Awas, Teroris Gunakan Media Sosial untuk Propaganda

Terorisme menggunakan berbagai perangkat komunikasi untuk menyebarluaskan motif dan pesan mereka, termasuk di media sosial.

oleh Mulyono Sri HutomoEstrin Vanadianti Lestari diperbarui 04 Mei 2017, 18:31 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 18:31 WIB
Seminar
Pembicara seminar Dampak Media Sosial Terhadap Terorisme di Gedung IASTH, Universitas Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Sebagai kejahatan yang sarat kekerasan dan kejutan, terorisme memiliki berbagai variasi motif yang kompleks. Suatu rangkaian terorisme dengan pola dan peralatan yang sama belum tentu menunjuk adanya pelaku yang sama, demikian pula motifnya.

"Secara umum, semua terorisme mengandung motif politik, yang menjadi pandangan klasik mengenai terorisme," ujar Prof. Dr. Ronny Rahman Nitibaskara, Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Program Pascasarjana Strategi Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia saat membuka seminar Dampak Media Sosial Terhadap Terorisme di Gedung IASTH, Universitas Indonesia, Kamis (4/5/2017).

Seminar Dampak Media Sosial terhadap Terorisme menghadirkan pembicara Yenny Wahid dari Wahid Foundation dan Kamaruzzaman Bustaman dari UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Dr Puspita Sari, MSi dari Universitas Indonesia menjadi moderator seminar yang dihadiri 200 akademisi, masyarakat umum dan pemerhati kajian ketahanan nasional ini.

Prof. Dr. Ronny Rahman Nitibaskara menambahkan, terdapat empat motif lain dari terorisme yang dipelajari secara akademik, mulai dari motif ekonomi, penyelamatan, balas dendam dan kegilaan.

Pelaku terorisme juga menggunakan berbagai perangkat komunikasi untuk menyebarluaskan motif dan pesan mereka, termasuk media sosial.

"Media sosial misalnya, digunakan sebagai media propaganda," ujar Brigjen Torik Triyono dari BNPT yang memberikan sambutan kedua.

Torik menambahkan, teroris juga menggunakan internet dan media sosial untuk mencari pendanaan. Media sosial digunakan sebagai toko online yang menjual buku dan rekaman.

"Tak hanya sebagai media propaganda dan mencari pendanaan, media sosial digunakan teroris menjadi alat-alat perencanaan, khususnya mengumpulkan berbagai informasi sumber target," ia menambahkan.

"Kontra narasi dibutuhkan untuk melawan pesan-pesan sempit tentang agama dari teroris di media sosial," pungkasnya.

*Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya