Rahmi Hidayati Ingin Kebaya Dikenal Dunia seperti Sari dan Kimono

Mereka ingin keberadaan kebaya sebagai busana perempuan Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu tetap dipertahankan.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 21 Apr 2017, 09:41 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2017, 09:41 WIB
Rahmi Hidayati Ingin Kebaya Dikenal Dunia Seperti Sari dan Kimono
Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia begitu kaya budaya, salah satunya adalah kebaya. Hampir di seluruh wilayah Indonesia mulai dari Aceh, Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai Kesultanan Tidore, para perempuannya memakai kebaya. Meski modelnya berbeda-beda, pakemnya tetap sama.

Namun, kebaya hari ini hanya dipakai para perempuan saat menghadiri acara-acara formal atau adat lainnya. Kebaya tidak dipakai sebagai baju sehari-hari seperti pada era dulu. Karena itu, Rahmi Hidayati bersama beberapa teman membentuk Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB).

Menurut perempuan dari Padang ini, awalnya Rahmi dan teman-temannya saat masih menjadi wartawan sering berkumpul. Ia mengatakan, saat itu sudah ada beberapa orang yang senang berkebaya, bahkan hampir setiap hari.

"Setelah beberapa kali berkumpul berkebaya. Aku, Kristin Samah, Tuti Marlina dan Lia Natalia memutuskan untuk membuat Komunitas Perempuan Berkebaya dan mulai mengajak teman-teman lain untuk bergabung, " katanya pada Jumat (21/4/2017).

Mereka ingin keberadaan kebaya sebagai busana perempuan Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu tetap dipertahankan. Bukan hanya dikenakan di acara-acara formal seperti upacara, pesta atau wisuda, tapi juga dikenakan sehari-hari seperti halnya ibu dan nenek kita dulu.

Rahmi mengatakan dampak samping dari hal itu adalah para pengrajin dan UKM yang memproduksi kebaya dan atau perlengkapannya dapat tumbuh dengan baik.

Tampaknya usaha KPB tak main-main. Mereka cukup aktif mensosialisasikan kebaya kepada orang-orang terdekat, menggelar diskusi soal jenis dan sejarah kebaya, kain batik, kain tenun dan hal lain yang berhubungan dengan kebaya.

Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB)

Pada Maret lalu, KPB menggelar acara 1000 Perempuan Berkebaya di Jakarta yang diikuti lebih dari 1000 orang. Mereka tidak hanya dari Jakarta, tapi juga Bali, Jogja, Bandung, Bogor, Pekalongan dan kota- kota lainnya. Bahkan, baru-baru ini KPB juga menggelar diskusi tentang model-model kebaya dan belajar tentang wiron bekerjasama dengan Batik Danar Hadi.

Untuk memperingati Hari Kartini 2017 ini, KPB bersama Pemkab Pekalongan menggelar acara 12.000 Perempuan Berkebaya yang sampai hari ini sudah terdaftar 15.000 orang lebih. "Mudah-mudahan hari ini bisa hadir semua, " ujarnya.

Sayangnya, hingga kini KPB belum menjadi organisasi formal, sehingga jumlah keanggotaan belum terdata dengan baik. Dari Dacebook yang dikelolanya sampai hari ini telah ada sekitar 2000 orang dan terus bertambah. Antusias para perempuan Indonesia pun sangat tinggi. Untuk menjadi member KPB tinggal invite atau hadir saat ada acara-acara yang diadakan.

KPB saat ini juga telah berupaya membuat berbagai kegiatan di berbagai kota untuk mensosialisasikan pemakaian kebaya sekaligus Hari Berkebaya Nasional.

Menurut perempuan yang telah tiga tahun selalu berkebaya dalam kesehariannya tersebut, untuk mewujudkan hari berkebaya nasional, perjalanannya masih panjang karena perlu kajian ilmiah mengenai sejarah muncul dan tersebarnya pemakaian kebaya di Indonesia

Ia berharap perempuan Indonesia mengenal dan mencintai kebaya sebagai bagian dari budaya Indonesia. Perempuan Indonesia juga bisa bersama-sama mempromosikan ke seluruh dunia bahwa kebaya identik dengan perempuan Indonesia seperti halnya kimono untuk perempuan Jepang atau sari untuk perempuan India.

Sayang sampai sekarang berkebaya identik konvensional, ibu-ibu, dan tidak kekinian. Nah, bagaimana cara menarik generasi milenial agar mau memakai kebaya?

"Agar generasi muda lebih tertarik, memang diperlukan langkah yang sistematis untuk memperkenalkan apa dan bagaimana kebaya kepada mereka. Bagaimana mengharap mereka cinta kalau tidak kenal. Ini tantangan kita bersama," ujarnya.

Selama konsisten memakai kebaya, banyak pengalaman menarik yang pernah dialaminya. Biasanya pertanyaan, "Habis dari mana, Mbak?" atau "Mbak orang Bali ya."

Pertanyaan yang tak kalah seringnya, "Enggak ribet apa berkebaya tiap hari?"

Jika menghadapi pertanyaan itu, perempuan yang hobi traveling ini merasa senang. Ia langsung menunjukkan bagaimana caranya supaya berkain dan berkebaya yang praktis. Selain itu, ia sering juga yang bertanya langsung minta diajari memakai kain yang praktis.

Bagaimana dengan kamu, tertarik mendukung gerakan berkebaya?

(ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya