Liputan6.com, Jakarta- Pandemi virus corona covid-19 masih terus mengancam. Di Indonesia saja, per Senin (18/5), sudah tercatat 18.010 kasus positif.
Tingkat kematiannya korban terjangkit juga cukup tinggi, 38 orang. Sedangkan tercatat 20 orang sembuh. Dari total 18.010 kasus itu, ada 4.324 pasien sembuh dan 1.191 meninggal dunia.
Menariknya, kelompok usia muda yangmemiliki daya tahan lebih baik ketimbang orang lanjut usia juga tak lepas dari ancaman. Anak-anak muda ini juga terancam bisa terkena Corona COVID-19.
Advertisement
"Bisa terkena dan tanpa gejala," kata Juru Bicara Penanganan Corona COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto.
Menurut Yuri, inilah yang menjadi salah faktor cepatnya penyebaran Virus Corona Covid-19 di Indonesia, karena orang yang sehat itu sebenarnya sudah terkena tapi tanpa gejala, tapi tidak melakukan isolasi diri.
"Masalah ini menjadi hal yang mendasar sehingga sebarannya semakin cepat," Yuri menekankan.
Permasalahan Serius
Yuri menuturkan, apabila ini anak muda yang sehat itu menularkan ke saudara-saudara yang usianya lebih tua dan rawan, ini akan menjadi permasalahan yang serius buat keluarganya. Sebab, orang yang lebih tua usianya sangat rentan kondisinya jika terjangkit virus ini.
Oleh sebab itu, Yuri, mengingatkan, meskipun masih merasa muda dan kuat, tetap harus memerhatikan bahwa diri sendiri bisa menjadi sumber penyebaran Virus Corona di dalam keluarga.
Jauhi KeramaianYuri pun tak bosan mengimbau kepada masyarakat untuk mematuhi imbauan yang diberikan pemerintah untuk lebih banyak di rumah. Masyarakat juga diminta menjauhi keramaian, dan tertib hidup sehat.
"Patuhi betul untuk kemudian semaksimal mungkin tidak keluar dari rumah. Ini yang menjadi penting terkait pencegahan," kata Yuri.
Â
Advertisement
Rapid Test Corona
Pemerintah RI telah menerapkan tes Corona COVID-19 massal dengan metode rapid test, sejak Maret lalu. Rapid test ini dilakukan dengan cara menggunakan pengambilan sampel darah.
Darah yang akan diperiksa lebih lanjut, yakni dilihat dari reaksi imunoglobulin (protein yang disekresikan dari sel plasma yang mengikat antigen sebagai efektor sistem imun). Yang perlu diperhatikan, dalam rapid test yang diperiksa adalah imunoglobulinnya.
Dibutuhkan reaksi imunoglobulin dari seseorang yang terinfeksi Corona COVID-19 paling tidak seminggu sebelum terinfeksi atau terinfeksi kurang dari seminggu. Upaya ini juga sudah diterapkan di negara-negara lain, yang terdapat kasus COVID-19.
Bukan untuk Diagonosis Virus
Namun yang harus diingat, rapid test massal ini bukan untuk mendiagnosis apakah seseorang positif atau tidak terkena virus corona COVID-19. Tidak semua orang akan diperiksa Covid-19. Namun, hanya mereka yang beresiko.
"Tes Corona massal ini baru tahap skrining saja, bukan untuk deteksi atau diagnosis pasti orang yang bersangkutan positif atau tidak kena COVID-19," kata Juru Bicara Penanganan Percepatan COVID-19 Achmad Yurianto saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (20/3/2020).
Advertisement
Pemeriksaan VCR
Bila hasil screening dinyatakan positif, maka pasien akan kembali diperiksa dengan metode VCR. Sebab, kata Yuri, seseorang yang sudah sembuh juga masih bisa terdeteksi positif corona Covid-19.
(Aditya Eka Prawira/Fitri Haryanti Harsono/Dyah Puspita)Â