Cepat Mengadopsi Teknologi Digital, Masyarakat RI Perlu Kedepankan Etika

Anggapan bahwa kehidupan dunia digital dan dunia nyata berbeda menjadi akar masalah penggunaan teknologi masyarakat Indonesia.

oleh Rida Rasidi diperbarui 20 Okt 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 07:00 WIB
Peluncuran Kegiatan Literasi Digital Keluarga Besar TNI
Iwan Setiawan (Moderator), Septiaji Eko (Dewan Pengarah Siberkreasi / Presidium Mafindo), Melaney Ricardo, dan Nicholas Saputra saat sesi Talk Show Obral-Obrol Literasi Digital dalam acara Peluncuran Kegiatan Literasi Digital Keluarga Besar TNI, Kamis (19/10). (Liputan6.com / Rida Rasidi)

Liputan6.com, Jakarta- Perkembangan teknologi semakin pesat. Di Indonesia sendiri, perkembangan teknologi terjadi dengan luar biasa dan  masyarakat pun cepat dalam mengadopsi berbagai teknologi, baik yang berbentuk hardware maupun aplikasi.

Berdasarkan data Napoleon Cat, pengguna Facebook di Indonesia pada bulan Agustus 2023 telah mencapai 205, 4 juta pengguna. Jumlahnya meningkat 7,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Tak hanya itu, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan pengguna TikTok terbanyak berdasarkan data dari We Are Social. Hanya memiliki selisih 3,52 juta pengguna dari Amerika Serikat yang menduduki peringkat pertama.

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa dalam urusan teknologi, masyarakat Indonesia dinilai cepat dalam menggunakannya.

Namun, Presidium Mafindo, Septiaji Eko, menyebut masyarakat Indonesia cenderung menganggap kehidupan dunia digital berbeda dengan kehidupan di dunia nyata.

Anggapan tersebut yang menjadi akar masalah dalam pengguna teknologi masyarakat. Hal ini membuat masyarakat seolah-olah dibebaskan dalam melakukan berbagai hal di dunia digital, termasuk membagikan konten secara sembarangan.

“Kita itu kalau urusan teknologi cepat sekali menggunakannya. Masalahnya adalah kita lupa bahwa hidup di dunia digital sama dengan hidup di dunia nyata. Beretika baik sesuai yang diajarkan orang tua sejak kecil hilang begitu masuk di dunia digital. Padahal, dunia digital adalah penguat dari perilaku kita di dunia nyata. Akibatnya, kita ini seolah-olah boleh melakukan apa saja, boleh nakal, serta boleh menyebar sembarang konten di dunia digital,” jelasnya saat sesi Talk Show Obral-Obrol Literasi Digital dalam acara Peluncuran Kegiatan Literasi Digital Keluarga Besar TNI, Kamis (19/10).

Selanjutnya, Septiaji Eko atau yang akrab disapa Bung Zek, menjelaskan permasalahan inilah yang membuat Mafindo dengan Siberkreasi, bersama dengan 100 lembaga lain berkolaborasi agar masyarakat bisa menggunakan teknologi digital untuk memaksimalkan potensi diri.

“Jadi, ini yang membuat Mafindo, Siberkreasi dan 100 lembaga lainnya berkolaborasi. Kita merasa teknologi digital adalah berkah. Jika digunakan untuk memaksimalkan potensi diri, akan cepat sekali kita menjadi masyarakat yang maju,” ujarnya.

Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat perlu sadar akan titik-titik lemah yang dapat membuatnya “terpeleset” di media sosial.

Presidium Mafindo sekaligus Dewan Pengarah Siberkreasi itu juga mengutip perkataan Bapak Media Sosial Indonesia, Nukman Luthfie, bahwa media sosial adalah jendela kecil di mana dunia akan menafsir diri kita, maka rawatlah ia demi masa depan yang baik.

Keamanan Digital Jadi Pilar Literasi Digital yang Paling Lemah di Indonesia

Peluncuran Kegiatan Literasi Digital Keluarga Besar TNI
Presidium Mafindo, Septiaji Eko saat menjadi narasumber saat sesi Talk Show Obral-Obrol Literasi Digital dalam acara Peluncuran Kegiatan Literasi Digital Keluarga Besar TNI, Kamis (19/10). (Liputan6.com / Rida Rasidi)

Kejahatan siber semakin kreatif. Belakangan ini yang paling sering terjadi adalah Love Scam dan penipuan dengan modus undangan dalam format APK.

Love Scam atau Love Scamming adalah penipuan berkedok asmara yang memakai trik kepercayaan dan melibatkan perasaan.

Dengan kejahatan siber yang semakin variatif, keamanan digital malah menjadi pilar literasi digital yang paling lemah di Indonesia. Untuk itu, Septiaji Eko, mengajak ibu-ibu yang menjadi mayoritas audiens dalam acara Peluncuran Kegiatan Literasi Digital Keluarga Besar TNI, untuk berhati-hati dalam menjaga data pribadi dan membuat kombinasi password yang kuat.

Selanjutnya, ia juga menyarankan masyarakat untuk selalu memeriksa sumber-sumber yang terverifikasi agar selalu aware atas modus-modus penipuan online terbaru.

Selain itu, sanitasi media sosial perlu dilakukan oleh masyarakat secara rutin. Hal ini agar masyarakat tidak tersetir oleh algoritma platform media sosial yang semakin pintar.

Jangan lupa juga untuk selalu mengikuti kanal-kanal yang memang memiliki konten bermanfaat dan terverifikasi, serta hindari konten-konten yang akan memengaruhi dengan narasi-narasi emosional.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya