Setelah Tangan Tuhan dan Jadi Drakula, Suarez Cari Penebusan di Piala Dunia 2018

Luis Suarez coba memperbaiki reputasi di Piala Dunia 2018.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 15 Jun 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2018, 13:00 WIB
Luis Suarez
Striker Timnas Uruguay Luis Suarez. (AFP/Miguel Rojo)

Liputan6.com, Ekaterinburg - Striker Timnas Uruguay Luis Suarez coba menghindari kontroversi saat tampil di Piala Dunia 2018. Dia dapat mulai memperbaiki reputasi dengan membawa tanah kelahirannya mengalahkan Mesir di Central Stadium, Jumat (15/6/2018).

Partisipasi Suarez di Piala Dunia sejauh ini diwarnai kisah negatif.

Pada turnamen debutnya delapan tahun lalu, penyerang Barcelona itu membuat kegemparan dengan melakukan handball untuk mencetah gol Ghana di perempat final.

Meski Suarez mendapat kartu merah, Uruguay tetap berjaya lewat adu penalti. Dia lalu menjadi musuh nomor satu di Ghana. Terlebih setelah dirinya mengaku tidak menyesal dan menyebut aksinya sebagai Hand of God, menandingi ulah Diego Maradona pada Piala Dunia 1986.

Suarez kembali menciptakan polemik pada Piala Dunia 2014. Dia menggigit bek Italia, Giorgio Chiellini, pada laga fase grup. Dia kemudian dipulangkan dan dilarang bermain selama empat bulan.

Perbaiki Reputasi

Luis Suarez
Striker Timnas Uruguay Luis Suarez. (AFP/Martin Bernetti)

Ambisi Suarez memperbaiki reputasi diharapkan dapat membantu Uruguay meraih kemenangan. Anak asuh Oscar Washington Tabarez membutuhkan tiga angka pada persaingan memperebutkan tiket 16 besar dari Grup A.

Mereka sudah tertinggal dari tuan rumah Rusia menghancurkan Arab Saudi 5-0, Kamis (14/6/2018). "Saya ingin membantu Uruguay melangkah sejauh mungkin," kata Suarez, dikutip Daily Mail.

Rekor Buruk Uruguay

Mantan penyerang Liverpool itu juga berusaha memperbaiki rekor Uruguay pada penampilan pertama di Piala Dunia. Terakhir kali La Celeste berjaya di partai awal kompetisi itu terjadi pada 1970. Ketika itu Uruguay mengalahkan Israel 2-0.

Sejak turnamen di Meksiko, Uruguay mencatat hasil imbang dan tumbang masing-masing di tiga kesempatan. Raihan satu poin didapat saat menahan Jerman Barat (1986), Spanyol (1990), dan Prancis (2010). Sedangkan nestapa diderita dari Belanda (1974), Denmark (2002), dan Kosta Rika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya