Liputan6.com, Jakarta Seorang ibu yang yang disebut dengan nama Luo, menuntut anaknya ke pengadilan hanya karena putranya melanggar perjanjian tertulis untuk memberikan hasil uang dari praktik dokter gigi.
Baca Juga
Advertisement
Sudah menjadi peraturan kuno di Taiwan bahwa orangtua yang membayar pendidikan anak, tapi bukan tanpa pamrih. Nantinya anak-anak mereka diharapkan dapat mendukung orangtua di masa tua.
Sebagai orangtua yang membesarkan anaknya sendiri, Luo banting tulang agar kedua anaknya masuk ke sekolah kedokteran gigi. Oleh karena itu, setelah anaknya sukses dan berkarir, Luo berharap agar mereka bisa membayar hasil kerja keras sang ibu dengan keringat mereka.
Agar sang anak ingat dengan peraturan tersebut, Luo akhirnya membuat kontrak perjanjian dengan sang anak yang kala itu berusia 20 tahun. Kontrak tersebut berisi dukungan finansial kepada sang ibu dengan memberikan 60 persen profit keuntungan jika gaji mereka mencapai 50 juta dollar Taiwan.
Kekhawatiran untuk tak membantu orangtua di masa tua
Hal ini disebabkan Luo khawatir bahwa kedua anaknya tak akan membantunya dan mendukungnya di hari tua. Itulah yang mendorong Luo untuk membuat kontrak perjanjian pada mereka. Ia juga sempat berpikir bahwa anak-anaknya akan memutuskan kontrak tersebut ketika waktunya tiba untuk membayar perjanjian mereka.
Kecemasannya ternyata benar terbuktikan, ketika putra sulungnya memutuskan kontrak tersebut. Akhirnya mereka menyelesaikan persoalan ini dalam persidangan. Putra Lou berargumen bahwa ia telah membayar ibunya lebih dari satu juta dollar.
Selain itu, putranya juga mengaku bahwa ia juga bekerja pada klinik dokter gigi milik ibunya. Karena sudah membayar semua hal yang tertera pada perjanjian, putra Lou merasa bahwa ia sudah melunasi hutang kontraknya pada sang ibu. Menurutnya sudah saatnya untuk menghapus kontrak perjanjian dengan ibunya.
Pada pengadilan tingkat rendah, permintaan sang anak dikabulkan oleh majelis hakim. Namun, sang ibu tak terima dan mengajukan banding kembali ke pengadilan tinggi. Keputusan hakim di pengadilan tinggi akhirnya memberikan putusan bulat kepada sang putra untuk membayar 'uang biaya pendidikan' yang telah dikeluarkan ibunya sebesar $754 ribu.
Bersama dengan bunga, sehingga total yang harus dibayarkan kepada ibunya mencapai $967 ribu. Menurut kebijakan hakim, putra Nyonya Lou telah menandatangani perjanjian itu sebagai orang yang dewasa maka dia bertanggung jawab untuk memenuhi perjanjian tersebut bagaimanapun caranya.
Advertisement
Berakar pada ajaran konfusianisme
Tentunya kasus ini menuai beragam reaksi dari banyak orang mengingat bahwa posisi sang putra juga menghadapi lingkungan ekonomi yang keras daripada orangtua mereka. Seharusnya hal ini dimengerti oleh para orangtua.
Sedangkan sejumlah orang lainnya setuju bahwa sang ibu memiliki perjuangan yang keras untuk membesarkan kedua anaknya dengan sendirian setelah bercerai dengan suaminya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya ia menikmati kesuksesan kedua anaknya.
Taiwan sendiri sama seperti Tiongkok, mereka memiliki filosofi konfusianisme yang mengusung kesalehan atau menghormati orangtua. Prinsip itu mendorong Taiwan untuk membuat larangan untuk meninggalkan para orangtua di masa tua mereka.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: