Citizen6, Jakarta Desa Araras di negara bagian Sao Paulo menyerupai kota hantu, karena sebagian besar penduduknya hanya muncul saat malam tiba. Mereka terpaksa menghindari sinar matahari lantaran bisa berakibat fatal bagi penduduk desa tersebut. Sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari akan membakar habis kulit mereka.
Dari 800 orang penduduk yang tinggal di Desa Araras, 600 diantaranya dinyatakan menderita xeroderma pigmentosum (XP), atau kelainan genetik, dimana kulit tidak bisa memperbaiki kerusakan yang disebabkan sinar ultraviolet. Akibatnya paparan sinar matahari menjadi sangat berbahaya dan dihindari penduduk tersebut.
Sebanyak 21 kawasan dari desa tersebut, sebagian besar penduduknya mengalami penyakit berbahaya itu. Beberapa diantaranya bahkan telah meninggal dunia. Termasuk salah seorang warga, Djalma Jardin yang meninggal beberapa saat setelah di wawancara. Wajah Djalma Jardin rusak dan meninggal hanya dengan satu mata tersisa yang tidak bisa tertutup karena kerusakan kelopak matanya.
Advertisement
Dalam wawancara tersebut, Djalma mengatakan, "jika aku pergi ke luar, matahari terasa membakar ku. Ini adalah penyakit yang mengerikan, mengerikan."
Anggota keluarga Djardim lainnya, yakni adiknya, Claudia juga mengalami hal serupa.
Penduduk lainnya, seorang peternak, Deide juga mengalami kerusakan di wajahnya yang tidak bisa disembuhkan. "Saya menjalani operasi untuk menghilangkan langit-langit dan tulang rahang. Tanpa prostesis saya tidak bisa bicara," kata Deide
Seorang pengusaha di Araras, Gleice Machado tertarik untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab epidemi, setelah melihat banyak kejadian yang menimpa penduduk setempat. Dia mengatakan, "saya tidak tahu apa itu, mengapa mereka menjadi cacat. Beberapa dari mereka percaya itu penyakit menular seksual. Dan lainnya percaya itu karena hukuman dari tuhan."
Gleice mencoba menyadarkan kondisi yang terjadi melalui media lokal, hingga akhirnya menjadi berita nasional.
Ahli genetika biologi dari Sao Paulo, Dr Carlos Menck, mengakui sangat mengetahui mengapa penyakit tersebut merajalela di desa tersebut. "Kami pergi ke daerah tersebut dan mencoba untuk mengidentifikasi mutasi genetik yang mempengaruhi pasien. Hingga belum lama ini, orang percaya itu penyakit menular. Tapi itu penyakit turunan."
Setelah melakukan tes pada semua penduduk desa, Dr. Menck dan tim menemukan 600 dari 800 desa telah terkena gen XP. Karena itu terus dilakukan penelurusan hingga ke penduduk di tiga pemukiman Portugis. Darmatologist, Sulamita Chaibub mengatakan, "Di Desa Araras ada konsentrasi orang dengan gen rusak yang tetap menikah satu sama lain.
Sehingga gen menjadi dominan dan penyakit terus muncul." Tidak ada obat untuk XP, tapi dokter telah memperingatkan warga untuk tetap menghindar dari matahari, dengan harapan untuk menyelamatkan banyak nyawa. "Hal ini tidak mungkin untuk menyembuhkan mereka secepatnya. Tapi saya berharap mungkin di masa depan, dalam waktu 20 hingga 30 tahun," kata Dr. Menck. Kisah Desa Araras akan didokumentasikan dalam sebuah acara di TLC dengan tema "Tubuh Aneh" pada akhir Agustus ini.
Penulis:
M Sufyan
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya dapat dibaca di sini.