Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia 2022 untuk pertama kalinya akan digelar di kawasan Jazirah Arab. Qatar dipercaya untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah turnamen empat tahunan tersebut.
Tetapi penunjukkan itu menimbulkan polemik bagi pecinta sepak bola asal Israel. Mereka mengaku kesulitan mendapatkan tiket pertandingan Piala Dunia Qatar karena negaranya tidak terdaftar.
Baca Juga
Winterhill Hospitality yang mendapatkan izin dari FIFA untuk menjual dan mendistribusikan tiket Piala Dunia 2022 via pemesanan online, ternyata tidak memasukkan Israel sebagai salah satu negara yang bisa membeli.
Advertisement
Pada situs penjualan tiket, peta Israel malah ditulis sebagai "kawasan Palestina yang diambil" (Palestinian Territory Occupied). Perubahan ini ternyata dibuat oleh seorang agen penjualan.
FIFA Network akhirnya memperbaiki hal tersebut karena membuat calon penonton dari Israel marah besar, karena tidak mendapat perlakuan yang sama dibanding negara lain.
Masalah ini bahkan masuk dalam pembahasan televisi nasional Israel, yang menyatakan "FIFA banjir kritik setelah insiden ini".
Seperti yang kita ketahui, Israel dan Palestina memang terlibat konflik wilayah selama berpuluh-puluh tahun. Ditambah aksi pencaplokan wilayah oleh Israel gencar dilakukan dalam beberapa tahun belakangan.
Hubungan diplomatik Qatar dengan Israel sendiri sempat memanas setelah penyerangan ke Jalur Gaza oleh negara zionis tersebut.
Negara lain yang juga tidak terdaftar adalah Azerbaijan, Armenia dan Georgia. Mereka hampir pasti tidak bisa menonton laga Piala Dunia 2022. Hingga sekarang tidak diketahui alasan.
Ngadu ke FIFA, Israel Akhirnya Boleh Masuk Qatar
Qatar sebenarnya membuka pintu sebesar-besarnya bagi negara lain untuk datang dan menonton Piala Dunia di negara Muslim tersebut, karena mengedepankan rasa hormat pada agama lain dan keberagaman. Tetapi tidak untuk Israel.
Menurut Marca, pihak Israel akhirnya turun langsung untuk melobi pejabat FIFA supaya bisa datang tanpa menggunakan paspor asing, dan juga diperlakukan seperti layaknya warga negara lain.
Lampu hijau pun diberikan. Pemerintah Qatar akhirnya luluh demi kelancaran event Piala Dunia bulan November-Desember nanti. Ini adalah kali pertama warga Israel bisa masuk Qatar dengan paspor asli mereka.
Tetapi sebelumnya mereka harus membeli tiket secara online lalu mengajukan Fan ID. Nah, ID inilah yang akan memberikan mereka akses untuk memesan tiket pesawat, hotel, dan juga akses masuk Qatar.
Bahkan, baik Israel, Qatar, dan FIFA langsung sepakat untuk membuka rute baru yang membawa penumpang dari Tel Aviv ke Doha dan kota lain di Qatar selama Piala Dunia digelar.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Aturan Ketat Tetap Berlaku
Seperti diketahui, Tuan rumah Piala Dunia 2022,Qatar memberikan aturan ketat kepada suporter. Qatar memberlakukan beberapa aturan dan larangan yakni soal alkohol dan seks bebas.
Piala Dunia 2022 akan terasa berbeda bagi suporter asal negara barat (Eropa dan Amerika Serikat). Fans sepak bola dari kawasan tersebut terbiasa berjalan ke stadion sambil membawa minuman beralkohol.
Namun di Qatar, hal itu tak akan bisa lagi mereka lakukan. Qatar dengan tegas melarang alkohol di tempat umum.
Bukan cuma itu, Qatar juga melarang fans-fans dari luar untuk melakukan tindakan kumpul kebo. Suporter laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri, tidak akan bisa memesan satu kamar hotel yang sama.
Laporan Daily Star, aturan ini bahkan sudah mulai diterapkan. Qatar, sebagai negara yang menganut norma ketimuran dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam melarang keras seks bebas.
Tak tanggung-tanggung, apabila ada yang melanggaranya akan mendapatkan sanksi paling berat yakni penjara selama tujuh tahun.
"Kecuali Anda datang ke sini sebagai suami-istri, itu tidak masalah. Tapi kalau mau seks bebas, jangan di sini karena Anda bisa mendekam di penjara," kata salah seorang polisi di Qatar.
LGBT Dilarang Keras!
Sementara itu, Kepala Eksekutif Piala Dunia 2022, Nasser al-Khater menegaskan, Qatar terbuka kepada semua fans dari berbagai belahan dunia. Namun, Qatar juga meminta para tamu harus menghormati norma-norma yang sudah berlaku di negara mereka.
"Semua orang diterima di Qatar dan mereka akan merasa aman. Qatar adalah negara yang toleran dan ramah. Mungkin Qatar ada sedikit berbeda dari negara lain, maka kami berharap para fans untuk menghormati aturan yang ada," kata Nasser.
“Keselamatan dan kenyamanan setiap penggemar adalah yang paling penting bagi kami. Tapi, bermesraan di depan umum dilarang, itu bukan bagian dari budaya kami, dan itu berlaku untuk semua orang," jelasnya.
Tetapi, Qatar dengan tegas menyatakan sikap mereka kepada kaum LGBT. Kepala Keamanan Piala Dunia 2022, Abdullah Al Nasari mengharamkan simbol maupun bentuk kampanye lain dari kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Qatar.
Al Nasari menyatakan tidak akan bertoleransi mengenai apapun yang berkaitan dengan LGBT selama Piala Dunia 2022 berlangsung.
"Jika Anda ingin mengungkapkan pandangan Anda mengenai LGBT, lakukanlah dalam masyarakat yang bisa menerima hal itu. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat [kami]. Kami tidak akan pindah agama [hanya karena Piala Dunia] selama 28 hari," ucapnya seperti dikutip dari Sportsration.
Advertisement
Jerman dan Inggris Khawatir
Al Nasari juga mengatakan akan melakukan tindakan tegas andai simbol terkait kelompok LGBT muncul di stadion yang menghelat Piala Dunia 2022. Ia memastikan tindakan harus dilakukan sebagai pencegahan akan dampak buruk yang berpotensi terjadi.
"Jika seorang penggemar mengibarkan bendera pelangi di stadion dan bendera itu diambil, itu bukan karena kami ingin menyinggungnya tetapi untuk melindunginya," kata Al Nasari.
"Jika tidak [diambil], penonton lain bisa menyerangnya. Jika Anda membeli tiket, itu untuk menyaksikan pertandingan sepak bola dan bukan untuk berdemonstrasi," ia melanjutkan.
Kritik pada aturan ini bermunculan dari negara-negara pendukung LGBT seperti Jerman dan juga Inggris.
Direktur Teknik Timnas Jerman, Oliver Bierhoff menyebut tindakan Qatar tidak dapat diterima. Bierhoff mengatakan kepada surat kabar Jerman, dia tidak senang bahwa homoseksual masih ilegal di negara Teluk tersebut.
Pria yang kini beruia 54 tahun itu juga mempertanyakan kriteria yang digunakan dalam pemilihan Qatar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Timnas Inggris juga menjadi pihak yang paling lantang mengkritik aturan itu. Manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate was-was takut suporter mereka yang LGBT tidak datang untuk memberikan dukungan.
Hal senada juga disampaikan oleh penyerang Timnas Inggris, Harry Kane. Dia khawatir tentang keselamatan kaum LGBT yang bepergian datang ke Qatar
Harry Kane mengatakan 'sangat penting bahwa mereka merasa aman' di turnamen Kane mengatakan bahwa Piala Dunia tidak bisa hanya menjadi 'perbaikan cepat' untuk pelanggaran hak asasi manusia.
Harry Kane telah meminta Qatar untuk memastikan penggemar homoseksual Inggris merasa aman selama Piala Dunia. “Sangat penting bagi mereka untuk merasa aman,” kata kapten Inggris itu seperti dikutip Jurnal Soreang dari Daily Mail.