Mengenal Lebih Jauh Ratu Tisha dan Tantangan Sebagai Sekjen PSSI

Dalam kunjungannya ke Bola.com, Ratu Tisha Destria membeberkan banyak kisah terkait program PSSI hingga tantangannya menjadi Sekjen PSSI.

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 17 Mar 2019, 20:15 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2019, 20:15 WIB
Wawancara Eksklusif Ratu Tisha
Wawancara Eksklusif Ratu Tisha (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria memiliki mimpi besar terhadap sepak bola Indonesia. Dia berusaha mengawal program pembinaan sepak bola usia muda berjalan sesuai rencana, setidaknya hingga 2024.

Dalam kunjungannya ke kantor redaksi Bola.com, Jumat (15/3/2019), mojang kelahiran 30 Desember 1985 ini membagikan rencana yang disusunnya bersama tim kesekjenan PSSI. Dia juga berbagi pengalamannya, baik sebagai seorang profesional maupun pribadi yang mencintai sepak bola.

Ratu Tisha resmi menjadi Sekjen PSSI pada 7 Juli 2017 setelah melewati serangkaian uji kompetensi. Berbekal segudang pengalaman, lulusan FIFA Masters ini mulai merajut mimpi membawa sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik.

Sebagai sekjen PSSI, tugas dan tantangan yang dihadapinya begitu besar. Tak hanya berkutat di area administrasi dan pengelolaan,Tisha menyusun program pengembangan usia muda menjadi fokus PSSI untuk membawa sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik dengan target 2034 lolos ke Piala Dunia.

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, berdiskusi dengan Editor in Chief KLY Sports, Darojatun, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

Di kantor redaksi Bola.com, Ratu Tisha Destria menghabiskan waktu lebih dari 4 jam untuk berbagi informasi, mempresentasikan program pembinaan usia muda, dan berbagi pengalaman serta tantangan yang harus dihadapinya di PSSI.

Ekspresi serius, canda tawa, serta bingung silih berganti muncul dari wajahnya ketika mendapatkan pertanyaan dari awak Bola.com dan Kanal Bola Liputan6.com terkait kondisi terkini PSSI serta perasaan selama kurang lebih 1,5 tahun terlibat langsung dalam poros sepak bola Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Bola.com ingin membagikan kisah Tisha, yaitu mengenai program yang dipersiapkannya bersama PSSI, komitmen mengawal program pembinaan usia muda, serta tantangan berada di organisasi yang kerap mendapatkan kecaman dari masyarakat Indonesia itu.

Elite Pro Academy dan Roda Pembinaan yang Efektif pada 2024

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY. (Bola.com/Yoppy Renato)
Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

Berawal dari Garuda Select

"Garuda Select ini bukan program tersendiri, tapi merupakan bagian dari program Elite Pro Academy yang dimulai pada 2018. Pada pertengahan 2017 saya menjadi Sekjen PSSI, kami melakukan kick-off filanesia (filosofi sepak bola Indonesia) pada akhir tahun itu, dan di awal 2018 kami mewajibkan seluruh klub Liga 1 untuk memiliki elite pro academy U-16."

"Sebenarnya di bawah Liga 1, kami akan merencanakan ada empat kategori usia, mulai dari U-14, U-16, U-18, dan U-20 hingga 2021. Sementara untuk 2018, yang kami kejar memang U-16 dulu karena lebih mudah mengingat adanya sumber pemain dari Piala Suratin yang ada di level asprov PSSI."

"Setelah anak-anak berkompetisi di elite pro academy U-16, mereka akan naik ke jenjang ke berikutnya. Kalau bagus akan naik ke elite pro academy u-18. Namun, kalau performanya menurun, mereka akan pindah ke level kompetisi U-17 di asprov. Elite pro academy harus menjadi komunitas yang terfokus, pemain terbaik bertemu dengan yang terbaik. Ketika performa di amateur youth kembali naik, tentu mereka akan kembali ke elite pro academy U-18."

Direktur Teknis Program Garuda Select, Dennis Wise (kiri), pada kepastian pemberangkatan 24 anak U-16 Indonesia untuk menimba ilmu selama enam bulan di Inggris dalam program Garuda Select pada 15 Januari 2019. (Bola.com/Benediktus Gerendo)

"Satu hal lagi saat ini kita ingin elite youth bertemu dengan elite youth. Jadi sebelum rantai ini jalan, kami memulai dari U-16. Tak bisa dipungkiri tahun pertama harus ada percepatan menuju kualitas yang lebih baik. Maka itu dibentuk program Garuda Select sebagai wadah pemain terbaik di elite pro academy."

"Jadi Garuda Select adalah bagian dari elite pro academy untuk memberikan kesempatan kepada pemain-pemain terbaiknya membiasakan diri memiliki pengalaman internasional. Mereka datang seperti program pertukaran pemain, dan setelah selesai mereka kembali ke elite pro academy, untuk berkompetisi lagi di level elite youth itu."

"Batch berikutnya akan berangkat lagi untuk merasakan pengalaman serupa selama 6 bulan. Jadi selama 8 tahun hingga 2024, Indonesia akan memiliki sekitar 300 anak yang terkonsentrasi, para pilihan terbaik yang memiliki pengalaman."

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

SSB memiliki peran penting

"SSB seperti Asifa atau ASIOP akan akan bergerak di kategori di U-13 sampai U-15. Harapan ke depannya tentu ada dari U-6. SSB memiliki dua suplai, yaitu ke arah elite youth yang dinaungi elite pro academy, atau ke arah klub sepak bola amatir."

"Klub amatir bisa menjadi suplai ke klub profesional, dan dari elite youth juga ada investasi mereka yang dialirkan ke klub profesional juga. Nah, dari elite youth ini juga akan menyuplai ke timnas junior, dan klub profesional akan menyuplai ke timnas senior, atau jalurnya juga bisa timnas junior menyuplai ke timnas senior. Ini adalah basis skema pembinaan yang dilakukan oleh PSSI."

"SSB terafiliasi agar database bisa kita pantau dengan baik. Harapannya tidak hanya klub liga 1, tapi juga klub liga 2 juga memilikinya karena mereka klub profesional. Tahun ini klub liga 2 belum diminta memilikinya, tapi nanti kita berikan tanggung jawab kepada tim liga 2 harus memilikinya."

"Bagan kiri adalah bagian anggota PSSI seperti klub, sementara yang kanan bicara soal kompetisinya. Dalam bagan sebelah kanan, yang saya lingkari adalah amateur youth, sementara yang kotak adalah elite youth."

"Bagian dari amateur youth saat ini bernama Suratin U-13, Suratin U-15, dan Suratin U-17, dikelola di 34 provinsi. Dari ke-34 provinsi itu PSSI memiliki tujuh provinsi dengan kategori terbaik, lima provinsi sesuai harapan, dan sisanya masih harus dikembangkan, itu yang harus jujur disampaikan."

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

"Dari Piala Suratin U-13, ketika pemain bagus maka akan masuk ke elite pro academy U-14. Seperti yang saya katakan, kalau dia bagus di elite pro academy U-14, langsung masuk ke elite pro academy U-16. Kalau tidak, dia bisa berkoordinasi dengan asprov PSSI di daerahnya untuk kembali dulu ke Suratin U-15. Biarkan dia berkompetisi dengan temannya yang levelnya lebih rendah."

"Ketika sudah bagus di amatir U-15, dia bisa masuk ke elite pro academy U-16. Namun, ketika ternyata di elita pro academy U-16 belum bagus, dia kembali ke amatir U-17. Kami tetap berikan kesempatan kepada anak-anak sampai usia 17 tahun. Biasanya anak-anak dari wilayah timur Indonesia mengalami late development. Mereka baru bagus ketika usia 17 tahun karena waktu kecil belum terlihat kualitasnya."

"Jadi sebetulnya dengan skema pembinaan ini, kalau masing-masing membutuhkan waktu satu tahun, semua roda bisa berjalan untuk tahap pertama pada 2022 atau 2023. Saat itu tentu targetnya adalah Olimpiade 2024. Makanya target jangka panjang kami lolos Piala Dunia pada 2030."

"Peran SSB sangat krusial dalam pembentukan roda pembinaan karena mereka adalah pool pertama dari semua pembinaan. Apa yang sudah kami lakukan untuk mereka? Kami sudah memiliki lima asprov PSSI percontohan, yaitu Maluku, Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kami bekerja sama dengan AFC untuk mempercepat perkembangan asprov agar bisa mengelola kompetisi pembinaan tersebut."

 

Sikap Optimistis Mengawal Program Pembinaan Usia Muda

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY. (Bola.com/Yoppy Renato)
Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

Dengan penjabaran program hingga 2024 itu, yang artinya akan berlanjut di kepengurusan baru PSSI, Anda yakin program ini tidak akan hilang begitu saja?

"PSSI itu terdiri dari anggota-anggotanya, tentu semua akan kembali ke anggotanya. Tentu saja harus disuarakan dari anggotanya bahwa ini merupakan fokus program PSSI menuju 2045. Dari 2045 turun ke 2034, ketika Indonesia masuk ke Piala Dunia. Turun lagi ke 2030 di mana target kami Indonesia lolos ke Piala Dunia."

"Kemudian mundur ke 2024 untuk tampil di Olimpiade. Maka dari itu, kami tarik ke 2018, kami punya program elite pro academy dan Garuda Select yang dibangun selama delapan tahun ke depan. Kami sebenarnya juga membeli waktu karena delapan tahun itu juga merupakan waktu yang sangat pendek. Kami harus melakukan sedikit percepatan, agar anak-anak mendapatkan pengalaman berlatih di luar negeri untuk bisa lebih cepat berkembang."

Bagaimana memastikan kepengurusan baru PSSI nanti bersedia melanjutkan program ini?

"Sejauh ini untuk memastikan semua program berjalan, pastinya dengan sosialisasi ke area anggota. Teknisnya tidak dibicarakan dengan detail, tapi konsep besarnya sudah disahkan melalui Kongres PSSI. Semua tertera dalam buku yang akan kami luncurkan pada akhir 2019. Buku tersebut adalah panduan skema pembinaan sepak bola Indonesia."

"Bukan tidak mungkin inovasi akan banyak dilakukan dalam perjalanan ke depan. Siapa tahu akan ada ide baru untuk melakukan percepatan. Namun, yang jelas saya yakini karena bangsa ini pernah membangun Candi Borobudur dengan lintas generasi, bukan tidak mungkin kita semua bisa dengan visi yang sama."

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

"Jadi dengan adanya kontribusi dari teman-teman media, semua bisa mengawal bersama mimpi besar ini dan tentu tidak boleh meragukan kepengurusan selanjutnya. Dari kesekjenan PSSI, kami akan tetap profesional melanjutkan program ini. Semua ini akan menjadi blue print pembinaan sepak bola Indonesia sampai 2024."

"Komitmen saya penuh terhadap sepak bola. Jadi sejak saya dipercaya menjadi Sekjen PSSI pada 2017. Bersama seluruh komponen di PSSI, saya siap mengantarkan program pembinaan ini sampai Olimpiade 2024, memastikan roda organisasi berjalan, baik dari sisi bisnis, keuangan, dan keolahragaan. Insya Allah mimpi pada 2024 bisa terwujud."

Anda bertekad bertahan di kepengurusan baru PSSI untuk memastikan program ini bisa berjalan baik hingga 2024?

"Bicara tekad untuk ada di dalam sepak bola Indonesia, rasanya saat ini kalau saya melihat ke belakang sudah tidak bisa menemukan alasan untuk balik kanan. Seperti ketika sudah saya buat tujuan ini, tentu ini adalah jalan saya untuk sepak bola Indonesia."

"Tekad untuk sepak bola Indonesia bisa lewat berbagai macam jalur, satu yang paling penting adalah lewat PSSI karena ini adalah poros perubahan. Jadi untuk alasan itu, ini menjadi motivasi yang sangat besar bagi saya untuk terus menggawangi program ini, untuk bisa membagikan, terlepas nanti kembali dipercaya atau tidak untuk terus berada d sini."

"Tentu harus kita bagikan kepada anggota dan pengurus baru bahwa ini yang sudah dicanangkan dan bukan pekerjaan semalam atau pekerjaan seorang diri. Ini merupakan karya semua orang, karya PSSI yang bisa ditinggalkan untuk generasi selanjutnya."

"Jadi tentu saya tidak akan menyerah terus membagikan konsep dan pemikiran."

Anda memiliki pengalaman mengelola tim sepak bola di SMA dan institut tempat Anda menimba ilmu hingga menjadi juara. Seberapa besar itu memengaruhi pemikiran Anda? Apakah ada yang bisa diimplementasikan di sepak bola Indonesia?

"Kalau secara teknis implementasi, pastinya tidak karena jauh sekali. Namun, determinasi dan keyakinan bahwa ketika ada kemauan maka banyak jalan dan tidak ada kemauan banyak alasan, menurut saya memang ada. Saat SMA dan kuliah, saya merasakan hal yang sama seperti saat ini, mulai dari nol hingga merasakan momen eureka yang tidak bisa dilupakan."

"Keyakinan dan proses problem solving ke arah tujuan yang diinginkan itu bisa diimplementasikan. Tentu saja di PSSI itu kompleks karena satu Indonesia itu ada 884 member yang harus kami jaga. Selain itu, Timnas Indonesia yang kuat juga berasal dari 884 anggota tersebut. Ini membutuhkan pengetahuan tersendiri yang saya yakini pendidikan adalah satu jawabannya, dan pengalaman juga berpengaruh untuk pengelolaan."

"Namun, dari momen kecil saat SMA dan kuliah itu, saya merasa sangat terbantu ketika mengingat bahwa fokus terhadap suatu target pasti akan bisa dicapai."

Menilik Perasaan Pribadi Ratu Tisha dengan Peran di Sepak Bola Indonesia

Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY. (Bola.com/Yoppy Renato)
Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi KLY di Jakarta, Jumat (16/3). (Bola.com/Yoppy Renato)

Anda berada di lingkungan organisasi yang punya masalah pelik. Apakah Anda nyaman dengan posisi Anda, terutama saat beberapa masalah datang menerpa sepak bola Indonesia?

"Selama saya berada di dunia sepak bola, saya pasti merasa nyaman. Jadi posisinya tentu kita semua tidak boleh sampai berpikir di mana tempatnya, tapi karena apa kita berada di situ. Itu yang saya pegang. Saya harus mengingat karena apa saya ada di sana. Posisi paling dekat dengan sepak bola bagi saya ada di PSSI, jadi ini adalah sebuah mimpi saya yang berhasil diwujudkan.

Bagaimana menjaga tim profesional yang Anda miliki di kesekjenan PSSI, sementara masalah yang menerpa sepak bola Indonesia cukup besar?

"Dari 70 orang yang ada di kesekjenan PSSI, saya memiliki best eleven dan saya adalah kaptennya. Bukan dalam posisi saya seorang pemimpin, tapi analoginya kami adalah sebuah tim."

"Sampai saat ini saya tidak merasakan ada keraguan di mata mereka, begitu pula saat dalam satu bulan terakhir ada momen penggeledahan di kantor PSSI. Keesokan hari saya langsung melakukan briefing, dan saya katakan kepada mereka untuk mengingat jersey kita berwarna merah yang artinya berani."

"Rasa haru mereka rasakan karena kondisi yang terjadi saat ini. Padahal mereka selalu bekerja siang dan malam untuk sepak bola yang lebih baik. Saya melihat mereka semua bekerja dengan gairah yang sama terkait sepak bola Indonesia seperti halnya saya."

Bagaimana dukungan dari keluarga Anda?

"Keluarga saya sangat mendukng karier saya di sepak bola. Seperti saya pribadi, mereka memiliki keyakinan yang tinggi terkait sepak bola Indonesia."

"Sejak kecil, saya sudah dibawa ayah ke stadion untuk menjadi penggemar biasa. Saya mengantre tiket, memegang tiket itu sendiri, sampai tidak bisa masuk stadion walau sudah memiliki tiket. Sampai hari ini, ayah saya adalah suporter terbesar bagi saya, dan itu hal yang luar biasa bagi saya."

Dengan semua yang Anda lakukan sebagai Sekjen PSSI, bahkan sering bekerja 7x24 jam, pernah merasakan libur? Apa yang Anda lakukan ketika libur? 

"Bicara soal istirahat, pasti ada waktu untuk beristirahat. Namun, dalam tiga bulan terakhir ini, pastinya kurang. Namun, alhamdulillah, itu tidak mengurangi kesehatan saya yang tetap bersemangat untuk bekerja."

"Biasanya ketika saya libur, saya juga tetap menyaksikan pertandingan sepak bola. Bahkan kadang saya suka menyelinap nonton di stadion. Kalau sedang benar-benar santai, biasanya saya bermain musik dan suka bermain gitar."

 

Ratu Tisha Bicara soal Keberhasilan dan Momen Haru Timnas Indonesia

Ratu Tisha
Sekjen PSSI, Ratu Tisha, saat mengunjungi Kantor Redaksi Bola.com dan Liputan6.com pada Jumat (15/3/2019). (Bola.com/Yoppie Renato))

Sudah 1,5 tahun Anda menjabat sebagai Sekjen PSSI. Sejauh ini, apa yang Anda rasa sudah berhasil dilakukan?

"Pertama, kick-off untuk menjalankan sistem pembinaan PSSI tadi. Kick-off untuk menjalankan filosofi sepak bola Indonesia itu tidak mudah. Sebelum semua bisa diimplementasikan, tentu orang-orang harus memahami dulu seperti apa filanesia dan bagaimana terjemahannya dalam sebuah action plan."

"Bisa menggelar elite pro academy yang dibantu komitmen 18 klub Liga 1 dan akhirnya hari ini membuahkan anak-anak terpilih ke Inggris lewat Garuda Select. Itu kebanggaan yang saya rasa paling luar biasa.

"Kedua, menurut saya yang juga sudah berhasil adalah area pengembangan Asprov PSSI. Dari total 34 asprov yang ada, tidak mudah menemukan lima yang terbaik. Mengajarkan mereka mengenai administrasi juga merupakan tantangan tersendiri karena budaya dan tantangan yang mereka hadapi berbeda-beda."

"PSSI memiliki asprov-asprov terbaik sebagai tonggak terdepan untuk menggawangi program SSB terafiliasi. Tentu ini menjadi modal dasar PSSI untuk program scouting ke depannya. Asprov yang sudah bisa kami edukasi akhirnya menggawangi proyek ini, dan ini jelas merupakan prestasi yang saya anggap sudah berhasil."

"Sementara yang ketiga, merupakan pemulihan area finansial dan marketing.Diversifikasi bisnis seperti launching merchandise, launching digital inovation, dan launching Garuda Store, tentu menjadi yang pertama kali dalam sejarah PSSI. Ini merupakan sentuhan anak-anak muda yang terlihat melalui karya mereka."

"Kemudian yang keempat adalah perbaikan organisasi. Dengan kick-off lembaga terafiliasi di statuta PSSI, ada status keanggotaan yang diakui, seperti askot dan askab. Dengan struktur hingga ke bawah mempermudah kelancaran komunikasi dengan berbagai stakeholder sepak bola yang lain. Mungkin terlihat seperti belum ada aksinya, tapi itu merupakan payung besar yang nantinya memudahkan PSSI."

"Dan yang kelima tentu saja Timnas Indonesia. Baru saja tim U-22 menjadi juara Piala AFF, yang tak lepas dari buah kompetisi yang telah dibangun selama satu tahun terakhir. Pelatih-pelatih di Liga 1 pun berkomitmen sering berkumpul untuk kursus kepelatihan dan bisa membuahkan hasil dari kerja keras selama dua tahun ini. Tentu yang satu ini yang paling saya banggakan."

Anda kerap terlihat meneteskan air mata dalam momen-momen haru Timnas Indonesia. Bisa Anda gambarkan apa yang sebenarnya ada dalam benak saat itu?

"Dalam keadaan senang dan susah, bahkan sebelum para pemain masuk ke tim nasional, ketika ada masalah tentu kami yang menemani. Ketika performa mereka menurun dan akan dikeluarkan dari tim, kami juga yang harus memberikan semangat. Tentu itu bukan perjalanan yang mudah dan melibatkan banyak emosi."

"Tidak hanya tim nasional itu sendiri, tapi juga ada tim di balik layar. Ada yang mempersiapkan semua hal untuk tim nasional. Jadi saya mengingat banyak tantangan yang telah kami lakukan, ada rasa sepertinya Indonesia harus juara saat ini. Kami berusaha padahal sebenarnya tahu semua membutuhkan proses. Melihat perjuangan anak-anak dalam pertandingan yang mendebarkan, tentu menjadi sebuah keharuan bagi saya."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya