5 Kutukan Terbesar di Sepak Bola

Muncul keyakinan bahwa sebuah klub, negara, atau pemain mengalami kutukan yang sulit untuk dihentikan.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 03 Apr 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2020, 19:00 WIB
Ilustrasi Sepak Bola
Ilustrasi sepak bola (Abdillah/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sepak bola adalah olahraga yang terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Adanya berbagai inovasi teknologi dan ide lainnya yang memungkinkan perkembangan tersebut.

Tetapi, berbagai perkembangan tersebut kadang tidak membuat adanya perubahan. Terutama terkait dengan keyakinan atau kepercayaan yang sudah berlangsung lama di sepak bola.

Kadang terdapat berbagai hal-hal buruk yang terjadi dalam waktu lama. Sehingga muncul keyakinan bahwa sebuah klub, negara, atau pemain mengalami kutukan yang sulit untuk dihentikan.

Jadi, apakah kutukan benar-benar ada dalam sepak bola? Berikut lima kutukan terbesar dalam sepak bola seperti dikutip dari Ronaldo.com.

 

1. Kutukan Ronaldo

FOTO: Momen Cristiano Ronaldo Kala Berseragam Manchester United
Gelandang Manchester United, Cristiano Ronaldo, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang West Ham pada laga Premier League di Stadion Old Trafford, Manchester, Rabu (29/10/2008). (AFP/Andrew Yates)

Banyak pemain hebat yang mengenakan kaos ikon Manchester United nomor 7, mulai dari George Best hingga Cristiano Ronaldo. Sejak Ronaldo pindah ke Real Madrid pada 2009, nomor itu seperti dikutuk.

Seperti diketahui, beberapa pemain top dunia tiba di Old Trafford dan mencoba keberuntungan mereka dalam mengenakan jersey MU nomor 7. Tetapi, hanya 15 gol Liga Premier Inggris yang dicetak pemain No.7 dalam dekade terakhir saja. Maka, teori 'kutukan Ronaldo' pun lahir.

Michael Owen adalah orang pertama yang mengenakan jersey itu pada 2009 setelah didatangkan secara mengejutkan dari Newcastle United. Namun, dia tidak berhasil dengan jersey MU No.7.

Kemudian ada nama-nama terkenal lainnya mengenakan jersey tersebut. Mereka di antaranya Angel Di Maria, Memphis Depay, dan Alexis Sanchez. Namun, semuanya juga gagal.

2. Kucing Mati di Markas Racing

Lucu, Merasa Diteror Kucing Hitam, Wanita Lapor Polisi
Lucu, Merasa Diteror Kucing Hitam, Wanita Lapor Polisi

Mungkin ini salah satu cerita paling aneh yang pernah dibuat dalam sepak bola. Namun, racing klub percaya akan cerita itu.

Pada 1967, suporter Independiente masuk ke stadion Racing dan mengubur tujuh kucing hitam mati. Rupanya, hal itu memicu kejatuhan Racing dari pemenang Copa Libertadores menjadi bangkrut.

Setelah memenangkan kompetisi klub Amerika Selatan terbesar pada 1967, Racing tak pernah lagi di 1970-an. Racing kemudian terdegradasi dari divisi papan atas Argentina pada 1983. 'Kutukan' lantas menyebabkan klub bangkrut pada 1998.

Dalam upaya putus asa untuk membalikkan keadaan, Racing kemudian meminta pendeta mengusir setan di stadion. Pada 2001, Racing menemukan kucing hitam mati terakhir yang dikubur. Tak lama setelah itu, Racing memenangkan gelar divisi pertama mereka dalam 35 tahun.

3. Pegang Trofi Liga Champions

Undian Liga Champions
Trofi Liga Champions terpampang pada undian Liga Champions 2017/2018 di Grimaldi Forum, Kamis (24/8/2017). (AP Photo/Claude Paris)

Hampir setiap pesepak bola bermimpi mengangkat trofi Liga Champions. Jadi, berjalan melewati trofi dengan meletakkan jari di atasnya pasti merupakan pengalaman yang menyakitkan; terutama setelah lolos sampai ke final.

Namun, Ludovic Giuly menolak anggapan tersebut. Memperkuat AS Monaco, ia menyentuh trofi Liga Champions sebelum laga final dimulai. Hasilnya, Monaco kalah 0-3 dari FC yang ketika itu dilatih Jose Mourinho di Jerman pada 2004.

Gelandang AC Milan Gennaro Gattuso meniru Giuly pada tahun berikutnya di Istanbul, Turki. Unggul 3-0, AC Milan akhirnya kalah dari Liverpool melalui adu penalti.

Anatoliy Tymoshchuk melakukan hal yang sama untuk Bayern Munchen di final Liga Champions 2012 saat menghadapi Chelsea. Munchen pun kalah dari Chelsea lewat adu penalti di Jerman.

 

 

4. Kutukan Australia di Piala Dunia

Timnas Australia
Timnas Australia (AFP)

Menurut cerita, para pemain Australia bertemu dengan 'dukun penyihir' menjelang kualifikasi Piala Dunia pada 1970. Saat itu, Australia harus menang melawan Zimbabwe.

Menurut Johnny Warren, AKA 'Kapten Socceroo', penyihir ini mengubur tulang di sekitar tiang gawang Zimbabwe untuk mengutuk mereka. Aussies kemudian memenangkan kualifikasi 3-1. Namun, mereka masih belum lolos ke Piala Dunia di Meksiko.

Ternyata penyihir 'mengutuk' tim Australia setelah mereka tidak membayar untuk layanan ini. Karena itu, mereka kalah di playoff melawan Israel.

Australia kemudian lolos ke Piala Dunia 1974 di Jerman. Tapi, Australia menderita di babak penyisihan grup dengan hanya mengantongi satu poin dan tanpa gol.

Setelah itu, Australia berkali-kali hampir lolos ke Piala Dunia, namun selalu kalah di babak playoff. Pada 2004, penyiar radio Australia John Safran melakukan perjalanan ke Mozambik. Lokasi yang diduga sebagai kutukan asli.

Rupanya, Sarfan menyewa seorang dukun baru untuk mengangkat kutukan tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya? Australia lolos ke Piala Dunia 2006 dan mencapai babak 16 besar. Australia juga sudah memenuhi syarat untuk tiga turnamen terakhir.

5. Kutukan Bela Guttmann

Pelatih Benfica, Béla Guttmann yang konon melontarkan kutukan pada bekas timnya
Pelatih Benfica, Béla Guttmann yang konon melontarkan kutukan pada bekas timnya (Wikipedia/Public Domain/CC BY-SA 4.0)

Mungkin 'kutukan' sepak bola paling terkenal di dunia adalah kisah Benfica dengan manajer legendaris mereka, Bela Guttmann, pada1962. Setelah bergabung dari saingannya FC Porto pada 1959, pelatih asal Hungaria itu membuat beberapa perubahan besar.

Benfica banyak melibatkan pemain muda. Benfica pun memenangkan gelar liga back-to-back di bawah Guttmann.

Tetapi, prestasi terbesar Guttmann adalah dalam memimpin Benfica ke Piala Eropa berturut-turut antara 1961 dan 1962. Namun, penolakan klub untuk memberinya kenaikan gaji adalah kejatuhan mereka.

Legenda mengatakan bahwa Guttmann yang marah menyatakan: "Tidak dalam seratus tahun dari sekarang Benfica akan menjadi juara Eropa."

Lebih dari setengah abad kemudian, Benfica masih belum memenangkan apa pun di Eropa sejak itu. Mereka telah kehilangan beberapa final sebagai gantinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya