Bantu Pengguna Bedakan Hoaks, Media Sosial Diharapkan Bikin Simbol Visual

Penelitian menarik dipublikasikan oleh Cardiff Metropolitan University dalam mencegah penyebaran hoaks di media sosial.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 19 Jan 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoaks. (via: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian menarik dipublikasikan oleh Cardiff Metropolitan University dalam mencegah penyebaran hoaks di media sosial. Mereka berharap hasil penelitian ini bisa digunakan oleh platform media sosial seperti Facebook.

Dilansir The Conversation, studi dilakukan pada 550 orang di Wales. Penelitian ini bertujuan untuk memperingatkan pengguna tentang bahaya hoaks memakai gambar bukan peringatan teks seperti yang dilakukan Facebook saat ini.

Peneliti mengembangkan 10 efek visual seperti warna, pemakaian huruf tebal dan tipis, efek buram atau gambar pecahan kaca pada konten yang dicurigai hoaks. Penelitian ini ingin melihat apakah metode itu bisa membantu pengguna media sosial memilih informasi yang fakta atau hoaks.

Hasilnya visualisasi blok membantu pengguna pria untuk memilih informasi atau konten yang salah. Sementara pengguna wanita mampu mengidentifikasi lebih baik konten yang salah dengan menggunakan visualisasi blur.

Ilustrasi Stop Covid-19 (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Meskipun sederhana namun penelitian ini berharap punya dampak besar di media sosial. Platform media sosial diharapkan untuk menggunakan tanda peringatan besar berwarna mencolok atau tanda tebal jika ada konten yang dianggap mencurigakan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Dunia Nyata

Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Di dunia nyata simbol visual seperti ini sudah banyak diaplikasikan, seperti simbol dilarang masuk, dilarang putar balik, atau dilarang berhenti. Namun di dunia maya simbol visual memang belum ada yang menerapkan.

Penelitian ini menyimpulkan pengguna butuh tanda visual besar untuk membantu membedakan informasi yang salah atau yang tidak bisa dipercaya.

Apalagi cara sederhana seperti mencurigai konten palsu dengan melihat tata bahasanya sudah tidak lagi relevan. Pasalnya pembuat hoaks saat ini sudah semakin rapi membuat narasi atau gambar yang semirip aslinya.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya