Kakek Amaq, Tiap Hari Berjalan 7 Km demi Sesuap Nasi

Namanya Serinah, lahir di Panimbung Utara 1945, dia merupakan orang paling tua di kampungnya

oleh Liputan6 diperbarui 18 Jul 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2016, 15:00 WIB
Kakek Amaq, Tiap Hari Berjalan 7 Km demi Sesuap Nasi
Kakek Amaq, Tiap Hari Berjalan 7 Km demi Sesuap Nasi

Liputan6.com, Jakarta Namanya Serinah, lahir di Panimbung Utara 1945, dia merupakan orang paling tua di kampungnya, karena itu orang-orangpun memanggilnya Amaq atau kakek dalam bahasa Indonesia. Pekerjaanya sebagai penawar jasa ke rumah-rumah mewah, baik sebagai tukang kebun, tukang bersih-bersih atau hal apapun yang bisa dia kerjakan, yang penting dia mendapatkan rezeki yang halal untuk keluarganya.

Perjalanan yang dia tempuh untuk menuju kota Mataram dari kampungnya di Panimbung Utara berjarak 7 Km dan setiap harinya dia tempuh demi sesuap nasi. Pengorbanan yang dia lakukan itu tak setimpal dengan apa yang dia dapatkan, setiap harinya dia hanya mendapatkan uang sebesar Rp. 20.000 kalau pun sedang banyak pekerjaan dia hanya mendapatkan Rp. 50.000 sampai Rp. 60.000.

“Pekerjaan ini sudah Amaq lakukan sejak bujangan” kata Amaq Sebelum akhirnya memilih menjadi penawar jasa, dia pernah menjadi tukang manjat pohon kelapa, bahkan menjadi kusir andong yang membuat matanya buta sebelah karena ke tending kuda.

Tapi Amaq tak pernah menyerah, Amaq orang yang paling kurang mampu di kampungnya, tanah yang dia pakai untuk rumah gubuknya adalah tanah pinjaman dari tetangga. Namun dia tidak pernah merasa miskin, karena dia merasa bersyukur atas apa yang diberikan Allah padanya.

Dia memiliki 9 anak, namun karena pendidikan anaknya rendah, mengakibatkan 7 anaknya yang sudah berumah tangga itu tidak mampu membantunya. Anak-anaknya sebagian tidak pernah lulus SD dan hanya ada beberapa yang lulus SD sehingga pekerjaan mereka pun hanya serabutan.

Untuk itu Amaq memiliki harapan yang besar untuk anak bungsunya yang kembar yakni Hasan dan Husen yang kini duduk di bangku kelas 6 SD dan mau melanjutkan ke kelas 7 SMP, Amaq berharap Hasan Husen dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan harapan itu semakin dekat tatkala Hasan Husen menjadi Anak Asuh Rumah Yatim.

Pertemuan Rumah Yatim dengan Amaq

Amaq yang sering berkeliling Mataram untuk menawarkan Jasanya dan juga sering melewati Rumah Yatim, suatu hari dia sudah kelelahan tak ada tempat yang menerima jasanya, dia pun coba menawarkan diri kepada Rumah Yatim yang kala itu Jajang kepala asrama juga kepala cabang Rumah Yatim yang datang menghampirinya.

Menurut Jajang karena melihat kakek yang sudah seusia dengan kemerdekaan Indonesia itu masih saja berusaha untuk mencabut rumput dan pekerjaan kasar lainya, Jajang pun bertanya banyak hal dari dirinya hingga keluarganya. Rasa kemanusiaan pun menggerakan Jajang untuk membantu Amaq juga rasa tangung jawabnya yang mengemban amanah Rumah Yatim sebagai fasiltator aghnia dan dhuafa, maka jajang pun survey ke rumah Amaq.

Setelah melihat kondisi keluarga Amaq dan bertanya kepada aparat setempat, Jajang pun merasa yakin Amaq adalah orang yang wajib kita bantu, untuk itu Rumah Yatim setiap bulannya memberikan paket sembako secara rutin dan santunan non mukim untuk kedua putranya yakni Hasan Husen.

“Alhamdulillah setiap bulan kita rutin memberikan paket sembako dan santunan non mukim”. Ujar Jajang.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya