Liputan6.com, Jakarta - Bagi umat Kristiani yang sedang merayakan Natal, pasti telah mempersiapkan berbagai pernak-pernik khas di rumah. Mulai dari pohon cemara, kado, kue jahe, hingga kaus kaki Santa Claus yang digantung.
Beberapa orang percaya, bahwa sosok pria yang disebut sebagai Santa Claus dengan ciri berjanggut putih tebal lengkap dengan topi merahnya ini akan datang ke setiap rumah untuk memberikan hadiah.
Namun, apakah sosok Santa Claus benar-benar ada? Simak kisah singkat Santa Claus yang dilansir dari History.com, Minggu (25/12/2022).
Advertisement
Legenda tentang Santa Claus atau yang kerap dikenal dengan sebagai Sinterklas berasal dari seorang biarawan bernama St. Nicholas (Saint Nicholas).
Nichoas lahir sekitar tahun 280 Masehi di Patara, dekat dengan Myra, Turki. Nicholas merupakan sosok yang sangat dikagumi karena kesalehan dan kebaikannya pada setiap orang.
Diceritakan bahwa, Nicholas (Santa Claus) telah mewariskan seluruh kekayaannya dan berkeliling sekitar pedesaan untuk membantu orang miskin dan sakit.
Salah satu kisah St. Nicholas (Santa Claus) yang paling terkenal kala itu adalah ketika ia menyelamatkan tiga perempuan bersaudara yang miskin dan menjadi budak yang dijual oleh ayah mereka.
Nicholas memberikan sebuah mahar agar tiga perempuan bersaudara itu dapat bebas dari jeratan kotor sang ayah dan dapat hidup dengan layak.
Di saat hari kematiannya pada 6 Desember (tak disebutkan tahunnya), orang-orang memperingatinya sebagai penghargaan atas jasa dan kebaikannya.
Kini, kebaikan Nicholas yang dikenal sebagai Santa Claus atau Sinterklas asli terus dijadikan tradisi di setiap momen Natal di berbagai belahan dunia.
Awal Mula Santa Claus di Mal
Pada 1841, ribuan anak mengunjungi sebuah toko di Philadelphia hanya untuk melihat seorang model yang mengenakan baju khas Santa Claus.
Tradisi kebaikan yang ditanamkan oleh Santa Claus (St. Nicholas) itu ternyata terus berlanjut hingga ke seluruh mal di penjuru negeri.
Bahkan setiap momen natal dan akhir tahun tiba, banyak mal yang kini kerap memberikan diskon istimewa dan juga penawaran terbaik edisi natal dan tahun baru alih-alih melanjutkan kebaikan Santa.
Tak hanya itu, acara-acara natal dengan sosok ikonik Santa Claus pun juga kerap diselenggarakan untuk memikat anak-anak dan para orang tua dalam berbuat kebaikan dan menyambut suka cita Natal.
Advertisement
Santa Claus di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat pada 1890-an, sebuah organisasi bala kesehatan (Salvation Army) membutuhkan tambahan dana sumbangan untuk memberikan bantuan makanan natal gratis kepada keluarga yang membutuhkan.
Akhirnya, mereka mencetuskan ide untuk mendandani para pria pengangguran untuk tampil seperti sosok Santa Claus dan mengirim pria-pria tersebut ke jalanan di New York untuk meminta sumbangan.
Santa Claus dan Dongeng
Di dongeng-dongeng, sosok Santa Claus (Sinterklas) kerap kali digambarkan sebagai sosok pria berjanggut putih dan berbaju merah, terbang dengan kereta saljunya sambil membagikan hadiah kepada orang-orang yang telah melakukan kebaikan.
Santa Claus kerap kali meluncur dan terbang di langit bersama rusa sembilan rusa kutubnya, yakni Dasher, Dancer, Prancer, Vixen, Comet, Cupid, Donner, Blitzen, dan Rudolph.
Sosok Santa dalam dongeng Amerika juga digambarkan sebagai orang yang tinggal di kawasan Kutub Utara. Kemudian, anak-anak berbondong-bondong mengirimkan surat untuk Santa ketika pria tersebut menghampiri rumahnya.
Tak sampai di situ, anak-anak kerap meninggalkan kue jahe dan segelas susu untuk Santa Claus. Mereka juga kerap meninggalkan beberapa wortel untuk rusa kutub milik Santa pada malam natal.
Dalam dongeng Amerika Serikat, Santa Claus diceritakan memiliki dua daftar berbeda untuk ia berbagi di malam natal, yakni ‘daftar anak nakal’ serta ‘daftar anak baik’.
Hadiah yang didapatkan saat malam natal tersebut juga menyesuaikan dengan perilaku mereka saat itu.
Advertisement