Kisah Mario Balotelli: Si Bocah Hiperaktif dari Brescia [1]

Silvio Mario Balotelli dikenal sebagai bintang sepakbola yang tak pernah sepi jadi berita. Namun, Super Mario juga sosok profesional sejati.

oleh Vincent Hakim Roosadhy diperbarui 09 Okt 2013, 16:21 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2013, 16:21 WIB
balotelii-jadi-131009b.jpg

Silvio Mario Balotelli diakui publik sepakbola dunia sebagai pemain muda yang amat cerdas bahkan disebut-sebut sebagai striker jenius. Super Mario kerap membuat aksi yang kontroversial di lapangan, salah satunya saat memamerkan kaos dalamnya bertuliskan: "Why Always Me?" yang gaya itu kemudian diikuti sejumlah pemain lain. Di luar lapangan pun, Balo sempat beberapa kali terlibat masalah dengan polisi. Mario diejek, disingkirkan, tapi juga selalu dibutuhkan. 

----------

"Prraaangggg...." tiba-tiba kaca pintu rumah itu pecah berantakan. Serpihan kacanya berserakan di mana-mana.

Tak lama kemudian, keadaan menjadi hening. Yang ada hanya bocah yang sesekali mengelap ingusnya memandang pintu tanpa kaca. Ia pun mengamati pecahan-pecahan kaca yang bertebaran di lantai. Anak itu sengaja menendang bola diarahkan ke kaca pintu.

Tak terlihat ekspresi wajah takut. Ia hanya melihat sebentar dan kemudian segera berlari ke luar rumah mengambil bola yang telah melesat ke halaman.  

"Mario...Mario..." terdengar suara perempuan memanggil bocah laki-laki yang sedang memeluk bola kesayangannya di halaman rumah. Tak tampak wajah takut, tidak pula terlihat ekspresi rasa bersalah.

Cristina Balotelli ingat benar pengalaman itu. Di matanya, sang adik angkat itu merupakan anak laki-laki yang pemberani dan tidak cengeng. Ia seorang anak hiperaktif yang selalu menunjukkan berbagai hal baru. Bahkan bermacam-macam kejutan selalu muncul dari diri Silvio Mario Balotelli.



"Dia selalu sibuk dengan banyak kegiatan. Dia melakukan sesuatu dan kemudian memiliki ide baru yang lain lagi. Dia bisa mempunyai 100 ide dalam waktu yang singkat," ungkap Cristina tentang adik angkatnya itu.

"Anda membuat janji dengan dia, dan dia bisa berubah dua kali dalam waktu yang begitu cepat," katanya menambahkan, seperti ditulis Time dalam suatu wawancara.

Cristina sangat menyayangi adik angkatnya itu yang digambarkannya sebagai anak yang cerdas, enerjik, penuh dengan gagasan yang kadang terasa mencengangkan. Dua kakak angkat Mario yang umurnya jauh lebih tua lainnya, Corrado dan Giovanni pun sama. Mereka semua menyukai bocah hiperaktif itu.

"Dia cerdas, cepat menangkap saat mempelajari sesuatu, dan dewasa. Namun di saat yang sama kadang ia menjadi agak kekanak-kanakan. Dia tak suka basa-basi dan lebih senang terus terang," ujarnya menambahkan.

Seperti ditulis Daily Mail, Mario Balotelli mempunyai masa kecil yang kurang beruntung. Mario lahir di Palermo, Sisilia, Italia, 12 Agustus 1990 silam. Sang ayah Thomas Barwuah dan Ruth merupakan warga imigran asal Ghana. Sebagian besar waktu di tahun pertama Mario dihabiskan di rumah sakit. Mario kecil mempunyai masalah dengan ususnya yang nyaris merenggut hidupnya. Dokter ahli bedah di Palermo akhirnya melakukan tindakan operasi usus untuk menyelamatkan si kecil.



Orangtua Mario tinggal di kawasan padat, miskin, dan kumuh Brescia di Italia Utara yang banyak dihuni oleh orang-orang imigran asal Afrika.  
Belum lagi umur Mario genap 3 tahun, seorang pasangan suami istri Italia berdarah Yahudi Francesco Balotelli dan Silvia mengadopsi si kecil Mario dan memboyong bocah balita itu ke tempat tinggal mereka di Bagnolo Mella, Lombardy, bagian dari Provinsi Brescia.

Sejak meninggalkan keluarga Barwuah, keluarga baru Mario tak pernah menyinggung masa lalunya sama sekali.  

"Saya hanya mengatakan bahwa anak yang ditinggalkan ini tidak akan pernah lupa," ungkap Balotelli berkisah tentang masa kecil Mario seperti ditulis Sportweek suplemen Minggu Gazzetta dello Sport edisi 2008 silam.

Mario amat mencintai keluarga barunya. Hingga kini, hubungannya begitu dekat dengan sang ibu Silvia. Pada ibunda angkatnya inilah, Mario menemukan sisi keibuan sejati.



"Saya tidak akan bisa mengatakan tidak padanya. Dia selalu berkata benar dan hampir selalu benar. Itu adalah karakter ibu saya. Bagi saya, ibu saya adalah segalanya," ujar Mario pada suatu kesempatan.

Kehidupan Mario Balotelli sejak kecil sudah penuh dengan pengalaman yang panjang dan berliku. Meski telah diadopsi secara resmi oleh keluarga Italia, tak serta merta menjadikan Mario langsung sebagai orang Italia. Sempat terjadi tarik ulur terkait masalah kewarganegaraan. Masalah tersebut muncul ketika Mario berkesempatan mewakili Italia di Olimpiade Beijing 2008. Mario waktu itu mempunyai hak membela negeri tanah leluhurnya Ghana.

"Ia harus menunggu sampai umur 18 tahun baru bisa menjadi Balotelli dan sekaligus Italia," ujar pengacara keluarga Balotelli, Vittorio Rigo ketika itu.



Mario mulai menyukai sepakbola saat masih berumur 5 tahun. Ketika bersekolah di tingkat sekolah dasar, Mario langsung ikut bergabung dengan tim sepakbola. Mario tak terlalu menghiraukan kondisinya yang berbeda. Dialah satu-satunya yang berkulit hitam di tim tersebut. Ternyata, kondisi serupa juga terjadi lagi ketika Mario masuk di Timnas Italia U-21 tahun 2008.

Bagaimana kisah selanjutnya Silvio Mario Balotelli dalam kiprahnya di dunia sepakbola? Bagaimana Mario harus menghadapi berbagai ejekan rasis yang kerap terjadi? Ikuti terus Kisah Mario Balotelli selanjutnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya