IDI Pastikan Minum Air Kelapa Tak Bisa Netralisir Efek Vaksinasi Covid-19

Fenomena minum air kelapa muda usai divaksin Covid-19 tengah marak di tengah masyarakat Aceh.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 06 Jul 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Dr dr Safrizal Rahman MKes SpOT menyatakan, fenomena masyarakat yang meminum air kelapa muda usai menerima suntikan vaksin Covid-19 untuk menetralisir efek vaksinasi merupakan sesuatu yang tidak rasional.

"Tidak ada rasionalisasi untuk meminum air kelapa setelah divaksin, itu tidak ada hubungan sebab akibatnya," kata Safrizal dikutip dari Antara, Senin (5/7/2021). 

Fenomena minum air kelapa muda usai divaksin Covid-19 tengah marak di tengah masyarakat daerah Tanah Rencong itu. Tujuannya agar dosis vaksin yang disuntik ke dalam tubuh tidak menimbulkan efek.

"Vaksin disuntikkan dalam otot kita dan air kelapa itu masuk dalam saluran cerna kita, jadi butuh waktu sekian lama untuk bertemu dalam sistem tubuh, jadi enggak ada hubungannya itu," ucap Safrizal.

Di samping itu, dia menjelaskan, meski air kelapa muda bagus untuk tubuh, namun tidak berarti bisa menetralisir efek vaksinasi.

"Yang pasti adalah setelah divaksin kita istirahat, kemudian makan bergizi, barang kali kelapa muda salah satunya. Air kelapa muda tidak hanya ada di Indonesia, tapi di Amerika Serikat juga ada. Jadi belum ada pembuktian penelitian yang mengarah ke sana, belum ada," ungkap dia. 

Selain itu, IDI juga mengimbau agar masyarakat tidak takut untuk divaksin Covid-19. Program vaksinasi bertujuan untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) di tengah masyarakat dari serangan virus itu.

Menurut dia, vaksin Covid-19 terdiri dari beberapa merek. Di Aceh, pemerintah masih menggunakan vaksin Sinovac, terbuat dari virus yang telah dilemahkan. Dan penyuntikan vaksin dilakukan dalam dua dosis, yakni dosis pertama yang disuntik tidak ada bedanya dengan dosis kedua.

"Artinya penyuntikan dosis pertama diberikan untuk pengenalan dulu saja, dosis kedua baru merangkum semua untuk mengoptimalkan fungsinya (vaksin). Jadi tidak benar kalau dikatakan dosis pertama berbeda dengan dosis kedua," tutur dia.

Selain itu, dia juga meminta, masyarakat untuk menyaring informasi yang diterima tentang vaksin agar tidak terpapar berita bohong atau hoaks. Warga diminta perbanyak referensi informasi dari situs-situs resmi tentang kesehatan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya