Citizen6, Jakarta Semakin banyak seniman yang peduli dengan lagu-lagu daerah yang mulai digerus zaman. Agar lagu-lagu daerah tetap bertahan, perlu perlakuan khusus agar masyarakat bisa tetap menikmatinya, misalnya dengan mengaransemen ulang lagu-lagu daerah tersebut.
Hal itulah yang coba dilakukan oleh Diah Ayu Lestari bersama The Good Guys. Minggu (12/07/2015), Diah bersama The Good Guys membawakan tujuh lagu daerah Sulawesi dan Kalimantan dalam balutan jazz. Pertunjukkan yang berlangsung di auditorium Galeri Indonesia Kaya ini diberi tajuk Borneo to Celebes Ethnic Jazz.
Baca Juga
Paris Berantai menjadi pembuka pertunjukkan yang berlangsung selama lebih kurang 65 menit tersebut. Lagu daerah Kalimantan Selatan tersebut dibawa dengan irama yang menghentak. Beberapa penari berpakaian suku Dayak menari mengiringi lengkingan suara dara kelahiran 02 Desember 1997 tersebut.
Advertisement
Tak hanya musik dengan tempo yang cepat, Diah bersama The Good Guys berhasil membawakan lagu Angin Mamiri dengan tempo yang lambat dan nuansa swing. Lagu yang menceritakan kerinduan pada kampung halaman dibawakan dengan penuh perasaan oleh Diah. Vokal Diah yang bulat dan jernih membawa penonton pada alam khayalan pada kampung halaman.
Tujuh lagu dibawakan pada pertunjukkan tersebut. Namun lagu Sipatokaan yang menjadi penutup, paling mencuri perhatian penonton. Sipatokaan dibawakan dengan irama yang riang dan ceria. Diah mengajak penonton bernyanyi bersama untuk mengingat kembali lagu daerah tersebut.
Terlebih lagi, tiap personel menunjukkan kebolehannya dalam part yang disediakan untuk mereka masing-masing. Tabuhan drum yang menghentak, betotan bass, petikan gitar, alunan piano, bahkan irama gendang yang dibawakan masing-masing personel The Good Guys begitu memukau penonton.
Bagi Diah yang telah menyanyi jazz sejak usia 10 tahun, membawakan lagu-lagu daerah merupakan tantangan tersendiri. "Di sini aku belajar lagu-lagu baru yang belum pernah aku bawakan sebelumnya. Sangat menantang, apalagi beberapa lagu belum familiar," ujar Diah.
Diah tertarik untuk mengangkat lagu daerah dengan aransemen jazz berdasarkan keprihatinannya akan anak-anak muda yang tidak bangga dengan lagu-lagu daerah yang mereka miliki. Pilihannya tertuju pada jazz karena ia juga ingin membuat jazz tidak lagi terkesan eksklusif namun bisa dinikmati khalayak ramai.
"Dengan pertunjukkan ini aku ingin menunjukkan kalau lagu daerah kita ini juga keren, lho. Orang luar negeri aja suka," serunya.
Memang, Diah sendiri telah kerap diundang ke luar negeri untuk mempertunjukkan kebolehannya. Tong-tong Fair di Belanda dan Jerman menjadi pembuktian bahwa meski usianya masih muda, namun kemampuannya tak bisa diremehkan.
Ke depannya, Diah ingin lebih sering mengangkat lagu-lagu tradisional. Ia pun berharap anak-anak muda lebih mencintai tradisi-tradisi, kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. (sul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini