Informal Plastic Collection Innovation Challenge Hasilkan 11 Kemitraan Untuk Tingkatkan Sektor Pengelolaan Sampah Indonesia

Total terdapat 11 kemitraan yang berhasil dihasilkan

oleh Sulung Lahitani diperbarui 28 Okt 2021, 22:06 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2021, 22:06 WIB
Informal Plastic Collection Innovation Challenge Hasilkan 11 Kemitraan Untuk Tingkatkan Sektor Pengelolaan Sampah Indonesia
Doc: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta Setelah berjalan selama empat bulan, Informal Plastic Collection Innovation Challenge (IPCIC), kerja sama antara Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP) dengan World Economic Forum, UpLink dan Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA), telah berhasil diselesaikan dengan menghasilkan 11 kemitraan yang terbentuk baik sesama peserta program maupun antara peserta dengan pemangku kepentingan utama pengelolaan sampah di Indonesia.

Sebanyak 12 inovator lokal dan internasional telah menjalani pelatihan, pendampingan, dan pembangunan kemitraan, untuk mempertajam solusi mereka guna meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik dengan mengoptimalkan penghidupan, transparansi, kapasitas, serta peran sektor informal di Indonesia.

“Kami sangat menghargai kemitraan dan komitmen yang terbentuk dalam waktu singkat. Kami berharap kolaborasi ini akan menggerakan perubahan sistemik di sektor pengelolaan sampah, dan berkontribusi terhadap pengurangan 70% sampah plastik pada tahun 2025,” sebut Duala Oktoriani, Manajer Program di OPPA.

 

Kemitraan yang terbentuk

Ilustrasi sampah plastik (pexels)
Prancis akan malarang penggunakan kemasan plastik untuk mayoritas jenis buah dan sayur demi mengurangi sampah plastik.

Tim IPCIC dengan bangga mengumumkan 11 kemitraan yang terbentuk selama program:

1. Duitin - Griya Luhu: Menghubungkan Duitin pickers ke bank sampah Griya Luhu 

2. Duitin - LPBI NU: Pengelolaan sampah untuk komunitas LPBI NU dan insentif akan disumbangkan kembali ke masjid

3. Duitin - Sampangan - Softex Kimberly Clark: Pengelolaan limbah popok dan pembalut

4. Duitin - The Kabadiwala: Kolaborasi untuk meningkatkan teknologi dalam pengumpulan sampah plastik

5. Duitin - Unilever Foundry: Digitalisasi bank sampah di wilayah Jawa-Bali

6. Empower - Geledek: Menciptakan ekosistem pengumpulan sampah plastik dengan menyertakan aspek keterlacakan dan transparansi

7. Griya Luhu - Bank Sampah Induk Surabaya: Digitalisasi sistem operasional Bank Sampah Induk Surabaya melalui aplikasi Griya Luhu

8. Octopus - Prof. Enri Damanhuri (ITB): Prof. Enri Damanhuri bergabung dalam dewan penasihat Octopus

9. Rekoksistem - Aqua: Pemasangan rebox (reverse vending machine) baru melalui pendanaan dari Aqua untuk mengumpulkan lebih banyak botol plastik dari konsumen

10. Rekosistem - Bank Sampah Induk Surabaya - Robries: Kerja sama dalam pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah plastik

11. Rekosistem - Gojek: Layanan pengambilan sampah dari cloud kitchen Gojek

Lebih dari 52 perwakilan perusahaan, penyedia modal, dan organisasi juga menghadiri IPCIC Showcase Fest, acara pitching virtual selama tiga hari (20 - 22 Oktober) yang diadakan untuk menampilkan solusi dari para inovator kepada calon mitra atau investor. Hubungan yang terbentuk antara para undangan dan inovator selama acara pitching memperlihatkan harapan yang menjanjikan untuk peluang kolaborasi guna meningkatkan sektor pengelolaan sampah.

"IPCIC Showcase Fest adalah gagasan yang bagus untuk menghubungkan para inovator dengan para pemain kunci dalam inisiatif pengurangan sampah plastik. Kami berharap lebih banyak kemitraan akan terjadi di masa depan" kata Hidayah Hamzah, Manajer NPAP.

 

Inovator terpilih mendapat hibah

Daur Ulang Kemasan Sekali Pakai Bukan Solusi Masalah Sampah Plastik yang Paling Utama
Ilustrasi botol plastik sekali pakai. (dok. Polina Tankilevitch/Pexels.com)

Demi mempercepat solusi di lapangan, inovator terpilih akan didukung dengan hibah total US$45,000. Mereka adalah: Duitin, Empower, Griya Luhu, Plastic Bank, Rekosistem, serta The Kabadiwala.

Yash Lohia, Chief Sustainability Officer di Indorama Ventures, mengatakan, “Kami bangga dapat mendukung Informal Plastic Collection Innovation Challenge (IPCIC) dan para inovator dalam membangun ekonomi sirkular masa depan, serta belajar langsung dari para ahli. Kami berharap program ini akan menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang ekonomi sirkular di Indonesia dan mempromosikan manfaat dari penggunaan produk daur ulang. Inovasi hebat membuat masa depan ekonomi sirkular yang lebih baik.”

 

Krisis polusi plastik

Ilustrasi sampah gelas plastik (pixabay)
Ilustrasi sampah gelas plastik (pixabay)

Krisis polusi plastik di Indonesia tetap menjadi tantangan, terbukti dengan prediksi peningkatan 30% sampah plastik ke saluran air selama tahun 2017 dan 2025 - dari 620.000 ton per tahun menjadi sekitar 780.000 ton per tahun.

Sementara, pekerja sampah informal, mempunyai peran sangat penting dalam mencegah pencemaran sampah plastik. Sekitar 700.000 ton dari 1 juta ton sampah plastik yang mereka kumpulkan, berhasil didaur ulang dan tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kolaborasi juga merupakan kunci untuk mendorong perubahan ini. “Indonesia membutuhkan solusi inovatif yang akan meningkatkan dan mendukung lebih baik sektor sampah informal, dan tim IPCIC berharap dapat mendukung inisiatif lain di masa depan,” sebut Klaus Oberbauer, Manajer Program di OPPA.

The Informal Plastic Collection Innovation Challenge sendiri adalah kerja sama antara Indonesia National Plastic Action Partnership dengan World Economic Forum, UpLink dan Ocean Plastic Prevention Accelerator, program pembangun ekosistem inovasi sosial yang didukung oleh The Incubation Network, inisiatif regional untuk menangani polusi plastik laut yang diperkuat oleh SecondMuse, The Circulate Initiative, dengan dukungan dari Alliance to End Plastic Waste, dan Global Affairs Canada

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya