Sabtu,19 Mei 2018. 

Saksikan video menarik di bawah ini: 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya