Liputan6.com, Jakarta - Rosario, Argentina, dan Genoa, Italia, memiliki jarak 11 ribu km lebih. Pada 1925, butuh waktu 20 hari perjalanan laut untuk menempuhnya.
Salah satu nama yang naik kapal adalah Julio Libonatti. Namun, ketika itu dia tentu tidak menyangka ekspedisinya akan mengubah masa depan sepak bola.
Libonatti lahir pada 5 Juli 1901 di Rosario. Orang tuanya adalah dua dari banyak warga Italia yang mencari kehidupan baru di Amerika Selatan di akhir abad ke-19.
Advertisement
Beberapa tahun setelah kelahirannya, sebuah klub bersejarah dengan nama Club Atletico Newell’s Old Boys berdiri. Sepak bola tumbuh berkembang pesat di Argentina dan Libonatti kecil menjadi salah satu anak yang tertarik dengan cabang olahraga baru tersebut.
Dia melamar ke Newell’s dan melakoni debut di usia 16 tahun. Sejak itu kariernya melesat pesat. Dia membantu klub memenangkan tiga gelar domestik (Copa Nicasio Vila) dan satu turnamen level nasional (Copa Ibarguren).
Penampilan dan ketajamannya di lapangan pun menarik perhatian timnas. Mengantongi caps pertama melawan Uruguay pada 19 Oktober 1919, Libonatti sukses mencetak hattrick dan membantu tanah kelahiran berjaya 6-1.
Torehan tersebut hanyalah awal. Libonatti kembali jadi mimpi buruk Uruguay pada laga final Campeonato Sudamericano, cikal bakal Copa America, edisi 1921. Dia membuat gol tunggal kemenangan. Argentina akhirnya merebut gelar internasional pertama setelah sebelumnya menjadi runner-up tiga kali Campeonato Sudamericano.
Libonatti jadi pahlawan negara. Menurut kabar, suporter memanggul Libonatti usai laga final dan mengaraknya hingga pusat kota Buenos Aires, sejauh 4 km lebih.
Saksikan Video Sepak Bola Argentina Berikut Ini
Sejarah Tercipta
Penampilan istimewa Libonatti menciptakan rumor melewati Samudera Atlantik. Salah satu yang tertarik setelah mendengarnya adalah Enrico Marone Cinzano, seorang penggemar sepak bola yang juga menjabat presiden Torino.
Memimpin I Granata sejak 1924, dia berusaha membangun tim yang bisa menjadi juara Italia. Cinzano lalu melihat penampilan Libonatti saat memperkuat Newell's melawan Tiro Federal pada 1925.
Di laga itu Cinzano melihat striker istimewa dalam diri Libonatti yang mencetak dua gol. Beroperasi di lini depan, Libonatti memiliki kecepatan, kecekatan, piawai menendang dengan kedua kaki, serta tendangan keras dan jitu.
Walau posturnya kecil, Libonatti juga tidak takut berjibaku menghadapi lawan yang lebih besar. Permainannya sangat berbeda dengan kebanyakan para striker ketika itu yang lebih banyak beroperasi di kotak penalti menunggu bola.
Cinzano pun menyelidiki. Ketika mengetahui Libonatti memiliki darah Italia, dia memulai pendekatan untuk meminangnya. Libonatti, yang saat itu berusia 24 tahun, tertarik dengan petualangan ke Eropa.
Kedua pihak mencapai kesepakatan. Sejarah pun tercipta. Kepindahan Libonatti menjadi transfer lintas Atlantik pertama yang didokumentasikan.
Advertisement
Langsung Unjuk Gigi
Di Italia, Libonatti langsung unjuk gigi. Dia membuat dua gol pada laga debut melawan Brescia, 4 Oktober 1925.
Libonatti mengakhiri kampanye pertamanya dengan menyumbang 18 gol dalam 22 laga dan membawa Torino menjadi runner-up.
Pada musim kedua, Libonatti menciptakan trio menakutkan bersama Adolfo Baloncieri dan Gino Rossetti dalam perjalanan membawa I Granata merebut gelar liga domestik pertama.
Sayang titel itu dicopot karena skandal suap. Torino mengalahkan rival sekota Juventus 2-1 pada laga terakhir untuk memastikan posisi pertama. Namun, bek kiri Juventus Luigi Allemandi mengaku ditawari 50 ribu lira dari pejabat Torino untuk mengalah.
Meski begitu, Torino langsung bangkit musim berikutnya. Dengan Libonatti di puncak permainan, lewat torehan 35 gol di 34 partai, Torino secara sah menguasai takhta Italia. Libonatti pun menjadi Capocannoniere, uniknya hanya sekali sepanjang kariernya.
Terus Cetak Sejarah
Jadi legenda di Newell's, Argentina, dan Torino, Libonatti tidak mau berhenti mencetak sejarah. Dia melakukannya ketika Timnas Italia memanggilnya.
Libonatti jadi pemain keturunan imigran pertama yang membela Italia pada 28 Oktober 1926. Kembali dia membuka jalan bagi mereka yang memenuhi kategori. Nama-nama seperti Jose Altafini, Omar Sivori, hingga Thiago Motta mengikuti jejaknya membela dua timnas sebelum FIFA turun tangan dan memperketat aturan.
Namun, praktik ini terus berlaku. Mereka yang memiliki darah Italia meski lahir di lokasi lain bisa membela Gli Azzurri. Roberto Di Matteo dan Mauro Camoranesi adalah beberapa contohnya.
Advertisement
Buka Jalan
Pada penghujung karier, Libonatti pergi ke  Genoa, kota pelabuhan yang menyambutnya saat pertama kali tiba di Italia. Dia membantu klub promosi dari Serie B sebelum menjadi pemain dan pelatih di klub Serie C, Rimini.
Tragisnya, Libonatti meninggalkan Italia dalam kondisi bangkrut. Gaya hidup mewah dan kecintaannya terhadap busana mahal membuatnya kembali ke Argentina tanpa sepeser lira di kantongnya. Dia baru bisa pulang karena Rimini membelikan tiket pulang.
Di tanah kelahiran, Libonatti tetap coba bertahan di sepak bola dan menekuni berbagai peran dalam staf kepelatihan. Namun, profesi itu tidak ada yang berhasil. Dia akhirnya meninggalkan sepak bola untuk selamanya.
Libonatti meninggal pada 9 Oktober 1981. Kurang dari sembilan ribu hari kemudian, seorang bintang sepak bola baru muncul di Barcelona, Spanyol. Seorang pemuda kelahiran Rosario bernama Lionel Messi melakoni debut di derby melawan Espanyol.
Tanpa Libonatti, wajah sepak bola akan jauh berbeda. Dia sudah membuka jalan bagi Messi, Alfredo Di Stefano, Diego Maradona, Gabriel Batistuta, dan ribuan lainnya untuk mencari membangun karier di Eropa.