Liputan6.com, Liverpool - Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp dan kapten Jordan Henderson, mengirim pesan kepada keluarga 96 korban tewas dalam tragedi Hillsborough, 31 tahun lalu. Acara peringatan sejatinya berlangsung di Stadion Anfield, Rabu (15/4/2020), tapi batal digelar karena pandemi virus Corona Covid-19.
"Hari ini merukan hari yang penting bagi sepak bola kita setiap tahunnya," kata Klopp lewat pesan video-nya kepada penggemar.Â
"Rencana awalnya, kami akan berkumpul bersama di Anfield tapi hal itu tidak mungkin dilakukan."Â
Advertisement
"Percayalah, kalian selalu di benak kami, kalian punya semua pemain, dan yang paling penting kami semua menyayangi kalian. You'll never walk alone," katanya.
Tragedi Hillsborough merupakan salah satu momen kelam dalan sejarah sepak bola dunia. Sebanyak 96 orang suporter tewas dalam insiden yang terjadi saat Liverpool bertemu Nottingham Forest di ajang semifinal FA Cup yang berlangsung di Hillsborough Stadium, Sheffield, Inggris, 15 April 1989.
Â
96 Suporter Tewas
Puluhan ribu suporter, sebagian besar pendukung Liverpool-- datang untuk menyaksikan laga ini. Insiden bermula saat tribune untuk Liverpool, tidak sanggup lagi menampung jumlah penonton.Â
Sementara di luar suporter juga masih berjubel. Celakanya, polisi yang menjadi komandan keamanan pertandingan, David Duckenfield justru memerintahkan untuk membuka gerbang keluar di pintu C.Â
Akibatnya, penonton masuk lewat pintu tersebut dan menyebabkan tribune kelebihan kapasitas. Situasi ini menyebabkan kekacauan yang akhirnya menewaskan 96 orang tewas dan melukai 766 lainnya.
Â
Advertisement
Pesan Henderson
"Hari ini adalah hari di mana kita harusnya berkumpul di Anfield untuk memberi penghormatan kepada 96 oran yang pergi menonton bola tapi tidak kembali lagi," kata Henderson yang belakangan ini aktif menggalang dana bagi para tim medis yang menangani pasien Covid-19.
"Mewakili para pemain Liverpool, saya ingin semua orang yang terimbas tahu kalau kalian ada di pikiran kami saat hari ini. Seperti biasa, kita selalu bersama dalam jiwa meski kita tidak bisa bertemu satu dengan yang lainnya," beber Henderson.