Darurat Hoaks Seputar Kesehatan, Dokter Diharapkan Mampu Berikan Edukasi di Media Sosial

Dalam menekan sebaran hoaks seputar kesehatan yang marak beredar di media sosial, dokter perlu turun tangan dalam memberikan edukasi bagi masyarakat di platform digital.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 31 Mar 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2024, 16:00 WIB
ilustrasi Hoax
ilustrasi hoaks (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menekan sebaran hoaks seputar kesehatan yang marak beredar di media sosial, dokter perlu turun tangan dalam memberikan edukasi bagi masyarakat di platform digital.

Dokter spesialis penyakit dalam dan reumatologi di Kanada, Deshauer menjelaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk menekan peredaran hoaks seputar kesehatan di media sosial adalah dengan memberikan konten edukasi berbasis ilmiah.

"Lewat media sosial, kita (dokter) bisa melihat bagaimana keluhan masyarakat, pandangan mereka soal layanan kesehatan, dan mungkin kekhawatiran lainnya," ucap Deshauer dilansir dari The Global News.

Ia menilai bahwa masyarakat menyimpan banyak kekhawatiran dan ketakutan seputar kesehatan, karena masih banyak yang memiliki akses terbatas terhadap informasi dan cenderung mempercayai informasi yang hanya mereka terima dari media sosial.

Belum lagi algoritma penyebaran konten di media sosial hanya menampilkan informasi yang menarik para pengguna.

Dalam wawancara yang sama, Profesor Kebijakan Hukum dan Kesehatan di University of Alberta, Timothy Caulfield menyayangkan para influencer di media sosial cenderung membagikan konten yang sifatnya sensasional meskipun konten tersebut keliru atau berisi misinformasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dokter Perlu Saingi Konten Influencer di Media Sosial

Hoaks seputar kesehatan yang beredar di media sosial adalah tantangan yang kompleks. Maka dari itu, satu-satunya jalan yang dapat dilakukan untuk menangkal penyebarannya adalah dengan data ilmiah yang valid, terutama di platform Instagram dan TikTok.

"Permasalahannya, konten yang disajikan para dokter masih kalah dengan influencer. Dokter sebagai edukator perlu memikirkan bagaimana agar konten mereka lebih menarik bagi masyarakat, misalnya menggunakan infografis," kata Caulfield menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, komunikator sains di McGill University, Jonathan Jarry membagikan tips lain dalam membuat konten edukasi kesehatan yang menarik. Namun, tetap harus didukung oleh bukti dan sumber yang valid, bukan hanya berhasil menarik perhatian masyarakat.

"Bisa dengan menceritakan pengalaman pribadi karena cerita biasanya lebih menarik daripada tabel dan grafik. Jelaskan dengan baik kenapa kita bisa menarik kesimpulan demikian. Tunjukkan karya kita, penelitian-penelitian kita. Transparansi nantinya akan membangun kepercayaan masyarakat," tuturnya.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya