Keep The Blues Alive: Konser Para Pencinta Blues Jogja

Musik ini adalah penyemangat bagi banyak orang.

oleh Azwar Anas diperbarui 17 Mei 2017, 14:20 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2017, 14:20 WIB
Jogja Blues Forum
Jogja Blues Forum. Foto: Swadesta

Liputan6.com, Jakarta Musik Blues bukan sekadar pilihan musik yang bersifat kultural. Blues juga bukan soal bagaimana menyayatnya melodi gitar atau anggunnya bebunyian harmonika dan terompet. Blues jauh lebih besar dari perkara perkakas yang diselempangkan atau ditiup. Musik ini adalah penyemangat bagi banyak orang.

Blues dibangun di atas darah dan air mata mereka yang kehilangan. Fondasi ini membuat Blues selalu kokoh dan mempengaruhi banyak pemikiran perlawanan. Ketika teknologi sanggup mengolah gumam dan nada internal dari mulut-mulut yang dibungkam--para budak yang rindu merdeka--ke dalam instrumen, semangat dari darah pemberontakan dan air mata tak samar, malah makin kencang.

Tak heran gilasan zaman tak mampu mengubur semangat musik itu ke liang lahat. Sekalipun Blues menjelma menjadi pola-pola alternatif dalam bingkai industri, selalu ada banyak orang yang menjaga jejak histori yang menuangkan semangat kebersamaan dalam Blues. Jogja Blues Forum (JBF), salah satu yang terdepan menjaga pekatnya darah dan air mata yang jadi pondasi semangat menyemangati.

Delapan tahun lamanya orang-orang di JBF berproses bersama. Cuek bebek ketika meruangkan apa-apa yang tengah "buntek" atau buncahan afeksi melalui musik atau sekadar obrolan pasar yang menggugah perasaan. Ada tawa, kecewa, tangis, lalu simpul senyum selama delapan tahun berkomunitas. Musik jadi salah satu media bagaimana semangat menyemangati itu tak terkikis sedikitpun.

Peduli setan saat dalam pertunjukan musik di sebuah warung kopi kecil dengan sound sederhana para musikusnya menyelipkan dangdut, pop, country, bahkan EDM ke lagu blues. Tak ada pakem blues harus A atau B. Pemahaman sulit yang tidak setiap orang mampu melakukannya tanpa proses rumit dan panjang. Beruntunglah JBF selalu ingat untuk apa blues diturunkan ke bumi: menyatukan.

Tepat di usia delapan tahun ini, Jumat (19/5/2017) malam, mereka akan berbagi apa yang teman-teman JBF tempa selama dalam komunitas. Tentang kisah-kisah yang selama ini dianggap dongeng. Tentang tangis yang kerap disembunyikan. Tentang rumah tak berpintu yang mengizinkan siapa saja untuk masuk dan berbaur. Tentang fragmen hidup remeh temeh seperti noda kecap di lengan baju yang jauh lebih penting dari negara. Tentang patah tumbuh gilang berganti selama menahun yang nyaris membuat JBF tinggal seroja.

Mereka akan berbagi lewat pertunjukan musik di Taman Kuliner Condong Catur dengan tajuk "Keep The Blues Alive". Representasi semangat menyemangati sekaligus menyatukan tidak hanya untuk anggota komunitas namun juga untuk masyarakat tanpa memandang golongan, status, apalagi jenis kelamin. Pertunjukan sengaja disajikan dengan dua set alat, penanda banyaknya gagasan dan proses yang berseliweran dalam JBF.

Jogja Blues Forum. Foto: SwadestaTata Panggung yang didesain laiknya Tanjung Harapan atau "Crossroads" tempat pertemuan berbagai arah menyimbolkan harapan semua mereka yang terlibat, baik di atas, belakang, dan depan panggung bisa berinteraksi lalu berpartisipasi dalam pertunjukan dengan sesi jamming massal dalam dua set alat.

Dengan kata lain, usia delapan tahun bagi JBF yang dirayakan sederhana dalam pertunjukan adalah cara mendekatkan semua teman lebih ke dalam komunitas lalu menghadirkan keutuhan laiknya satu tubuh: penyatuan.

Pertunjukan selama kurang lebih empat jam yang dimulai pukul 19.00 WIB itu akan menyajikan banyak musisi yang besar dan tumbuh kembang bersama JBF. Ada Jeron Benteng (JB) Blues, pasukan muda yang amat jago menggabungkan nada alto-tenor terompet dengan keliaran instrumen gitar-bass-drum yang sudah memukau musisi Blues dunia, lalu Syarif Hidyatullah, Agustine Cherrywood dengan beat menghentak yang amat susah ditolak tubuh bergoyang, Blues kontemplatif Semendelic yang juga saksi hidup perjalanan Blues di Jogja, dan para anggota komunitas lainnya dalam JBF All Star.

Mereka yang mau hadir harus membawa kewarasan dan kesehatan sekuatnya lantaran acara itu gratis. Sebuah konsep pertunjukan yang tidak sekadar bersenang-senang namun lebih tepatnya ajakan untuk bersatu dan menyatu lewat blues apa pun preferensi dan latar belakang tiap-tiap mereka yang datang.


Penulis:

Swadesta Aria Wasesa
Jogja Blues Forum

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya