Remaja Ini Jadi Wanita Pertama yang Idap Sindrom Manusia Pohon

Gadis remaja ini menjadi perempuan pertama di dunia yang menderita penyakit langka sindrom manusia pohon.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 03 Feb 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2017, 12:00 WIB
Remaja Ini Jadi Wanita Pertama yang Derita Sindrom Manusia Pohon
Gadis remaja ini menjadi perempuan pertama di dunia yang menderita penyakit langka sindrom manusia pohon.

Liputan6.com, Dhaka - Seorang gadis Bangladesh berusia sepuluh tahun dengan kutil yang tumbuh subur di wajahnya diklaim sebagai perempuan pertama di dunia yang mengidap sindom manusia pohon.

Sahan Khatun membuat khawatir orang tuanya saat pertumbuhan kutil di wajahnya mulai menyebar ke seluruh tubuh. Sang ayah pun kemudian membawanya ke Dhaka.

Di sana, dokter menyimpulkan gadis remaja itu memang mengidap penyakit langka tersebut. Kondisi yang hanya menimpa empat orang di seluruh dunia dan kesemuanya laki-laki.

Penyakit ini disebut manusia akar atau Lewandowsky-Lutz displasia. Namun masyarakat awam lebih mengenalnya sebagai sindrom manusia pohon karena pertumbuhan kutil di kulit yang mirip ranting pohon.

"Kami percaya dia adalah wanita pertama yang mengidap penyakit itu," ujar Samanta Lal Sen, kepala Departemen Luka Bakar dan Operasi Sakit Rumah Sakit Dhaka kepada AFP, Jumat (03/02/2017).

Sang ayah berharap dokter dapat mengangkat semua kutil tersebut dari tubuh anaknya. Terlebih, dengan tidak adanya seorang ibu tentu anak perempuan itu akan lebih berat menghadapi ejekan orang-orang nantinya.

Sahana Khatun yang wajahnya ditumbuhi beberapa kutil menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Dhaka, Bangladesh, 30 Januari 2017. Gadis 10 tahun itu pun dianggap sebagai perempuan pertama di dunia yang memiliki kelainan "Tree Man Syndrome". (STR/AFP)

Sementara itu, Abul Bajandar, seorang pria Bangladesh yang dikenal sebagai 'manusia pohon' telah melakukan setidaknya 16 operasi di rumah sakit yang sama tempat Sahana kini dirawat. Dokter berhasil mengangkat lima kilogram kutil dari tangan dan kakinya.

"Menyembuhkannya adalah tonggak luar biasa dalam sejarah ilmu kedokteran," kata Dr Sen.

Bajandar kemungkinan akan menjadi orang pertama yang sembuh dengan kondisi tersebut. Kini pria itu baik-baik saja meski harus menghabiskan waktu 30 hari lagi di rumah sakit untuk beberapa operasi kecil menyempurnakan kakinya.

Bajandar sendiri masih merasa tidak percaya ia akhirnya bisa memegang anaknya lagi. Ia sangat berterima kasih atas pertolongan para dokter dan berharap bisa segera kembali ke rumah.

Berkebalikan dengan yang terjadi di Indonesia, Dede si Manusia Akar menghembuskan napas terakhir meski telah menjalani beberapa kali operasi.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya