Ada Civil War, Joan Laporta Siap Rebut Kembali Kekuasaan di Barcelona

Joan Laporta siap memimpin kembali di Barcelona, meski dia tak setuju kalau pemilihan presiden dipercepat.

oleh Defri Saefullah diperbarui 18 Apr 2020, 09:45 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2020, 09:45 WIB
img_laporta-5.jpg
Joan Laporta ingin kembali memimpin Barcelona (fcbarcelona.com)

Liputan6.com, Barcelona- Civil War atau perang saudara membuat kondisi Barcelona terbelah. Kondisi ini membuat Joan Laporta, mantan presiden Barcelona pada periode 2006 mempersiapkan diri untuk merebut kekuasaan kembali.

Joan Laporta sempat mencalonkan kembali pada 2015. Namun dia kalah suara dari Joan Maria Bartomeu di pemilihan Presiden Barcelona kala itu.

Kini, dalam kondisi yang menekan Bartomeu, Laporta siap untuk maju kembali agar bisa membenahi kerusakan di Barcelona. Dia meyakini bisa memperbaiki kebobrokan di Barcelona.

Seperti diketahui, Barcelona mengalami perpecahan usai 6 jajaran dewan direksi mundur, termasuk wakil presiden Emili Rousaud.

Barcagate dan tuduhan korupsi menjadi bukti ketidakbecusan Bartomeu mengelola Barcelona. Joan Laporta siap masuk kembali ke dalam ring.

 

Masa Sukses

Josep Guardiola
4. Pada Juni 2008, Josep Guardiola dipercaya oleh Presiden Barcelona, Joan Laporta, untuk menggantikan Frank Rijkaard sebagai pelatih Barcelona. Pep dikontrak untuk dua musim. (AFP/Barcelona)

Barcelona alami masa sukses saat dipimpin Laporta. Kepimimpinannya berlangsung dari 2003 hingga 2010.

Saat itu, Barcelona berjaya berjaya bersama Josep Guardiola dan lahirnya seorang Lionel Messi. Laporta ingin membenahi finansial Barcelona

"Inilah proyek yang membuat saya antusias. Saya akan mengajak orang-orang yang saya percaya agar bisa mengubah kondisi keuangan Barcelona," kata Laporta.

"Klub dalam kondisi pelik, itu termasuk uang 3 miliar euro yang kita miliki. Penting untuk menampilkan proyek yang bisa dipercaya dan realistis dan membenahi organisasi."

 

Antusias

Laporta mengaku sangat antusias untuk kembali memimpin Barcelona.

"Saya senang bisa kembali, tapi saya masih punya waktu berpikir. Saya lebih tertarik untuk memutar kondisi ekonomi dengan proposal yang didasari garansi," ujarnya.

Meski ingin memimpin, tapi dia tak setuju pemilihan dipercepat. Dia tetap yakin pemilihan presiden harus digelar pada Juli 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya