Retakan Besar Muncul di Kenya, Tanda Afrika Terbelah?

Warga Kenya dihebohkan dengan kemunculan retakan besar yang menyebabkan bagian jalan raya Nairobi-Narok di bagian barat daya Kenya runtuh

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2018, 10:00 WIB
Retakan Besar Muncul di Kenya, Tanda Afrika Terbelah?
Retakan besar yang memutus jalan Nairobi dan Narok di Kenya (Sumber foto: Mirror.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini warga Kenya di hebohkan dengan kemunculan retakan besar yang menyebabkan bagian jalan raya Nairobi-Narok dibagian barat daya Kenya runtuh. Dilansir dari Mirror.co.uk, retakan itu disertai dengan aktivitas seismik dan membuat para ahli khawatir bahwa Afrika akan benar-benar terbelah.

Dr. Lucia Perez Diaz, seorang peneliti postdoctoral, di Royal Holloway, Universitas London, telah menulis penjelasan bagaimana Afrika akan terbelah. Selama beberapa periode mendatang, air hujan yang turun di kawasan Afrika akan memenuhi retakan tersebut, sehingga beberapa negara seperti Ethiopia dan Somalia, termasuk Tanduk Afrika, akan menjadi sebuah pulau sendiri yang terpisah dari daratan Afrika.

Retakan di Kenya Melebar Setiap Tahunnya

Lempengan tektonik yang terdapat di kerak bumi dan mantel atas bisa menciptakan keretakan ketika pecah. Contoh nyatanya adalah East Rift Valley Afrika, dimana celah baru telah muncul di lembah tersebut. Menurut penelitian, retakan yang muncul di Kenya melebar beberapa millimeter setiap tahunnya.

Selain itu, keretakan yang terjadi di kawasan Afrika Timur telah membentang lebih dari 3.000 kilometer dari teluk Aden di utara menuju Zimbabwe di selatan. Retakan ini memecah lempeng Afrika menjadi dua bagian yang tidak sama, yaitu lempeng Somali dan Nubia, sehingga keretakan yang membentang di sepanjang Ethiopia, Kenya, dan Tanzania menjadi jelas.

Proses Terbelahnya Daratan

Retaknya daratan merupakan awal terpisahnya Amerika selatan dan Afrika pada 138 juta tahun yang lalu. Retaknya daratan yang digenangi air, semakin lama dapat membentuk cekungan laut baru. Proses ini disebut rifting continental dengan melibatkan magma plume di dalam bumi sehingga membuat kerak bumi naik ke atas dan pecah.

 

Penulis:

Latif Munawar

Reporter Sahabat Liputan6.com

Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @sahabatliputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya