Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PSSI Erick Thohir berniat mengambil langkah serius untuk memberantas mafia bola di Tanah Air. Ia telah menyiapkan skema khusus yang berkenaan dengan penggunaan teknologi dan pengaturan jadwal liga, demi mendeteksi praktik pengaturan skor.
Dalam konferensi pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (19/2/2023), Erick menjelaskan pihaknya bakal membantu kinerja satgas antimafia bola bentukan Polri dengan teknologi yang didukung oleh FIFA.
Baca Juga
Timnas Indonesia yang Gagal di Piala AFF 2024 Awalnya Direncanakan untuk Pertahankan Medali Emas di SEA Games
Erick Thohir Kecewa, Timnas Indonesia Seharusnya Bisa Melindas Laos dan Filipina serta Lolos Semifinal Piala AFF 2024
Tersingkir dari Piala AFF 2024, Cristian Gonzales Tawarkan Diri ke Erick Thohir untuk Latih Striker Timnas Indonesia
Seperti diketahui, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sebelumnya telah berkomitmen untuk menyiapkan satgas antimafia bola demi mendukung program Erick Thohir selaku nakhoda baru PSSI.
Advertisement
Kapolri mengeklaim pihaknya saat ini sudah memiliki 15 sub satgas yang disebar di seluruh wilayah dan akan disesuaikan dengan program dari federasi sepak bola Tanah Air.
Langkah tersebut disambut dengan positif oleh Erick Thohir. Namun, pria yang menjabat sebagai Menteri BUMN itu menilai satgas bentukan Polri masih butuh teknologi khusus yang dibarengi dengan pengaturan jadwal liga, demi memaksimalkan kinerja mereka.
"Ketika pihak kepolisian bisa membuat satgas, saya rasa upayanya sangat bagus. Akan tetapi, satgas ini tidak (belum) dilengkapi sistem teknologi," tutur Erick.
"Oleh karena itu, kami (PSSI) bersama FIFA akan mengimplementasikan sistem teknologi tentang bagaimana pengawasan terhadap pengaturan skor secara transparan."
"Memang tidak mudah, tetapi dengan (adanya sistem) ini dan kerja sama dengan pihak kepolisian, kami akan atau memberikan data-data yang terindikasi (melakukan match fixing)," sambung dia.
Jadwal Liga
Lebih lanjut Erick menjelaskan, pengaturan jadwal liga juga menjadi aspek krusial dalam memberantas praktik madia bola. Menurutnya, penjadwalan yang tidak tumpang tindih bakal memudahkan kepolisian dalam menemukan indikasi praktik pengaturan skor.
"Untuk jadwal pertandingan, kenapa kita akan mulai sarasehan sepak bola dua minggu lagi bersama Liga 1 dan Liga 2, kita ingin memastikan jadwal kompetisi seperti apa tanpa menganaktirikan Liga 2," tutur Erick
"Kita akan mengusulkan liga yang tidak tumpang tindih. Misalnya Liga 1 mulai duluan, atau Liga 2 mulai duluan, masing-masing punya hari Sabtu-Minggunya. Kalau pun tumpang tindih, hanya satu atau dua bulan saja."
"Ini memudahkan kita agar kepolisian bisa memprediksi simpul-simpul pemainan sepak bola dengan suporter yang ada indikasi (melakukan match fixing," tandasnya.
Advertisement
Hukum Seumur Hidup
Sebelumnya, Erick telah menegaskan bakal memberi hukuman tegas bagi pelaku match fixing. Ia mengeklaim pihaknya akan menerapkan world wide sanction yang berlaku di seluruh negara anggota FIFA.
"Ketika kita menghukum individu yang bermain di Indonesia, ini beraku di seluruh wilayah FIFA," paparnya saat memberi keterangan pers terkait pengaturan skor di SUGBK, Minggu (19/2/2023).
"Hukuman (yang diberikan) seperti apa? Konteksnya kalau kami di PSSI, lebih fokus pada sepak bolanya, yaitu pemain, wasit, pemilik klub, pengurus, pelatih yang jelas-jelas melakukan permainan pengaturan skor, akan dihukun seumur hidup," tambah dia.