Liputan6.com, Jogjakarta - Untuk memulai sebuah usaha kini memang dibutuhkan ide kreatif dalam memasarkan dagangan yang dijual untuk menarik perhatian pembeli. Kisah wanita bernama Dika Nur Annisa dalam berbisnis bisa menjadi inspirasi banyak orang.
Peluang kadang tidak hanya bisa didapatkan ketika ide harus dipikirkan dengan keras. Dika memulai usaha kain lilit tanpa melalui ide yang rumit.
"Waktu itu seorang temen perempuan datang ke aku, dia nanya gitu, 'eh aku mau ke kondangan mantan pacar ku nih, tapi aku enggak tau mau pakai pakaian apa, kamu ada ide nggak?'" cerita Dika saat ditemui brilio.net di kediamannya di Sleman, belum lama ini.
Advertisement
Baca Juga
Perempuan 23 tahun ini pun memberi rekomendasi secara asal-asalan. "Ya udah, aku bilang ke temen ku ini gimana kalau pake kain lilit aja," ujarnya.
Saat itu dirinya sama sekali enggak kepikiran kain lilit ini bakalan menjadi peluang uasa. "Tapi ternyata sampai hari ini kain lilit adalah usaha dan jadi sumber pemasukan," ujar gadis kelahiran 16 Juni 1994 itu. Menurut Dika, peminat kain bermotif batik dengan metode pemakaian dililit ini ternyata cukup besar di Indonesia.
Dia mengaku mulai merintis bisnis ini dengan modal Rp 300.000 pinjaman ayahnya dan uang pribadi Rp 50.000. "Aku beraniin diri buat nyari kain meteran, keliling pasar," jelas wanita kelahiran Sleman, D.I Yogyakarta.
Sebelumnya, Dika sempat memulai usaha dengan berjualan hijab yang bertahan hanya hingga enam bulan. "Di situ aku mulai hopeless, apa aku enggak cocok memulai usaha, atau mungkin ternyata rezeki ku enggak di sini. Tetapi aku senang waktu pembeli mulai suka sama produk aku ini," ujar wanita berhijab ini sambil tersenyum.
Dika yang mengaku awalnya sulit mencari penjahit yang memang bener-bener mengerti dengan kemauannya, akhirnya dibantu sang ibunda. "Mamah yang ngejahitin untuk jadi sebuah kain yang kemudian siap pakai. Mamah juga yang bantu ngecek produk kain ini ada kecacatan atau enggak," ungkap dia.
Lebih lanjut dia menuturkan, saat ini untuk bahan-bahannya ia cari dari berbagai wilayah di Jawa. "Mulai dari survei harga, terus kualitas bahan itu semua jadi tanggung jawabku," tegas perempuan yang menamai bisnisnya dengan Chandani yang berasal dari bahasa Sansekerta.
Â
Selanjutnya
Untuk mempromosikan karyanya, anak sulung dari tiga bersaudara ini harus melewati masa-masa yang tidak mudah. Awalnya kain lilit itu masih dikemas sederhana hanya dengan dibungkus plastik. Dika sendiri yang mempromosikannya.
Setelah usahanya berjalan dua tahun, produknya bahkan sudah dikirim hingga Belanda, Belgia, dan Jerman. "Aku juga bangga ini adalah karya buah tanganku yang ternyata menarik minat orang Indonesia yang tinggal di luar negeri," jelasnya dengan bangga. Ia pun bisa mencapai omzet penjualan sekitar Rp 40 juta per bulan.
Meski sudah manapaki keberhasilan, namun mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta mengaku masih terus belajar mengembangkan produknya. Dia juga terus melebarkan usahanya dan membuka toko sendiri.
"Aku di sini masih pengen kain lilit khas dan asal Indonesia ini tetap bisa disandingkan dengan produk fashion lainnya. Yang pasti aku harus punya mesin jahit juga, jadi ya ini pure aku kerjakan semuanya secara pribadi dengan kerabat ku yang lain," tandasnya.
Reporter:
Eko Wahyu Putradinata
Sumber:Â Brilio.net
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement