Hati-Hati, Anak Muda yang Sehat Juga Bisa Terpapar Virus Corona Covid-19

Pandemi virus corona covid-19 masih terus mengancam. Di Indonesia saja, per Senin (18/5), sudah tercatat 18.010 kasus positif.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi anak muda (iStock)
Ilustrasi anak muda (iStock)

Liputan6.com, Jakarta- Pandemi virus corona covid-19 masih terus mengancam. Di Indonesia saja, per Senin (18/5), sudah tercatat 18.010 kasus positif.

Tingkat kematiannya korban terjangkit juga cukup tinggi, 38 orang. Sedangkan tercatat 20 orang sembuh. Dari total 18.010 kasus itu, ada 4.324 pasien sembuh dan 1.191 meninggal dunia.

Menariknya, kelompok usia muda yangmemiliki daya tahan lebih baik ketimbang orang lanjut usia juga tak lepas dari ancaman. Anak-anak muda ini juga terancam bisa terkena Corona COVID-19.

"Bisa terkena dan tanpa gejala," kata Juru Bicara Penanganan Corona COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto.

Menurut Yuri, inilah yang menjadi salah faktor cepatnya penyebaran Virus Corona Covid-19 di Indonesia, karena orang yang sehat itu sebenarnya sudah terkena tapi tanpa gejala, tapi tidak melakukan isolasi diri.

"Masalah ini menjadi hal yang mendasar sehingga sebarannya semakin cepat," Yuri menekankan.

Permasalahan Serius

Yuri menuturkan, apabila ini anak muda yang sehat itu menularkan ke saudara-saudara yang usianya lebih tua dan rawan, ini akan menjadi permasalahan yang serius buat keluarganya. Sebab, orang yang lebih tua usianya sangat rentan kondisinya jika terjangkit virus ini.

Oleh sebab itu, Yuri, mengingatkan, meskipun masih merasa muda dan kuat, tetap harus memerhatikan bahwa diri sendiri bisa menjadi sumber penyebaran Virus Corona di dalam keluarga.

Jauhi KeramaianYuri pun tak bosan mengimbau kepada masyarakat untuk mematuhi imbauan yang diberikan pemerintah untuk lebih banyak di rumah. Masyarakat juga diminta menjauhi keramaian, dan tertib hidup sehat.

"Patuhi betul untuk kemudian semaksimal mungkin tidak keluar dari rumah. Ini yang menjadi penting terkait pencegahan," kata Yuri.

 

Rapid Test Corona

Badan Intelijen Negara (BIN) menggelat rapid test massal di Kantor Kelurahan Pondok Betung Tangerang Selatan.
Tenaga medis menunjukkan hasil rapid test yang diselenggarakan Badan Intelijen Negara (BIN) di Kantor Kelurahan Pondok Betung, Tangerang Selatan, Kamis (14/5/2020). Rapid test massal dengan menjemput bola untuk memastikan positif atau tidaknya warga terjangkit Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Pemerintah RI telah menerapkan tes Corona COVID-19 massal dengan metode rapid test, sejak Maret lalu. Rapid test ini dilakukan dengan cara menggunakan pengambilan sampel darah.

Darah yang akan diperiksa lebih lanjut, yakni dilihat dari reaksi imunoglobulin (protein yang disekresikan dari sel plasma yang mengikat antigen sebagai efektor sistem imun). Yang perlu diperhatikan, dalam rapid test yang diperiksa adalah imunoglobulinnya.

Dibutuhkan reaksi imunoglobulin dari seseorang yang terinfeksi Corona COVID-19 paling tidak seminggu sebelum terinfeksi atau terinfeksi kurang dari seminggu. Upaya ini juga sudah diterapkan di negara-negara lain, yang terdapat kasus COVID-19.

Bukan untuk Diagonosis Virus

Namun yang harus diingat, rapid test massal ini bukan untuk mendiagnosis apakah seseorang positif atau tidak terkena virus corona COVID-19. Tidak semua orang akan diperiksa Covid-19. Namun, hanya mereka yang beresiko.

"Tes Corona massal ini baru tahap skrining saja, bukan untuk deteksi atau diagnosis pasti orang yang bersangkutan positif atau tidak kena COVID-19," kata Juru Bicara Penanganan Percepatan COVID-19 Achmad Yurianto saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (20/3/2020).

Pemeriksaan VCR

Bila hasil screening dinyatakan positif, maka pasien akan kembali diperiksa dengan metode VCR. Sebab, kata Yuri, seseorang yang sudah sembuh juga masih bisa terdeteksi positif corona Covid-19.

(Aditya Eka Prawira/Fitri Haryanti Harsono/Dyah Puspita) 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya