Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu mendengar istilah Midlife Crisis for Women? Pada dasarnya istilah ini merupakan masa transisi identitas dan biasanya berada pada rentang usia 45--65 tahun. Midlife Crisis for Women atau krisis paruh baya seringkali dianggap sebagai krisis psikologis yang dipicu oleh kesadaran akan usia dan kematian.
Istilah ini pertama kali diciptakan dalam sebuah artikel oleh psikoanalis Kanada, Elliott Jaques pada tahun 1965, istilah ini dengan cepat menjadi penjelasan umum bagi siapa saja yang membentak setelah mereka melewati usi 40 tahun.
Istilah midlife crisis membuat individu lebih mudah memahami dan menyebut masa transisi sebagai sesuatu yang tampaknya lebih menakutkan.
Advertisement
Hal yang menarik ialah sebuah penelitian menunjukkan bahwa hal itu terwujud pada waktu yang berbeda untuk perempuan dan pria paruh baya. untuk kelompok pertama, usianya antara 35--45 tahun dan untuk kelompok kedua, antara 45-54 tahun.
Meskipun banyak orang yang bersiap menghadapi masa-masa kelam yang akan datang, penting juga untuk tidak mengembangkan visi yang hanya berfokus pada hal-hal buruk. Transisi midlife crisis merupakan bagian dari proses penuaan alami yang dialami setiap orang.
Ini berkaitan dengan perubahan fisik pada tubuhmu. Selain dari sisi luarnya, hal ini juga dapat mengubah arah batin manusia ke arah yang lebih positif.
Melansir dari Life Hack, Rabu (20/12/23), terdapat beberapa gejala dari midlife crisis bagi wanita, yaitu:
- Perasaan depresi dan kecewa
- Marah pada diri sendiri karena tidak sesukses orang lain
- Nostalgia tentang masa muda
- Ketidakpuasan terhadap kehidupan seseorang secara umum
- Perasaan tertekan bahwa masih banyak yang ingin kamu lakukan dalam rentang waktu yang sempit
- Meningkatnya kebutuhan akan perubahan
- Keraguan terhadap pencapaian dan pilihan yang kamu ambil selama ini
- Keinginan akan gairah, keintiman, dan merasa dinginkan lagi
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Midlife Crisis pada Wanita
Midlife crises yang dialami perempuan seringkali disalahartikan dalam budaya pop dan berbagai media sehingga banyak yang percaya bahwa krisis ini disebabkan oleh menopause, ketidakpuasan pribadi, dan rasa tidak aman.
Namun, alih-alih melihatnya sebagai hal yang internal, penting untuk melihat faktor-faktor eksternal yang berkontribusi terhadap midlife crisis pada perempuan dengan mengambil bentuk yang mudah berubah.
Tidak bisa dipungkiri, cukup banyak tekanan yang diberikan pada perempuan untuk mengelola tanggung jawab mereka sesuai dengan harapan ketika mereka mencapai tahap kehidupan ini.
Perempuan seringkali dianggap remeh ketika melakukan hal-hal yang berhubugan dengan peran perempuan dan hampir tidak mendapat banyak dorongan. Yang terpenting, proses alami dari penuaan seringlkali dibenci oleh perempuan. Salah satu faktor eksternal yang paling penting ialah:
Faktor Masyarakat
Selama ini, hidup dalam masyarakat yang terpaku pada prestasi dan produktivitas sebagai ukuran nilai kemanusiaan dan nilai kehidupan.
Bagi perempuan, ketika anak-anak mereka meninggalkan rumah dan pekerjaan, mereka akan mencapai titik di mana mereka tidak lagi mendapatkan promosi, mereka dianggap telah mencapai batasnya.
Faktor Internal
Mirip dengan faktor eksternal, faktor internal juga sangat membebani realitas midlife crisis yang menimpa perempuan. Hal ini karena secara biologis dan psikologis mereka merasa bertentangan dengan dirinya sendiri.
Memang, sulit untuk menerima penuaan, terutama ketika perempuan yang lebih muda adalah satu-satunya kepompok yang dianggap dan diinginkan. Lebih sulit lagi meneria peran baru dalam hidup yang berada di luar zona nyaman mereka. Faktor internal yang paling penting adalah faktor psikologi dan biologis.
Advertisement
Bagaimana Midlife Crisis dapat Membuatmu Lebih Baik?
1. Kesehatan Mentalmu Meningkat
Menghadapi kefanaan keberadaanmu, kamu menyadari bahwa ada beberapa hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Kamu mungkin akan menjadi lebih tenang dan bijaksana, serta belajar menerima hal-hal yang tidak dapat kamu ubah.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, daya tanggap terhadap penyesalan akan menurun. Oleh karena itu, kesehatan emosionalmu akan meningkat.
2. Kamu Memiliki Hubungan yang Lebih Kuat
Kamu akan menjadi lebih baik terhadap orang lain, kamu juga akan melepaskan dendam lama dan bersedia mengabaikan perselisihan kecil. Kamu tidak akan bergantung pada hal-hal sepele, terutama ketika kamu mulai melihat gambaran yang lebih besar.
Faktanya, kamu mungkin menjadi lebih menghargai hubunganmu dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang berarti dalam hidupmu.
3. Kamu Lebih Baik dalam Menjaga Diri Sendiri
Hal ini lebih relevan bagi mereka yang memiliki anak-anak yang sudah dewasa. Akhirnya, tiba saatnya untuk memperlakukan dirimu lebih baik. Setelah bertahun-tahun kamu mengabaikan diri sendiri untuk menjadi ibu dan istri yang baik, akhirnya inilah saatnya untuk memberi penghargaan pada diri sendiri.
Kamu akan mencari keseimbangan, menjauh dari emosi ekstrem dan mungkin akan mengadopsi cara hidup yang lebih folosofis dan lebih sejalan dengan filosofi Timur yang berfokus pada saat ini.
4. Kamu Lebih Termotivasi
Ketika kamu mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir, kamu bisa menjadi lebih fokus, bersemangat, dan termotivasi. Kamu juga dapat menyusun tujuan baru, menggunakan pembelajaran yang kamu peroleh, dan menemukan cara yang lebih baik untuk mencapai apa yang kamu inginkan.