Citizen6, Jakarta Selama lima tahun terakhir, seniman konseptual Cherry Tree telah bereksperimen dengan urinnya untuk mengubahnya menjadi parfum. Parfum yang ia buat memang tidak dipasarkan. Namun bila seseorang bisa menjual parfum yang terbuat dari kotoran, mengapa parfum dari urin tidak bisa sukses?
Cherry Tree yang lahir di Charity Blansit mengatakan ia sangat menyukai konsep daur ulang. Dan karena urin adalah sesuatu yang harus dibuang, ia berpikir mengapa ia tak mendaur ulang urin tersebut?
Ide membuat parfum berbasis urin muncul pada saat ia memutuskan mengumpulkan urin di sebuah botol parfum di pagi hari setelah bulan purnama. Awalnya, sepenuhnya proyek yang ia lakukan hanya mengumpulkan urin tiap bulan purnama.
Advertisement
Akan tetapi, Cherry terpesona dengan bagaimana bau parfum tersebut berubah tergantung pada apa yang ia makan. Sebagai contoh, ia mengatakan urinnya berbau sangat enak saat ia hanya makan madu, dan urinnya berbau mengerikan saat ia mengonsumsi ayam.
Cherry kemudian memutuskan memberikan sedikit gula di urinnya dan menjadikannya parfum sebenarnya. Kebetulan, kakaknya bekerja di penyulingan yang tahu bagaimana membuat vodka dan wiski. Dibantu kakaknya, Cherry menerapkan teknik tersebut.
Parfum dari urin pertama yang ia buat ternyata berbau kopi. Tapi Cherry memutuskan membuang percobaan pertamanya karena ia merasa tak menemukan takaran yang tepat.
Setelah mencoba berkali-kali, Cherry baru menemukan takaran yang tepat untuk mengubah urin menjadi parfum. Kini, Cherry tengah berusaha mewujudkan mimpinya menjual parfum urin tersebut ke penjuru dunia. Patut dicoba, bukan? (sul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6