Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) resmi merayakan ulang tahunnya yang ke-92 pada hari ini, Selasa (19/4/2022). Organisasi yang bertanggung jawab mengelola urusan sepak bola dalam negeri tersebut pertama kali berdiri pada masa kolonialisme Belanda.
Lahirnya PSSI tak lepas dari pergerakan pemuda-pemuda Indonesia yang menentang penjajahan. Dilansir dari situs resminya, PSSI dibentuk pada 19 April 1930 di Yogyakarta. Organisasi olahraga ini kerap dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia.
Baca Juga
Erick Thohir Beruntung Pemain Diaspora Yakin pada Proyek untuk Lolos ke Piala Dunia dan Olimpiade
Wawancara Reuters kepada Erick Thohir: Timnas Indonesia perlu berada di 9 besar Asia untuk Lolos ke Piala Dunia 2026
Manajer Timnas Indonesia Merasa Kecewa dengan Tagar 'Shin Tae-yong dan Erick Thohir Out', Sebut Tak Masuk Akal
Kemunculan PSSI diprakarsai insinyur sipil muda lulusan Jerman bernama Soeratin Sosrosoegondo. Dia kembali ke Tanah Air usai menyelesaikan studinya pada 1927. Sempat bekerja di perusahaan bangunan Belanda bernama Sizten en Lausada, Soeratin memilih untuk mundur dari jabatannya.
Advertisement
Soeratin lebih aktif berkiprah dalam pergerakan nasional pasca kemundurannya. Sebagai pemuda yang gemar bermain sepak bola, dia lantas melihat celah bahwa organisasi olahraga di Indonesia dapat dijadikan sarana untuk mendorong pengimplementasian Sumpah Pemuda, yang telah dideklarasikan pada 28 Oktober 1928.
Demi mewujudkan hal tersebut, Soeratin mengadakan serangkaian pertemuan dengan tokoh sepak bola dari berbagai daerah, seperti Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Kegiatan ini dilakukan secara rahasia untuk menghindari sergapan dari Polisi Belanda.
Kegiatan Soeratin dan pengurus lain terus berlanjut hingga diadakannya pertemuan di hotel kecil Binnenhof yang terletak di Jalan Kramat 17, Jakarta, bersama Ketua Voetbalbond Indonesische Jakarta (VIJ) Soeri.
Hasil pertemuan di Binnenhof berujung pada pematangan gagasan mengenai perlunya organisasi sepak bola dalam negeri. Proses pematangan dilanjutkan di Kota Bandung, Yogyakarta, dan Solo, bersama sejumlah tokoh pergerakan nasional, mulai dari Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, hingga A. Hamid.
Tujuh Klub Pendiri
Terdapat tujuh klub yang menginisiasi berdirinya PSSI, yakni Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB).
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dan pengurus lainnya segera menyusun program untuk menentang kebijakan yang diambil pemerintah Belanda. Langkah pertama yang dilakukan PSSI kala itu adalah mengadakan Stridij, yakni program perjuangan yang mewajibkan tiap-tiap perserikatan untuk mengadakan kompetisi internal.
Kejuaraan tersebut berkembang menjadi kompetisi antarperserikatan yang dinamai Steden Tournooi. Steden Tournooi perdana diselenggarakan di Surakarta pada 1931.
Perkembangan PSSI juga mendorong terjalinnya kerja sama dengan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU). Pada tahap awal kerja samanya, NIVU mendatangkan tim Winner Sport Club asal Austria.
Advertisement
Piala Dunia
Pada 1938, NIVU mengirimkan timnya untuk mengikuti piala dunia di bawah nama Dutch East Indies. Sayangnya, para pemain dari skuad tersebut sebagian besar tak berasal dari PSSI. Hanya sembilan di antaranya yang merupakan pemain pribumi atau Tionghoa.
Keputusan tersebut merupakan bentuk protes Soeratin. Pasalnya, sang pelopor PSSI menginginkan adanya pertandingan pembuka antara NIVU dan timnya, sesuai perjanjian kerjasama bertajuk Gentlemen’s Agreement yang ditandatangani Seoratin serta pihak NIVU pada Januari 1937.
Pada kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin lantas membatalkan perjanjian dengan NIVU secara sepihak. Dia sempat menjadi ketua kehormatan PSSI pada 1940–1941.
Setelahnya, dia berhenti pada 1942, sebelum terpilih kembali di tahun yang sama. Sayangnya, masuknya Jepang ke Indonesia sempat menyebabkan PSSI kurang aktif berkompetisi.
Kompetisi PSSI
Seiring dengan berjalannya waktu, PSSI mulai memperluas level dan jenis kompetisi dalam negeri. Kompetisi tersebut masih eksis di Indonesia hingga kini. Berikut adalah ragam kompetisi sepak bola yang dinaungi PSSI, seperti dilansir dari situs resminya.
- Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir
- Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir
- Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir
- Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir
- Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain
- Dibawah usia 15 tahun (U-15)
- Dibawah usia 17 tahun (U-17)
- Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
- Dibawah usia 23 tahun (U-23)
- Sepakbola Wanita
- Futsal
Terdapat pula pertandingan sepak bola dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga (non-PSSI). Meski demikian, kompetisi tersebut tetap harus mengantongi izin dari PSSI.
Adapun, contoh kompetisi yang diadakan pihak ketiga adalah Pekan Olahraga Daerah (PORDA), dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Advertisement