Pantaskah Indonesia Menggelar Olimpiade 2032 Usai Sukses Asian Games 2018?

Asian Games 2018 berjalan sukses dan menuai banyak pujian.

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 06 Sep 2018, 21:30 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2018, 21:30 WIB
Kembang Api Hiasi Upacara Penutupan Asian Games 2018
Pesta kembang api menghiasi Stadion Gelora Bung Karno selama upacara penutupan Asian Games 2018 di Jakarta, Minggu (2/9). Sejumlah artis dalam dan luar negeri meriahkan acara penutupan. (AFP Photo/Arief Bagus)

Jakarta - Seluruh rakyat Indonesia hingga publik internasional dibuat takjub dengan penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Sinyal positif itulah yang membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo percaya diri untuk mengajukan bidding tuan rumah Olimpiade 2032.

"Indonesia yakin dan mampu menjadi tuan rumah untuk perhelatan yang lebih besar. Oleh sebab itu, Indonesia berencana secepatnya untuk mengajukan diri sebagai kandidat tuan rumah Olimpiade pada tahun 2032," kata Joko Widodo.

Pernyataan bernada ambisius itu keluar langsung dari mulut Presiden Joko Widodo ketika menjamu Ketua Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, di Istana Bogor, beberapa saat sebelum upacara penutupan Asian Games 2018. Jokowi tentu saja dengan sadar dan tak terjebak dalam lamunan siang hari ketika mengucapkan kalimat tersebut.

Presiden Indonesia ketujuh itu tentu saja punya beberapa pertimbangan sehingga berani mendeklarasikan Indonesia untuk mengikuti bidding tuan rumah Olimpiade edisi 14 tahun kedepan itu. Kepercayaan diri Jokowi mengacu pada kesuksesan Indonesia menggelar Asian Games 2018.

Bermodalkan anggaran Rp 30 triliun, Indonesia mampu menaikkan derajat bangsa melalui Asian Games. Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah mengatakan kalau jumlah anggaran tersebut dibagi ke dalam tiga aliran dana yakni biaya penyelenggaraan, pembangunan infrasturuktur, dan sarana transportasi.

"Biaya untuk infrastruktur hampir Rp7 triliun. Kemudian, perbaikan di Palembang dan DKI Jakarta hampir Rp3 triliun. Keseluruhannya menjadi Rp10 triliunan," kata Jusuf Kalla ketika itu.

Pesta kembang api menghiasi Stadion Gelora Bung Karno selama upacara penutupan Asian Games 2018 di Jakarta, Minggu (2/9). Sejumlah artis dalam dan luar negeri meriahkan acara penutupan. (AFP Photo/Arief Bagus)

Sejumlah venue dipugar agar lebih kekinian dan modern. Venue-venue baru pun dibangun yang tarafnya skala internasional. Dana tersebut pun mengalir untuk membangun tiga tower Wisma Atlet yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Untuk transportasi, dana mengalir untuk pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Palembang dan Jabodetabek. Selain itu, juga ada pembangunan sarana transportasi lainnya yaitu Mass Rapid Transit (MRT). Meskipun yang baru beroperasi untuk Asian Games hanya LRT Palembang.

Anggaran besar yang dikucurkan pemerintah ternyata tak sia-sia. Asian Games 2018 berjalan lancar. Para atlet menikmati kompetisi ketika berlaga di venue-venue yang sudah berstandar internasional.

Presiden Olympic Committee of Asia (OCA), Sheikh Fahad Al-Sabah, bahkan tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Indonesia pada pidatonya di upacara penutupan Asian Games 2018. Pria asal Kuwait itu pun siap membantu Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.

 

"Terima kasih Indonesia. Kami sedih harus meninggalkan negeri indah ini. Namun, kami juga akan meninggalkan banyak kenangan. Terima kasih sudah membuat Asian Games ini menjadi nyata. Terima kasih atas keramahan kalian dan Indonesia juga punya kemampuan menggelar event internasional (lainnya)," kata Sheikh Ahmad Al Fahad Al Sabah.

 

Pujian akan pencapaian kesuksesan Asian Games 2018 terasa wajar untuk menjadi tolok ukur menggelar Olimpiade 2032. Meski demikian, Indonesia masih harus meningkatkan berbagai aspek agar siap menggelar event olahraga yang lebih besar lagi

Cerita Klasik Polemik Tiket

Beberapa calon penonton seremoni pembukaan Asian Games 2018 mengantri melakukan penukaran tiket jelang masuk kawasan GBK, Jakarta, Sabtu (18/8). Asian Games 2018 akan berlangsung hingga 2 September, mendatang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Di balik cerita kesuksesan, Asian Games 2018 juga meninggalkan sedikit rasa kecewa. Suara kekecewaan paling banyak berasal dari proses tiket untuk menonton upacara pembukaan dan pernutupan serta pertandingan.

Suara-suara tersebut sudah terdengar bahkan sebelum Asian Games 2018 dibuka. Hal ini terjadi setelah pendistribusian tiket untuk upacara pembukaan menimbulkan polemik.

Alih-alih sudah tinggal nyaman untuk menonton, para pembeli nyatanya masih harus berpanas-panasan untuk antri mendapatkan tiket upacara pembukaan Asian Games 2018. Dalam hal ini, Panitia Penyelenggara Asian Games (INASGOC) ternyata tak belajar dari pengalaman klasik soal tiket di masa lalu yang kerap jadi polemik.

Beralih ke pertandingan, para penonton cabang olahraga sepak bola pun mengeluhkan hal yang sama. Pada pertandingan pembuka antara Timnas Indonesia U-23 kontra Chinese Taipei, para penonton harus berdesak-desakan untuk mendapatkan tiket. Bahkan, ada dari mereka yang harus sejak subuh untuk menukarkan tiket pertadingan.

Polemik tiket pun berlanjut ketika final cabang olahraga bulutangkis. Animo masyarkat yang tinggi membuat panitia kewalahan. Bahkan, muncul dugaan banyaknya 'penonton titipan' yang membuat alokasi tiket yang seharusnya untuk masyarakat tak terdistribusikan.

Modal yang Tak Sedikit

Kontingen Indonesia saat upacara pembukaan Asian Games di SUGBK, Jakarta, Sabtu, (18/8/2018).  Indonesia mengikutsertakan total 938 atlet, 365 ofisial dalam Asian Games 2018. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, Indonesia tentu saja harus menggelontorkan dana yang tak sedikit. Anggaran yang disediakan pemerintah tentu saja bisa membengkak beberapa kali lipat dari anggaran Asian Games 2018.

Berkaca pada Jepang, untuk menggelar Olimpiade 2020 di Tokyo mereka menganggarkan dana sampai Rp 170 trilun. Anggaran itu digunakan untuk membangun venue baru dan merevitalisasi venue yang sudah ada.

Bahkan, demi menghindari pembengkakan anggaran, Pemerintah Jepang dengan saran dari IOC sudah sepakat untuk memindahkan beberapa venue olahraga ke luar Tokyo.

Hal ini tentu saja menjadi bukti kalau untuk menggelar event sekelas Olimpiade tentu saja membutuhkan dana yang tak sedikit. Apalagi Olimpiade yang ingin digelar di Indonesia itu memiliki margin jarak 12 tahun lagi dari Olimpiade 2020. Jadi, bukan hal yang mustahil kalau pemerintah Indonesia bakal menggelontorkan lebih dari anggaran Jepang untuk menggelar Olimpiade Tokyo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya